Di ruang tahta ratu suku Thuck, Raja Keiros dan pamannya, Yodea, bersujud memohon dengan tulus kepada Erix. Mereka benar-benar membutuhkan pertolongan seorang Lord untuk menyelamatkan negara mereka.
"Kami mohon!" seru Yodea.
"Seorang raja tidak boleh menundukkan kepalanya pada orang asing sepertiku," ujar Erix. "Yang harus kau lakukan adalah berdiplomasi."
"Kami akan memberikan apa pun yang kau inginkan," sahut Keiros. Raja muda itu benar-benar tertekan sampai-sampai berani berkata demikian. Rasa putus asanya terlihat dengan jelas.
"Oy, itu terlalu rancu. Jika aku menginginkan kerajaanmu, bagaiman?" ujar Erix lagi. Pemuda itu akhirnya mendesah dan menyerah. "Baiklah, aku akan membantumu. Tapi ada harganya."
"Sungguh!?" Keiros mengangkat kepalanya menatap Erix.
"Ya," jawab Erix. "Cepetlah berdiri, atau aku akan berubah pikiran."
"B-baiklah." Keiros bergegas beranjak dari sujudnya bersama Yodea.
"Aku akan membantumu semampuku dan bayarannya adalah aku ingin Negara Illinixhina mendeklarasikannya sebagaia negara bawahan Camelot," ujar Erix. Ia cukup serius dalam ucapannya.
Yodea sempat tercengang dengan harga yang diucapkan. Baginya itu terlalu tinggi.
"Baiklah," jawab Keiros. Yodea terkejut. "Tapi aku mohon jangan terlalu memeras kami."
"Tidak ada saling peras antar dua negara. Kita hanya akan saling bantu seperti saudara," kata Erix memperjelas. Yodea tampak lega. Namun, perkataan Erix itu dapat dipegang atau tidak, ia sedikit ragu. "Baiklah. Untuk sekarang, berikan padaku semua informasi yang kau miliki mengenai geografis kerajaanmu, posisi musuh, kebiasaan musuh dan apa pun yang menurutmu penting."
"Baik ...." Dari sini, Keiros menjelaskan banyak hal pada Erix. Mengenai bangunan-bangunan yang terikat langsung dengan musuh, pabrik senjata dan pabrik monster.
Tidak hanya Keiros, Yodea pun ikut andil. Tidak ada informasi satu pun yang tidak ia ucap, semua ia jabarkan dengan jelas.
Boudica dan Penthesileia menyiapkan sebuah meja di tengah ruangan tersebut dan membentangkan sebuah peta. Erix menatap peta itu dan memutar otak untuk menyusun beberapa rencana dari informasi yang diberikan. Targetnya utamanya adalah istana. Sedangkan untuk pabrik monster, ia sudah menyiapkan satu rencana lain.
Masalahnya sekarang adalah personil. Dari Erix, ia hanya memiliki Phoenix dan Salamander saja. Dera yang ada di tubuhnya tidak dihitung sebagai penyerang, Dera akan menjadi pendukung.
Suku Thuk hanya akan menurunkan seribu orang saja yang nanti dipimpin oleh Penthesileia. Tentu saja itu adalah jumlah yang sangat sedikit. Sedangkan Keiros hanya memiliki tidak lebih dari 250 orang yang sekarang bersembunyi di gua pada kaki pegunungan.
Sebuah ide tiba-tiba muncul saat Erix teringat kalau Kerajaan Elsia dan Negara Illinixhina sedang berseteru. Dengan memanfaatkan situasi tersebut, bisa saja ia menyelinap ke sarang musuh.
"Kita akan menggunakan taktik perang gerilya," ujar Erix.
"Gerilya?" Ratu Hyppolite sepertinya belum mengenal kalimat itu.
"Pertama, Raja Keiros, Anda perintahkan semua orang yang bersembunyi di gua dan menyebar ke seluruh negri untuk meminta bantuan semua warga yang masih selamat. Dengan begitu, kita akan memiliki sejumlah pasukan yang cukup," jelas Erix.
"Tapi, mereka hanya petani," timpal Yodea.
"Sulut amarah mereka. Tidak ada yang tau apa yang akan terjadi dengan sekelompok orang yang tampak murka," jelas Erix. "Tapi kita harus tetap mengendalikan mereka. Jika tidak, mereka akan bertindak bodoh dan semena-mena. Di sini, peranmu sangat penting, Raja Keiros."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dungeon Hallow 2
FantasySekuel Dungeon Hallow ~Tamat~ Kelanjutan kisah pertualangan Erix yang terdampar di dunia lain bersama pelayannya, Lucius Ventus. Namun, perang besar antara Pasukan Gabungan Leavgard dan Asmodeus membuat sang tokoh utama lenyap dalam pelukan Haruka. ...