Aura intimidasi kegelapan sangat amat kuat memancar dari tubuh mayat hidup yang tampak arogan. Wujud fisiknya hampir merupakan tengkorak dengan nyala merah di lubang mata. Sambil mengenakan semacam jubah hitam lusuh, dia sekarang duduk di singgasana mewah dengan sandaran tinggi berhiaskan susunan tengkorak iblis.
Matanya menatap rendah semua makhluk di hadapannya yang sekarang tunduk padanya. Meski samar, terdapat aura hitam tipis keluar dari makhluk kerangka itu dan membuat apa pun di hadapannya takut. Dia mendominasi seluruh ruang tahta tersebut.
"Apa hanya ini yang tersisa dari semua pasukan yang aku tinggal dulu?" ujarnya sambil membaca selembar kertas laporan di tangan. "Ada yang bisa menjelaskannya?"
Semua orang terdiam, mereka takut bahkan sampai ada yang gemetar.
"Moloc?" tanya kerangka itu lagi.
Laki-laki berkepala kerbau terperanjak. Seketika ia linglung dan gelagapan. Namun, diam bukanlah pilihan yang tepat. Segera saja dia menyahut dan menjawab apa adanya. "Musuh terus keras kepala dan tidak mau menyerah, Yang Mulia."
Tengkorak yang diagungkan tertawa. "Kau merasa dirimu sendiri lemah? Ayolah." Meski tak ada daging di wajahnya, tetapi semua yang tunduk itu tahu kalau junjungan mereka sedang kesal.
Asap tebal dan menggumpal tiba-tiba melesat dengan kecepatan tak masuk akal, menghantam Moloc membuat mantan bawahaan Baal itu terhempas jauh ke belakang sampai menghantam dinding ruangan. Dia memuntahkan darah detik itu juga.
"Kau pikir aku menerima jawaban seperti itu." Padahal sang junjungan tidak bergerak satu inci pun, tetapi bisa mengontrol energi kegelapan sepadat itu seakan hal itu sesuatu yang remeh. "Yang lain? Aku harap jawabannya tidak sekonyol dia."
Keheningan menjadi latar ruangan itu. Tak ada satu pun yang berani menjawab
"Ah, mungkin Lilith tahu," sahut kerangka itu lagi sambil mengganti posisi duduknya.
"Maaf, Yang Mulia. Hamba tidak mengerti urusan perang," jawab wanisa cantik mantan istri Beelzebub tersebut. Suaranya terdengar gemetar tak mampu menahan gejolak akan pancaran kegelapan yang sangat pekat.
"Oh, benar juga. Maaf, salahku," sahut kerangka tadi.
"Tidak-tidak-tidak, hambalah yang bersalah karena tidak tahu apa pun." Lilith menegang dan panik. Apa yang dia lakukan sekarang sama saja menuduh sang junjungan sudah membuat suatu kesalahan, dan itu merupakan tindakan yang fatal.
"Sudahlah ...."
"Maafkan hamba, Yang Mulia."
"Diam!" Suaranya begitu tenang, tetapi mengandung penekanan yang luar biasa. Lilith seketika membisu.
Sang tengkorak pun menghela napas. Meski dia tak memiliki hidung, bahkan paru-paru, tetapi dia tetap melakukannya seakan dia memiliki banyak paru-paru di dadanya. "Jahal, jawablah."
"Karena kebodohan kami dalam memimpin saat berperang, Yang Mulia," jawab laki-laki setengah baya. Dia berpenampilan seperti orang Arab zaman dulu, mengenakan tunik panjang seperti jubah dan dia juga bersorban.
"Lahab?" tanya tengkorak lagi pada laki-laki bersorban sebelah Jahal.
"Tidak adanya persatuan dan terlalu meremehkan musuh," jawab Lahab.
"Kenapa manusia seperti mereka bisa menjabanya dengan sangat baik. Dan kalian para iblis, tidak berpikir seperti itu sama sekali. Bahkan menganggap musuh akan menyerah dengan sukarela." Para iblis membungkuk makin dalam. Takut akan kemurkaan tuan mereka. "Dan jumlah pasukan ini, kalian hanya mengumpulkan sampah. Bahkan tingkatan mereka lebih rendah dari iblis tingkat rendah. Apa saja yang sudah kalian lakukan selama tiga belas abad!?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dungeon Hallow 2
FantasiSekuel Dungeon Hallow ~Tamat~ Kelanjutan kisah pertualangan Erix yang terdampar di dunia lain bersama pelayannya, Lucius Ventus. Namun, perang besar antara Pasukan Gabungan Leavgard dan Asmodeus membuat sang tokoh utama lenyap dalam pelukan Haruka. ...