25 : Akhir Perjalanan

524 86 16
                                    

Erix yang lesu kembali ke rumah. Genji, Izumi dan Haruka menatapnya dengan tanda tanya yang besar. Tapi Erix tidak merespon. Ia mendekati Izumi dan memeluknya, lalu menangis dalam pelukan wanita bermata teduh tersebut.

"Ada apa, Erix?" tanya Izumi sambil mengusap rambut bocah itu.

Erix tidak menjawab, ia terus menangis.

Haruka tampak tidak perduli, ia justru berjalan ke luar rumah. "Anak aneh," ujanya. Sepertinya Haruka akan melanjutkan latihannya bersama Yura.

Selepas kepergian Haruka, tubuh Erix tiba-tiba bersinar. Pancarannya tidak terlalu terang dan cahaya itu seakan membalut tubuh pemuda itu.

Izumi dan Genji kaget bukan kepalang. Mereka tergemap dan penasaran dengan apa yang mereka lihat.

"Erix, apa yang terjadi denganmu?" tanya Genji menggebu.

Setelah melepas pelukannya dari Izumi, Erix melihat dirinya sudah memancar cahaya biru. Tidak butuh waktu lama, ia menyadari satu hal. "Sepertinya sudah saatnya."

Erix berjalan dan mengambil buku Haruka yang ia pinjam. "Paman ... Bibi, aku akan kembali ke masa depan."

"K-kau ... kau sungguh datang dari masa depan?" gumam Genji yang mencoba menerima kenyataan.

"Ingatanku sekarang sudah kembali, semua itu berkat kalian. Aku sangat berterima kasih," ujar Erix sambil membungkukkan kepalanya. Cara terima kasih ala orang Jepang.

Tubuh Erix tampak semakin meredup. Bahkan Genji dan Izumi dapat melihat apa saja di belakang bacah itu.

"Selamat tinggal ...." senyum ceria coba Erix tunjukkan, namun justru terlihat seperti terpaksa.

"ERIX!" seru Genji dan Izumi serentak sambil bergegas menghampiri bocah itu. Mereka ingin meraihnya namun, semua tampak terlambat. Erix sudah lenyap dalam cahaya biru yang gemerlapan.

Haruka dan Yura langsung masuk ke ruangan, karena penasaran akan teriakan Genji dan Izumi. Tapi, tidak ada Erix di sana. Membuat rasa penasaran Haruka muncul.

"Erix ... di mana dia?" tanya gadis kecil itu.

"Dia ... sepertinya ... sudah kembali ke tempat ia berasal," jawab Genji lesu.

Rasa kecewa mencengkram hati Haruka seketika. Selain kerena Erix tidak berpamitan, bocah itu juga tidak menjawab syarat yang ia ajukan. Dadanya terasa sangat berat dan sakit, seakan ada duri raksasa tertancap di sana.

Semuanya terlalu tiba-tiba namun, tidak ada yang bisa mereka lakukan. Keempat orang itu hanya diam di ruangan tersebut. Mencoba menerima kenyataan di depan mereka.

*****

Dua hari sudah berlalu setelah kepergian Yui, Tias dan Erix. Membuat keempat orang keluarga yang ditinggalkan sudah terbiasa akan ketiadaan mereka.

Di depan gerbang Dungeon danau Abyss, empat orang shensin tergeletak tak berdaya. Hal itu mengagetkan lima elf yang menjadi penjaga gerbang sekaligus sebagai pemanggil shensin di dalam dungeon.

"Lubis, apa yang terjadi?" tanya pria elf berjubah coklat yang langsung menghampiri.

"Kami disergap bangsawan iblis," ujar pemuda yang membawa Pangeran Lionel bersamanya.

"Itu tempat penyiksaan, dungeon ini gila!" Seorang laki-laki lain, yang keluar lebih dulu, berteriak histeris. Sambil menjerit, ia berlari meninggalkan tempat itu. "Tempat terkutuk!!"

Tias yang masih tercengang karena keluar seorang diri, mencoba berdiri dengan perlahan. "Y ... u ... i ...."

"Kau tidak apa-apa?" tanya wanita elf dari lima elf tadi.

Dungeon Hallow 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang