Peristiwa itu terjadi setelah Erix meninggalkan Dera di Rieheim untuk pergi ke masa lalu.
Di atas bukit pinggir kota elf, di mana terdapat sebuah pohon besar yang tumbuh, semua elf berkumpul dan menyaksiskan kepergian Erix melalui pintu sihir yang Raja Cernunnos ciptakan.
Dalam wujud gadis kecil yang bertelinga dan berekor kucing, Dera berjalan cepat menghampiri tiga sesepu elf yang mencuri kalung Erix, pemberian Pangeran Belphegor. Beruntungnya, para sesepu itu berdiri di barisan terdepan kerumunan elf sehingga Dera tidak perlu mencari mereka.
"Kalian bertiga, kembalikan kalung Papaku!" seru Dera.
"T-tapi ...." Ceshar, salah satu dari tiga sesepu di tengah, tampak ragu untuk menjawab.
Raja Cernunnos yang penasaran, melayang dengan anggunnya menghampiri tiga sesepu itu. "Apa yang terjadi?"
Tiga elf tua di barisan depan, dan semua elf yang di belakang mereka, seketika tertekuk lutut akan kedatangan Cernunnos.
"Ma-maaf, Yang Mulia. Kalung yang dia maksudkan itu ...." Lagi-lagi Ceshar tampak ragu untuk menjelaskannya.
"Cepat kembalikan!" sergah Dera menekan. Ia menginginkan kalung milik Erix itu apa pun yang terjadi.
"Katakanlah, jangan takut." Suara Cernunnos terdengar halus. Lebih seperti gema pegunungan.
Dengan sedikit ragu, Ceshar mengeluarkan sebuah kalung dalam kotak berbuludru merah. Bandulnya yang berupa batu hitam dengan corak seperti api membara. "Ada kekuatan kegelapan yang sangat besar di dalam kalung ini, Yang Mulia. Kekuatannya sangat pekat, kita harus menghancurkannya."
"Apa kau bilang!" seru Dera mengerang. Bulu pada ekornya mengembang tanda ia sangat marah.
Cernunnos mengayunkan tangannya dengan ringan. Di waktu bersamaan, kalung tadi melayang mengudara dengan perlahan. Kemampuan itu, seperti telekinesis.
Raja elf itu mencoba menerawang isi kalung tersebut. Namun, yang bisa ia rasakan hanyalah kegelapan yang pekat. Sangat amat pekat. Wajar jika para sesepu menginginkan kalung itu untuk dihancurkan, tetapi hal itu bertolak belakang dengan roh kucing agung di hadapannya.
"Ada kegelapan yang sangat besar di dalam liontin ini," ujar Cernunnos.
"Aku sudah tahu. Jadi, kembalikan." Dera tidak membentak seperti sebelumnya, mengingat rasa hormat dan sopan terhadap raja. Namun, setiap kalimatnya penuh akan penekanan.
"Dari mana Erix mendapatkan kalung ini?" tanya Cernunnos lagi.
"Temannya, tapi jangan tanya siapa dia karena beliau sudah mati. Energi kalung ini rencanya akan ia gunakan untuk melawan pangeran Neraka," jelas Dera. Tidak ada kebohongan dalam kalimat yang keluar dari mulut mungil itu. Namun, Cernunnos dapat merasakan kalau ada yang ditutupi.
"Aku tidak bisa menyerahkan kalung ini pad-"
Belum selesai Cernunnos berkata, ledakan energi menghempas apa pun dari tubuh Dera. Energi murni bangsa roh. Namun, untuk kasus Dera, energi yang dihempaskan juga mengandung energi suci. Tubuh gadis kucing itu terbalut luapan energi kuning yang sangat kuat.
"Beraninya kau ..."
"Aku tahu aku tidak akan menang melawanmu, tetapi aku yakin aku bisa membawa beberapa elf untuk mati bersamaku." Mata Dera yang sekarang bersinar jingga – seperti matahari terbit – menatap semua elf di sekitarnya.
Cernunnos menghela napas. "Baiklah, tetapi aku tidak bisa membiarkannya begitu saja. Kegelapan di dalam lontin ini tampak bergumpal seperti janin. Jika dibiarkan, iblis baru akan terlahir."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dungeon Hallow 2
FantasySekuel Dungeon Hallow ~Tamat~ Kelanjutan kisah pertualangan Erix yang terdampar di dunia lain bersama pelayannya, Lucius Ventus. Namun, perang besar antara Pasukan Gabungan Leavgard dan Asmodeus membuat sang tokoh utama lenyap dalam pelukan Haruka. ...