99 : Garuda - part1

219 47 63
                                    

Erix menatap sekelilingnya dengan wajah yang terpukau. Hutan belantara yang diapit perbukitan hijau menunjukkan kesuburan hutan dan rimba yang sehat. Senyum di wajahnya merekah saking indahnya hutan itu, khas hutan tropis.

Suara hewan-hewan terdengar sahut menyahut. Alunan derikan serangga, kicauan burung dan desiran dedaunan membuat suasana terasa damai. Bahkan seseorang bisa saja lupa kalau hutan ini adalah dungeon.

"Baiklah, kita langsung saja," ujar Erix. Semua orang di sekitarnya langsung menoleh dan menatap pemuda itu seakan bertanya apa yang ia maksudkan.

Erix mengeluarkan energi putih di tubuhnya membuat tubuh pemuda itu berkilau akan energi tersebut. Setelah itu, ia kumpul di atas kepalanya mebentuk bola putih besar dan langsung ia lempar ke angkasa.

Di ketinggian sekitar seratus meter, bola tadi meledak dan menjadi seripisah energi. Serpihan tersebut menyebar ke segala arah seperti meteor.

Rodin yang penasaran pun bertanya. "Apa yang kau lakukan, Erix?"

"Memberi salam," jawab Erix sambil tersenyum.

Ante mengernyitkan dahi. "Maksudnya?"

"Tunggu saja lima ...." Tiba-tiba suara raungan terdengar nyaring. Begitu keras dan buas. Disusul suara teriakan seekor burung yang melengking. "Sudah ada."

Dari arah timur dan barat hutan, suara gemuruh dari langkah monster terdengar jelas. Burung-burung pun beterbangan seakan menghindari sesuatu.

Para shensin dan prajurit kerajaan mulai bersiap dengan senjata mereka. Zenda selaku jendral pun sudah menyiapkan Pedang Legenda Durendal di tangannya.

Erix melihat respon dari semua prajurit, begitu siaga tanpa rasa takut sedikit pun. Hal itu membuatnya senang dan sangat mengapresiasi keberanian semua prajurit tersebut.

Seekor monster dengan wujud rusa yang ganas, mencoba menyerang semua pendatang gelap di dungeon tersebut. Ia menerkam seperti seekor harimau dan menyeruduk seperti banteng. Namun, begitu cepatnya Rodin bertindak dan menghancurkan rusa tersebut dengan pukulannya. Shensin keling itu begitu bangga akan serangannya.

Tidak hanya satu monster, ratusan monster binatang datang bergerombol dan mengepung mereka dengan instan. Ada harimau, gorilla, monyet, ular derik, babon, babi hutan, burung elang, burung nazar, dan monster-monster lainnya, menatap para shensin dan siap memburu mereka.

"Erix ... aku harap kau tahu apa yang sudah kau lakukan," ujar Takiya. Samurai itu menghunuskan katana-nya ke arah banyak monster di atas pohon dekat mereka.

"Tentu saja aku tahu," ujar Erix. Senyum remeh masih melengkung di bibirnya. Dengan cepat ia membalut tubuhnya dengan energi putih dan membuatnya menjadi peluru-peluru kecil. Semua peluru energi itu melingkari koloni membentuk seperti kubah.

Para binatang yang sudah berkumpul seketika melesat dari tempat mereka berdiri dan menerkam. Dengan jentikan jari, semua peluru energi melesat lurus dan menembus semua tubuh. Erix menciptakan peluru energi dalam waktu singkat dan kembali menembakkannya.

Suara jeritan dari semua monster terdengar bersahut-sahut. Hanya dalam kedipan mata, beberapa lubang tercipta di tubuh mereka.

Tidak ada yang bisa kabur karena peluru energi yang Erix miliki tidak membiarkan siapa pun lolos. Mereka meliuk di udara dan mengejar untuk memasukkan diri mereka ke tubuh lawan, kemudian menghilang di sana.

Gundukan mayat tercipta dan senyum Erix makin menyeringai. "Aku tidak menyangka kekuatanku akan sehebat ini."

Gunung mayat tadi secara perlahan mulai menghilang. Tubuh-tubuh monster itu melebur menjadi serbuk hitam dan menyebar di udara. Berubah menjadi gas yang tak dipedulikan lagi. Tinggalah tumpukan dungeon stone dan beberapa drop item yang langsung diambil Takiya.

Dungeon Hallow 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang