83 : Lucius vs Lucifer

245 49 144
                                    

Lubang api yang dipenuhi dengan bara terpampang di depan mata Lucius dan semua makhluk di sana. Serangan Lucifer sebelumnya berhasil menghanguskan sedikit area hutan dekat situ.

Serangan tersebut ditujukan pada tiga malaikat jatuh yang sebelumnya menjadi bawahan Lucifer. Namun, mereka memilih mengikuti jejak Phoenix yang berkhianat. Ramiel, Danel dan Samsapel melebur bahkan sampai ke sel terkecil. Mereka hancur tak bersisa, atau setidaknya begitu yang Lucifer anggap.

Semua malaikat jatuh tampak tercengang dengan serangan yang Lucifer keluarkan. Begitu luar biasa dahsyat.

"Lihat wajahnya, terlihat sangat puas," sahut Selina sambil menahan tawanya. Jelas kalau dia sedang mengejek. Lucifer yang mendengar seketika menoleh. Di saat yang sama, tawa Selina meledek.

"Apa yang kau tertawakan?" tanya Lucifer sambil menatap ke bawah di mana Selina berada. Wanita itu tampak begitu sederhana dengan rambut pirang kemerahannya. Berdiri di antara lubang bara dan sisi hutan yang tidak ikut hangus.

Lucifer bergaya seakan mengagungkan dirinya sendiri. Dia membentang sayap putihnya dan dikepakkan pelan. Padahal, tidak perlu dikepakkan pun dia tetap melayang di udara. Kesombongan benar-benar melekat di dirinya.

"Lihat wajahmu. Seperti sudah menyingkirkan yang kau anggap noda membandel, tetapi lihat ini." Dari pohon-pohon di dekat Selina, tiga orang malaikat dengan warna sayap yang berbeda, keluar seakan tidak terjadi apa-apa. "Kecepatan seranganmu tidak lebih cepat dari kemampuan pedangku."

Giok Tetesan Angin yang ada di pedang Selina memang sangat hebat dalam memanipulasi angin yang berhembus.

Urat di dahi Lucifer tampak berkedut melihat tiga malaiakat jatuh sasarannya ada di sana.

Samsapel yang lebih mirip malaikat penyihir dengan dada eksotisnya, berjalan sambil memegang tongkat yang terdapat lonceng kecil di ujungnya. Sayapnya yang berwarna putih dan indah, sekarang dilipat dipunggung.

Danel yang mengenakan zirah perak bersayapkan putih bercampur hijau dan Ramiel yang mengenakan zirah putih dengan corak emas bersayapkan putih seperti angsa, ada di belakang Samsapel.

Tawa Selina kembali bergema. "Di mana wajah puasmu tadi?"

Lucifer seketika melesat tanpa bicara dengan padangnya dan akan menebas Selina.

"Ups, jangan sentuh kekasihku." Lucius muncul dan menghalangi jalur serangan Lucifer. Zirah futuristiknya dianggap zirah paling aneh di medan pertempuran itu. Penampilannya tampak berbeda dari yang lain.

Lucifer seketika terhenti. Namun, Lucius justru menghampirinya. Dengan dua pisau laser di tangannya, Lucius berniat menghantam lawannya itu. Sayang, serangannya terus tertahan oleh pedang Lucifer.

"Kenapa kau selalu menghalangiku!?" seru Lucifer kesal. Sorot matanya begitu tajam menatap Lucius.

"Selalu?" Lucius menendang Lucifer sekaligus mundur untuk mengambil jarak diantara mereka. "Jangan membuatnya terdengar seperti drama, Lucifer. Atau kau memang malaikat yang penuh drama."

Emosi Lucifer tersulut. "Kau ... membuatku benar-benar marah."

"Marah? Bukannya kau Kesombongan. Apa kau ingin mengambil gelar Kemarahan pula?" olok Lucius lagi.

Lucifer membentangkan tangannya dan melempas pedangnya di udara. Di waktu yang sama, beberapa ukiran mantra sihir warna emas muncul di udara sekitar Lucifer. Puluhan pedang keluar dari semua ukiran sihir tersebut, melayang-layang sambil menunggu perintah. Dengan gerakan ringan ayuna tangan, semua pedang seketika melesat.

Melihat banyaknya pedang lawan meluncur ke arahnya, Lucius seketika meluncur ke sambing untuk menghindari serangan. Sialnya, pedang-pedang itu justru mengejarnya.

Dungeon Hallow 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang