Sederet pasukan Lycan – makhluk semacam serigala yang berdiri dengan dua kaki namun bungkuk – dan Mothman – ngengat raksasa – tampak melesat cepat mengejar gerombolan pengkhianat. Semua makhluk itu bertekat untuk menghabisi makhluk yang mereka kejar tersebut.
Para sasaran mulai terlihat. Jarak mereka sekitar 500 meter. Terdiri dari makhluk seperti iblis, zombie, dan koala ukuran manusia. Semua lycan semakin cepat dalam berlari.
Dari pasukan pengkhianat, seorang wanita berjubah coklat lusuh melemparkan seutas mantra sihir. Sebuah tembok tak terlihat, membentang menghalangi langkah para pengejar.
Banyak lycan menabrak tembok tersebut dengan kuat membuat beberapa dari mereka terluka. Namun, itu bukan akhir pengejaran.
Tidak hanya itu, seorang laki-laki bertubuh binaragawan dengan kulit merah gelap dan bertanduk iblis, maju sambil mengangkat sebuah batu besar. Ia lempar batu tersebut ke arah para lycan supaya srigala-srigala itu tidak mengejar. Tembok tak terlihat yang penyihir tadi rapalkan, tidak menahan apa pun dari dalam.
"Ayo, Aegina!" seru pria itu dan mengangkat wanita berjubah tadi ke pundaknya untuk segera pergi.
"Tapi mereka akan mengejar lagi," sahut wanita itu seraya sedikit memberontak. Mantra tembok tak terlihatnya seketika sirna dan para lycan langsung bergegas mengejar.
Dari udara, para mothman terbang cepat dengan sayap besar mereka. Makhluk itu cukup mengerikan. Mereka tidak berkepala namun, kedua mata dan mulut mereka terdapat di dada.
Makhluk-makhluk itu mencoba melemparkan serbuk-serbuk halus dari sayap mereka. Tetapi, Aegina langsung mengayunkan tongkat sihirnya dan menciptakan arus angin. Semua serbuk langsung beterbangan ke arah berlawanan.
Para pengkhianat itu terus melangkahkan kaki mereka untuk menjauh. Hingga, mereka melihat sebuah hutan di depan mereka. Bergegas mereka mempercepat langkah untuk masuk ke hutan tersebut.
Namun, sebuah ramalah buruk seketika masuk ke pikiran Aegina seperti sambaran petir di siang bolong dan itu membuatnya berteriak memberikan instruksi. "Jangan masuk ke hutan itu!"
Seorang pemuda bertanduk iblis, yang siap akan meloncat masuk ke hutan, seketika menghentikan langkahnya. Tidak hanya dia, beberapa iblis juga langsung mengerem detik itu juga. Para zombi juga berhenti melangkah.
"Kenapa kita tidak boleh masuk ke hutan itu, Aegina?" tanya seorang wanita zombi yang mengenakan setelan kulit super ketat.
"Maaf, Banshee. Hutan itu sudah dipenuhi jebakan," jawab Aegina seraya turun dari pundak laki-laki iblis tadi.
"Lalu apa yang harus kita lakukan?" tanya Banshee mendesak.
"Tuan Eragog, lihat! Para lycan sudah terlihat," sahut salah satu pemuda iblis.
"Tidak ada pilihan, kami akan menahannya." Sesosok makhluk seperti koala setinggi manusia memiliki massa otot kekar yang menunjukkan jati diri seorang petarung, datang menghampiri. Ia tidak sendiri, banyak makhluk sepertinya yang tampak sudah siap.
"Tidak, Tuan Timberpawl. Kau dan semua ras Eucuala tidak boleh musnah di sini," sahut Aegina.
"Pikirkan sebuah cara, aku akan menahan mereka." Kali ini seorang pria seperti iblis namun, bukan iblis yang tubuhnya tampak terbakar, datang dari udara.
"Tuan Ifrit." Banshee sempat terpukau dengan kedatangan roh superior itu yang tampak elegan.
"Baiklah," sahut Aegina. "Tuan Eragog, Tuan Timberpawl, Banshee. Ikut aku!"
Ifrit mulai melesat terbang dan menciptakan tembok api super panas. Panjangnya tembok pun cukup jauh dan juga tinggi, membuat makhluk-makhluk pengejar terhalang langkahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dungeon Hallow 2
FantasySekuel Dungeon Hallow ~Tamat~ Kelanjutan kisah pertualangan Erix yang terdampar di dunia lain bersama pelayannya, Lucius Ventus. Namun, perang besar antara Pasukan Gabungan Leavgard dan Asmodeus membuat sang tokoh utama lenyap dalam pelukan Haruka. ...