122 : Energi Bulan Darah

156 31 79
                                    

Langit malam yang begitu indah, menampilkan panorama germerlapan dari jutaan bintang di angkasa, membuat hati siapa saja tenang hanya dengan menatapnya.

Begitu pula dengan Erix. Bersama Roh Es bawahannya dan Clio – gadis mermaid yang ia selamatkan – mereka sadang asik menyantap ikan bakar sambil menatap gugusan bintang tersebut. Meskipun Roh Es tidak ikut makan bersama karan dia tidak memerlukan makanan.

Di sisi lain dunia, tepatnya di kota-kota yang mayoritas penduduknya menyembah Dewa Wasalu, Erix dapat membayangkan kemeriahan festival yang sedang diselenggarakan. Dalam hati kecilnya, dia sedikit iri karena tidak menikmati festival tersebut.

Hingga, ketika bulan purnama sudah duduk mantap di singgasananya, Erix memulai aksinya dengan empat benda yang sudah ia siapkan. Jarum raksasa – atau lebih mirip tombak knight lance – dari batu onyx, corong tutup setengah kubang dari batu obsidian, mutiara hitam dan gelang giok hitam. Keempatnya tersusun sesuai posisi.

Secara perlahan, titik tengah bulan mulau muncul warna kemerahan. Semakin lama, warna merah tersebut merembet sampai ke seluruh permukaan bulan. Hingga, malam itu, seluruh dunia terpapar cahaya merah darah.

"Baiklah, sekarang saatnya," ujar Erix. "Kalian berdua, pastikan tidak ada orang yang menggangguku."

"Baik, Tuan," sahut Roh Es dan Clio serentak. Kedunya langsung bersiaga menatap sekitar meski tidak ada siapa pun di sana.

Di pinggir pantai itu – yang mana membuat pemandangan bulan terasa lebih dekat – Erix mengeluarkan empat sulur energi campuran cahaya dan kegelapan untuk mengangkat keempat benda yang semuanya hitam tadi. Kemudian, ia susun sesuai informasi yang diberikan Dewa Wasalu sebelumnya.

Jarum raksasa di bagian paling atas, menjulang menghunus bulan. Di bawahnya ada corong. Mutiara hitam dimasukkan ke corong tersebut, kemudian pantat jarum dimasukkan ke dalam corong. Dan terkahir, gelang giok dipasang di bagian bawah corong.

Sekarang, dia siap melalukan proses ekstraksi.

Erix mengeluarkan energi dari tubuhnya, bukan berbetuk sulur, tetapi seperti auraro hitam dan putih. Kemudian dia dorong energi tersebut melewati pantat corong, menembus jarum raksasa, dan melesat lurus jauh ke angkasa sampai menyentuh bulan.

"Maneq ... vocker ustralning ... eldroud ... morkerens mastare ... ge dina ... valsingnelser!" Gelombang kejut saat energi Erix menghantam bulan seketika tercipta. Bahkan mengusir semua awan, yang sebenarnya tidak terlihat karena malam, dan menghancurkannya.

Kemudian, Oze menarik mundur energinya tadi. Dari bagian ujung, energi hitam pekat – sangat pekat – tampak keluar dari bulan. Erix terus menarik energi itu.

Dirasa kurang cukup, Erix menambah jumlah energi yang ia lepaskan untuk menarik energi kegelapan murni dari bulan tersebut sehingga membentuk seperti pilar hitam putih yang besar. Yang awalnya tertarik secara perlahan, kini energi hitam dari bulan ditarik dengabn sangat cepat.

Erix berkonsentrasi penuh dalam pengontrolan energinya saat menarik energi bulan. Dalam kurun waktu sekitar tiga puluh menut, energi kegelapan bulan merah sudah sampai di ujung jarum raksasa. Detik itu juga, energi hutam tersedot otomatis.Erix menyerap kembali energi yang tadi ia keluarkan dengan tambahan energi hitam dari bulan.

Arus energi dari bulan tersebut menyembur deras seperti semprotan air dari selang pemadam kebakaran. Begitu kuat dorongannya membuat jarum raksasa sedikit bergetar.

Dari jarum, energi langsung mengenai mutiara hitam. Benda kecil itu memproses energi tersebut dan menyebarkannya di seluruh ruang corong. Anehnya, energi yang keluar dari mutiara ini sudah dalam bentuk seperti pasir.

Dungeon Hallow 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang