Erix tiba-tiba terbangun dari tidurnya dan langsung berangkat. Kepalanya seketika nyiri akibat pergerakan yang tiba-tiba tersebut. Reflek, ia langsung memegang kepalanya sambil melihat situasi sekitar. Kamar, itulah yang ia lihat sekarang.
"Kau pingsan lagi," ujar Izumi yang ternyata duduk di sebelahnya.
Erix sedikit teringat sebab kenapa ia pingsan. Sosok gadis remaja berambut panjang yang memegang wand putih sama dengan yang dimiliki Haruksa, sekarang muncul dan lekat di benaknya. Namun, saat ia mencoba mengingat wajah dari wanita tersebut, kepalanya terasa sakit seakan ingin pecah.
"Haruka ... di mana dia?" tanya Erix.
"Oh, Haruka dan Yura sedang ke kota bersama Genji," jawab Izumi. Suaranya terdengar begitu halus dan tenang seperti air danau yang dingin. "Ada apa?"
Bocah kecil yang tampak pucat itu segera beranjak dan berlari ke luar kamar. Ia melesat ke jalan berbatu di depan rumah. Kepalanya terasa pusing dan sakit. Namun, ia tahan dan ia paksa kakinya menuju jelan ke kota.
Dalam pikirannya, Erix tidak pernah mengingat pernah melewati jalan itu, tapi tanpa disadari kakinya seakan hapal jalan tersebut dan tahu ke mana harus melangkah.
Tak lama kemudian, susunan rumah penduduk pinggiran kota mulai terlihat. Erix makin melesat dan masuk ke kota besar tersebut. Ia berlari dengan cepat tanpa memperdulikan apa pun.
Saat di persimpangan jalan menuju tempat yang kemungkinan bazaar, tidak sengaja Erix menabrak seorang gadis. Anehnya, saat bocah itu menghantam gadis tersebut, justru Erix yang terpental hebat dan terjatuh cukup jauh dari pusat benturan. Sedangkan sosok lembut yang ia tabrak hanya jatuh dan tersungkur.
Erix segera beranjak dan langsung menghampiri gadis itu. "Maaf, kau tidak apa-apa?" tanya Erix khawatir.
Gadis itu beranjak dengan perlahan. "Ya, aku tidak apa-apa."
Pengambaran sosok yang manis, itulah yang Erix pikirkan. Wajah gadis itu bulat oval dan bermata sipit. Ia mengenakan busana hanfu warna merah jambu membuatnya terlihat anggun dan mempesona. Rambut hitamnya yang panjang dihiasi dengan tusuk konde sewarna dengan bajunya.
"Aku sungguh-sungguh minta maaf." Erix mencoba minta maaf lagi, ia sangat tidak enak hati.
"Tidak apa. Sepertinya kau sedang terburu-buru," ujar gadis hanfu itu.
"Oh iya, benar juga." Erix seakan baru tersadar. Tapi, saat ia akan melangkah, suasana pinggiran kota tempat ia berada sekarang terasa sangat asing. "Aku di mana?"
"Loh, padahal sebelumnya kau terlihat sedang mencemaskan sesuatu." Gadis itu mulai heran dengan tingkah bocah di depannya itu.
Erix hanya menggaruk kepala belakangnya. "Aku lupa, hahaha ...."
"Kalau begitu, maukah kau membantuku?" Ia menatap Erix dengan tatapan memohon yang teramat.
"Baiklah. Apa yang bisa aku bantu?"
"Aku mencari sebuah mutiara. Warnanya merah muda. Benda itu perhiasan mendiang ibuku." Suara gadis itu agak gemetar, sepertinya ia akan menangis.
"Serahkan padaku," ujar Erix sambil menyeringai. "Pertama-tama, kita harus menelusuri jalan yang tadi kau lewati."
"Aku sudah melakukannya. Saat aku makan ramen di kedai ramen itu," tunjukknya ke arah kedai sederhana sekitar sepuluh meter dari mereka. "Lalu aku kembali ke penginapan, tapi aku tidak menemukannya sama sekali."
Air mata mulai menggenang di pelupuk mata. Namun, air itu gagal untuk jatuh. Erix menepuk pundak gadis itu dan berseru, "Aku akan menemukannya!"
Pertama-tama Erix masuk ke kedai ramen dan bertanya pada pemilik warung tersebut untuk menanyakan mengenai mutiara yang dimaksud. Sayangnya, pemilik toko tidak menemukan apa pun. Dan para pembeli yang datang hari itu juga tidak mengatakan kalau menemukan sebuah mutiara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dungeon Hallow 2
FantasySekuel Dungeon Hallow ~Tamat~ Kelanjutan kisah pertualangan Erix yang terdampar di dunia lain bersama pelayannya, Lucius Ventus. Namun, perang besar antara Pasukan Gabungan Leavgard dan Asmodeus membuat sang tokoh utama lenyap dalam pelukan Haruka. ...