79 : Malaikat Jatuh & Penyihir

252 48 114
                                    

Ketidak sukaan Lucifer nampak jelas saat menatap Lucius. Raut mukanya kecut seakan ia memendam kekesalan yang gelap. Meremehkan orang lain merupakan sifat dasarnya. Namun, kali ini ia justru diremehkan oleh seorang manusia yang terbalut zirah aneh.

"Lucius ... Lucius ...." Suara laki-laki terdengar di telinga Lucius dari helmnya.

"Ya, Prof. Aku di sini," jawab Lucius yang tahu siapa pemilik suara tersebut.

"Lub, apa dia sundah sampai?" tanya Prof Alvor agak menggebu.

"Lub, maksudmu slime wanita ini?" tanya Lucius mengkonfirmasi. Ia masih memantau para malaikat jatuh untuk memastikan mereka tidak melakukan pergerakan.

"Dia sudah tiba, syukurlah," ujar suara Alvor di telinga Lucius. "Aku hanya ingin memberikan informasi kalau dia tidak bisa bicara. Untuk berkomunikasi dengannya, kau hanya perlu mengatakan perintahmu seperti kau memerintah manusia biasa."

"Terima kasih infonya. Akan aku coba sekarang," ujar Lucius dan ia langsung mematikan alat komunikasinya.

Lucius terbang menggunakan roket pendorong pada zirahnya dan mendarat di bahu wanita slime raksasa itu. "Lub, apa kau bisa mendengarku?"

Lub tampak serius menatap makhluk raksasa yang kepalanya sekarang tinggal enam itu, mengangguk menjawab pertanyaan Lucius.

"Apa yang kalian rencanakan?" tanya Lucifer yang mulai curiga akan pergerakan Lucius.

"Apa pedulimu," sahut Lucius. Perkataan itu benar-benar menyinggung perasaan Lucifer. Dia yang selalu diagungkan, justru direndahkan sekarang.

"Ramel," panggil Lucifer pada bawahannya. Seorang laki-laki berzirha hitam dengan sayap yang juga berwarna hitam, melayang turun menghampiri Lucifer. "Bunuh dia."

"Malaiakat jatuh, SERANG!" Ramel dan hampir semua pasukan malaikat jatuh bersayap hitam menukik turun menyerang Lucius bersamaan.

Dengan cepat Lucius terbang ke belakang Lub dan mulai menargetkan semua malaikat jatuh yang mendekatinya. Puluhan keker muncul pada bayangan helm dan mengunci semua target serangan. Detik itu juga, puluhan roket kecil melesat dari bagian-bagian tubuh zirah tersebut. Semuanya melesat melewati tubuh Lub dan menembusnya sehingga setiap roket terlumuri dengan racun.

Masing-masing malaikat jatuh segera menciptakan sihir perisai mereka. Berbentuk lingkaran yang terdapat ukiran tulisan aneh.

Namun, karena rudal Lucius sudah mengandung racun, semuanya menembus perisai tersebut dan menghantam semua malaikat jatuh. Rentetan ledaka tercipta di udara dan puluhan malaikat jatuh terhempas kuat ke tanah.

Lucifer memicingkan mata menatap semua bawahannya yang tampak tidak berguna.

Ramel masih terbang meluncur meski ia terkena dampak ledakan. Namun, butuh rudal lebih kuat untuk menjatuhkannya. Ia melesat dengan pedang hitamnya dan bersiap akan menebas Lucius. Sayangnya, kecepatan terbang lawannya itu jauh lebih cepat darinya sehingga saat Lucius meluncur, ia tidak bisa mengejar.

Sasarannya pun berganti. Beberapa penyihir yang di dekatnya, yang sekarang tampak krisis akan mana karena terus digunakan untuk menghancurkan perisai sihir Labaniel – makluk raksasa berkepala tujuh – menjadi incarannya sekarang. Kesatria hitam malaikat jatuh itu bersiap akan menebas para penyihir tersebut. Tiba-tiba, sebuah pedang melesat dari saping dan menepis serangannya.

"Lawanmu adalah aku," ujar John. Ia rasa, melawan si hitam ini sedikit lebih mudah dibandingkan menghancurkan perisai sihir milik Labaniel. Ia terlihat sangat gagah dengan zirah yang terdapat banyak permata.

Dungeon Hallow 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang