Dua dragon yang ditunggangi Zenda dan keluarga Bayu sekarang melintasi langit Kota Crownwald, ibu kota Kerajaan Camelot.
Bayu dan istrinya, Nirbana, tampak tercengang. Mulut mereka menganga dengan mata yang terus melebar. Kota yang mereka lintasi sekarang terlihat sangat amat berbeda dari semua kota yang pernah mereka datangi, bahkan dalam sejara pun belum pernah ada kota seperti ini. Gedung-gedung berdinding kaca menjulang tinggi dengan penataan yang sangat rapih.
Mereka juga melihat ratusan harpy dan nefilim terbang bebas di angkasa sambil membawa barang bawaan mereka. Khususnya untuk nefilim, makhluk seperti manusia yang bersayap burung itu sempat membuat Nirbana terpana. Sayap-sayap mereka membentang indah – ada warna merah seperti api, ada yang putih polos dan ada pula campuran putih dan hijau – terlihat begitu khas. Sayap-sayap harpy juga tak kalah indah, campuran berbagai warna cerah seperti burung pada umumnya.
"Kita di mana?" tanya Bayu.
"Inilah negara yang sedang dibangun raja kita, Raja Arthur," jawab Zenda dengan bangga.
Setelah itu, kedua dragon itu mulai melayang turun dan mendarat di sebuah tanah lapang yang sengaja disipkan untuk para dragon mendarat. Persis seperti tempat mendaratnya helikopter, tetapi dibuat lebih luas.
Di sana sudah ada dark elf yang sudah menunggu kepulangan Zenda.
Setelah turun dari dragonnya, Zenda langsung menghampiri dark elf tersebut.
"Selamat datang kembali, Jendral," ujar dark elf itu.
"Terima kasih sudah mau menjemputku, Tuan Ilrune."
"Jadi, inikah Bintang Arthur terkahir yang kau sebutkan itu?"
"Perkenalkan, Bayu Aswanta dan istrinya Nirbana, serta si gadis kecil yang imut, Tisna Pramastri," jawab Zenda memperkenalkan orang yang dia bawa.
"Hai, manis." Ilrune menyapa Tisna yang memang menggemaskan. Tisna pun melambaikan tangan dengan ramah. "Namaku Ilrune al Halueth. Senang bertemu dengan kalian."
Bayu dan Nirbana sedikit membungkuk memberi hormat.
Ilrune terlihat mengusap dagunya saat menatap Bayu yang tampak urakan. Bukan pakaian yang dikenakan, tetapi karena kumis, janggut dan rambut yang tidak terawat. "Dia terlihat seperti terlalu lama hidup di gua."
Nirbana seketika tertawa. "Anda tidak perlu takut, Tuan. Aku akan menyuruhnya untuk bercukur."
"Apa ada kabar atau kejadian selama aku tidak ada?" tanya Zenda. Ia mulai melangkahkan kakinya untuk meninggalkan tempat itu, menuju sebuah bangunan keluar dari kawasan tersebut.
Sebanarnya bandara itu sepenuhnya berfungsi sebagai tempat pengiriman kargo antar kota yang berlokasi sangat jauh seperti Kota Ginkaku di ujung selatan atau Kota Ute di ujung timur laut.
"Beberapa hari lalu, utusan Kerajaan Ziheld dan Kerajaan Lumira datang. Bahkan Raja Helicius memimpin langsung pasukan tersebut.," jawab Ilrune.
"Wow." Zenda cukup tercengang.
"Tunggu dulu, Raja Helicius? Raja yang terlihat bengis itu? Dengan wajah yang ...." Bayu mencoba meniru ekpresi Raja Helicius yang kaku.
"Ya, kau benar," jawab Ilrune.
"Aku sungguh tidak menyangka," gumam Bayu sambil mendengus tertawa. Raja super kaku dan kasar itu, ada di sini.
"Sebaiknya kita segera ke istana dan bertemu dengan yang lain," ujar Ilrune yang ternyata sudah menyiapkan sebuah kereta kuda.
"Aku setuju. Namun, sebelum itu kita harus ke toko baju dan ...." Zenda menunjuk area bibirnya secara melingkar sebagai isyarat untuk mencukur Bayu lebih dulu.
![](https://img.wattpad.com/cover/209358464-288-k33982.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dungeon Hallow 2
FantasySekuel Dungeon Hallow ~Tamat~ Kelanjutan kisah pertualangan Erix yang terdampar di dunia lain bersama pelayannya, Lucius Ventus. Namun, perang besar antara Pasukan Gabungan Leavgard dan Asmodeus membuat sang tokoh utama lenyap dalam pelukan Haruka. ...