74 : Hiel di Target Terakhir

257 53 53
                                    

Hiel beserta pasukannya sekarang melesat melewati hamparan salju menuju target yang sudah direncanakan, yaitu kota E.

Dalam perjalanannya, setelah mengulas informasi dari Kijin, Hiel bersama Ilrune, Jareth, Nagini, dan Shin yang terbang di udara, sekarang sudah berhadapan dengan pasukan monster di depan gerbang kota.

Dilihat dari susunannya, pasukan musuh di hadapan mereka itu terdiri dari zir goblin – goblin merah yang mengendarai pachycephalosaurus, troll – makhluk seperti manusia gempal setinggi dua meter lebih yang terlihat bodoh, lycan – makhluk seperti manusia srigala, mothman – manusia ngengat dan iblis kelas rendah yang terlihat seperti kera tak berbulu dengan kulit warna merah darah.

Tidak hanya itu, mereka juga memiliki pasukan udara yang terdiri kelelawar raksasa dan pterodactyl berbagai jenis dan ukuran.

Saat melihat goblin merah diantara pasukan tersebut, Jareth maju mendekati Hiel di barisan terdepan pasukan.

"Jika mereka meminta ampunan, apa Raja Arthur mau menerima mereka?" tanya raja goblin itu.

"Tentu saja dia mau menerimanya asalkan mereka memenuhi syarat. Anda tahu sendiri, 'kan?" jawab Hiel serius.

Seekor badak besar dengan tiga cula menghunus tajam berjalan menghampiri Hiel dan Jareth. "Kita serang sekarang," ujar Ilrune yang mengendarai badak tersebut.

"Jareth?" Hiel menoleh ke arah raja goblin itu dengan tatapan bertanya.

Jareth yang tahu maksudnya langsung melangkah maju ke tengah-tengah tanah lapang yang nantinya menjadi medan perang. Dia berniat bernegosiasi.

"Wahai saudara-saudarai dari zir goblin. Kalian tidak perlu ikut dalam perang ini, kalian tidak akan memenangkannya. Ikutlah denganku dan tinggalkan perang bodoh ini. Aku sebagai Raja Goblin akan menjamin keselamatan kalian!" seru Jareth. Meski tubuhnya kecil, tetapi suaranya terdengar cukup lantang.

"Tidak boleh seperti itu, Jareth." Satu goblin merah keluar dari barisan pasukannya. Dia mengendarai monster seperti raptor, tetapi memiliki gading dan berbulu lebat seperti singa. Raptor itu pun dilengkapi dengan zirah kulit yang tebal. Cakar pada kaki dan tangannya pun dilengkapi dengan logam yang siap merobek tubuh lawan.

Tidak hanya raptor tersebut, goblin merah penunggangnya pun berbalut zirah lengkap.

"Glyvur ...," gumam Jareth. Kebencian yang teramat terlihat jelas dari raut wajahnya.

"Kami tidak bisa mengikutimu karena istri dan anak-anak kami di sekap. Jika kami melawan, semua tawanan akan mati." Senyum licik yang paling Jareth benci dari Glyvur pun terlihat.

Sebuah teori sederhana pun terlintas di kepala raja goblin itu. "Kau yang menyekap mereka, 'kan!?"

Dimulai dengan senyum kecil, lalu tawa yang tertahan dan akhirnya legak tawa puas meledak dari mulut pemimpin goblin merah itu. "Kau pikir aku bodoh, Jareth. Itu untuk jaminan supaya mereka tidak memberontak."

"Aku tahu kau jenius, tetapi kepintaranmu digunakan untuk merencakan berbagai rencana licik menjijikkan. Kau lebih pantas menjadi ular derik," sahut Jareth. Hatinya dipenuhi dengan emosi dan amarah yang sejak tadi terus ia tahan.

"Apa ini? Reuni?" Seekor manusia srigala yang mengenakan zihar kulit tebal, maju dari pasukannya. "Jangan buat aku jijik."

"Anjing kampung sepertimu lebih baik diam saja," sergah Jareth cepat. Metanya menatap pemimpin lycan itu dengan tajam seakan bersiap untuk membunuhnya jika dia mengatakan sesuatu yang tidak pantas.

"Hey, apa kalian mendengar tahi kuda berbicara?" Tanya manusia srigala tersebut pada lycan lainnya. Namun, hanya legak tawa yang dia dapat. Bahkan Glyvur dan semua troll yang bodoh ikut tertawa.

Dungeon Hallow 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang