Puas dengan makanannya, puas dengan tidur siangnya, Erix sekarang melesat dengan kecepatan penuh menembus udara dingin bersalju menuju sisi terluar bagian utara Benua Leavgard. Sayap hitamnya mengepak kuat membuat tubuhnya meluncur cepat.
Tekanan udara yang begitu keras menekan, mampu ia terjang dan tanpa masalah apa pun. Energi suci yang ia alirkan ke tubuh membuatnya tidak menderita dampak merugikan dari hempasan angin tersebut.
Erix terus mengepakkan sayapnya untuk meluncur lurus ke depan. Tanpa berbelok sama sekali.
Makin dekat dia ke tempat tujuannya, makin kencang pula tekanan angin bersalju yang ia hadapi. Sampai, ia terpakasa turun ke laut yang membeku karena sudah semakin sulit untuk terbang.
Setapak demi setapak ia pijaki dan terus malaju. Tiba-tiba, seekor srigala berukuran jumbo meloncat dari belakang Erix membuat pemuda itu reflek mengeluarkan pedangnya. Namun, belum sempat ia menebas, sebuah kereta es yang terikat dengan srigala tadi seketika meluncur ke arahnya.
"Hey, kau yang di sana, apa yang kau lakukan di sini?" tanya laki-laki itu sambil melepas kaca mata selam yang ia kenakan. Kaca mata itu sangat bagus untuk menghalau deruan angin yang mengandung kepingan salju.
"Siapa kau?" tanya Erix sambil bersiaga dengan pedangnya mengingat besarnya srigala yang menarik kereta es tersebut. Persis seperti srigala yang biasa digunakan kaum Trainer dengan tinggi sekitar tiga meter. Namun, yang ini jauh lebih gagah seakan keberadaannya bukan sebagai monster, tetapi sebagai penguasa.
"Namaku Raka Nothnegel. Aku orang yang diutus Kerajaan Regulus untuk meminta negosiasi pada Roh Es. Aku tanya lagi, apa yang kau lakukan di sini?"
Erix sepertinya bingung dengan Kerajaan Regulus yang dimaksudkan. "Namaku Erix Arthur, aku diutus untuk menghentikan Roh Es," jawab Erix. Karena pemuda di hadapannya itu terlihat sopan, ia pun menyimpan kembali pedangnya.
Erk Uter ... nama yang aneh, gumam Raka dalam hati. Jelas dia salah dengar dan tidak mengkonfirmasi lagi.
Raka Nothnegel tampak seperti laki-laki eropa pada umunya. Bermata biru dengan rambut ikal pirang yang mirip seperti ladang gandum. Posturnya juga bagus, masa ototnya menunjukkan kalau dia orang yang sering berkecimpung dalam pekerjaan fisik.
Dengan adanya srigala besar bersamanya, Oze berfikir mungkin laki-laki ini seorang Tamer.
"Tunggu dulu, kau ingin melawan Roh Es itu? Apa kau gila!? Sudah banyak utusan yang tidak kembali setelah berhadapan dengannya. Kembalilah, biarkan ini menjadi urusanku." Raka tampak serius akan apa yang dia ucapkan.
"Kamu dengan urusanmu. Aku dengan urusanku," jawab Erix spontan. Sepertinya dia tidak peduli akan rencana yang dibawa pemuda itu.
"Kau akan mengganggu." Raka turun dari kereta esnya, mengeluarkan tambang yang tergantung pinggang dan siap menghadapi orang asing di depannya.
Erix tersenyum sesaat. "Kau yakin?" Ia mengeluarkan pedang Excaliburnya dan ia tancap pada es di depannya. "Aku bukan orang yang mudah kau lawan."
"Kau tahu, jika seseorang berani menantang orang lain, itu artinya dia cukup percaya diri dengan kekuatan yang dia miliki." Raka membentangkan tambangnya. "Kau diam di sini sampai aku kembali atau aku buat kau terluka."
"Kata profokasi yang bagus, tapi aku tidak akan tinggal." Erix melesat dengan pedangnya dan langsung menebas pemuda itu. Ayunan pedang yang sangat halus dan mematikan. Namun, serangan itu tertahan dengan tambang yang dibentang.
Erix sangat tercengang. Bagaimana tambang itu begitu keras sampai pedang legenda tak mampu memotongnya.
Raka langsung melilitkan tambangnya pada pedang Erix lalu ia tarik paksa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dungeon Hallow 2
FantasySekuel Dungeon Hallow ~Tamat~ Kelanjutan kisah pertualangan Erix yang terdampar di dunia lain bersama pelayannya, Lucius Ventus. Namun, perang besar antara Pasukan Gabungan Leavgard dan Asmodeus membuat sang tokoh utama lenyap dalam pelukan Haruka. ...