116 : Garis Waktu

155 33 36
                                    

Erix yang melayang di udara tampak panik menatap danau dari geiser yang tercipta, karena danau yang terpampang sekarang merupakan danu tempat dibangunnya Kuil Peri Danau. Tempat Oze pergi dari masa depan ke masa ini. Kenyataan kalau bangunan itu tidak ada, cara bagi dia untuk pulang pun tertutup.

"Bagaimana ini ... bagaimana ini .... Aku tidak bisa terjebak di masa ini terlalu lama ...." Wajah Leknaat muncul dalam benak dalam kepanikan tersebut. "Benar juga." Ia mengeluarkan Pedang Excalibur, kemudian mengaliri energinya ke pedang tersebut membuat kristal ruby di gagang pedang bercahaya. "LEKNAAT, AKU MEMANGGILMU!"

Suara lantang itu sampai ke sisi langit tertinggi dan menarik Leknaat untuk menghampiri Erix. Pusaran cahaya muncul dan wanita berkerudung merah jambu bercampur putih keluar dari sana.

"Kau ... kenapa kau memanggilku!?" serunya keras. Meski dia marah, kedua matanya bahkan tidak terbuka sama sekali. Masih terpejam.

"Gawat! Ini gawat! Danaunya ... kuil ... aku tidak bisa kembali ke masa depan." Tidak tahu harus mulai dari mana karena pikiran Erix benar-benar kacau sekarang.

"Apa maksudmu, aku tidak mengerti. Katakan dengan jelas!" Leknaat yang tak tahu apa-apa dipaksa memecahkan teka-teki dari ucapan Erix, membuatnya sedikit kesal.

"Aku ke masa ini melewati gerbang di kuil. Dan kuilnya ... di zaman ini belum ada."

"Aku tidak mengerti. Sejauh yang aku tahu, dari awal kehidupan sampai sekarang ini aku belum pernah mendengar kalau makhluk Leavgard menciptakan teknologi melintasi waktu."

Sayap Erix seketika loyo membuatnya jatuh dari ketinggian. Begitu syok dia mendengar jawaban tersebut yang merupakan kenyataan di zaman ini.

Dengan cepat Leknaat melesat dan menangkap Erix, lalu membawanya turun di atas batu besar. Ia tampak lemas sampai terduduk seperti gadis yang diputus pacarnya.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Leknaat penasaran.

Sebuah pemikiran terlinta di kepala Erix. "Leknaat, apa ada dewa yang bertugas mengurus waktu?"

"Ada, dia Dewa Daisaris ...."

Erix langsung merangkul kaki Leknaat. "Tolong panggil dia, aku mohon."

Awalnya Leknaat tidak mau menuruti karena dia belum benar-benar mengenal Erix. Namun, hati kecilnya mengatakan untuk membantu pemuda menyedihkan itu. Setidaknya, ini cara dia membayar jasa Erix yang sudah mengalahkan Roh Es.

Leknaat mengangkat tangan kanannya ke atas. Dari telapak tangan itu, keluar sebuah bola kecil yang bercahaya seperti bohlam. Kemudian, bola tadi padam dan muncul pusaran cahaya seperti tempat Leknaat keluar tadi.

Seseorang keluar dari pusaran itu. Sosok itu berupa laki-laki kurus dengan gaya berpakaian seperti pengemis. Mengenakan jubah lusuh berlapis-lapis. Meski begitu, dia bertingkah gagah. Cara berjalannya pun tampak arogan sambil membusungkan dada. Ia mengenakan topi kerpus sampai menutup matanya.

"Kenapa kau memanggilku, Leknaat?" tanya laki-laki itu. Suaranya terdengar berat.

"Manusia ini ingin bertemu denganmu," jawab Leknaat sambil menunjuk Erix.

"Apa! Kau memanggilku karena manusia!? Cih, tak sudi aku ...."

"Dia yang mengalahkan Roh Es," potong Leknaat. Ucapan itu membuat laki-laki itu terdiam. "Setidaknya dengarkan apa yang ingin dia katakan."

"Baiklah." Laki-laki kurus itu sekarang menatap Erix. "Apa yang kau inginkan dariku?"

"Anda Dewa Daisaris yang mengontrol waktu?" tanya Erix mengkonfirmasi.

Dungeon Hallow 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang