Otak Erix berputar cepat mencerna maksud dari ucapan Roh Es tersebut. Ia terus bergumam mengucapakan kata-kata yang harus digaris bawahi. "Menunggu dalam pengasingan ... diam ... mati? Tidak ...." Detik itu juga, sebuah pemikiran lain terlintas. "Roh Es ... kau ...."
"Sepertinya Anda mulai paham," timpal familia Erix itu sambil tersenyum.
"A-apa yang kalian bicarakan sekarang?" Clio tampak sangat penasaran. Ilmu yang ia tahu mengenai perjalanan waktu tidak setinggi Erix dan Roh Es. Namun, Erix maupun Roh Es justru tersenyum.
"Membekukan waktu," sahut Erix, kemudian menoleh ke arah Clio. "Dia berencana membekukan waktu yang mana aku ada di dalamnya."
"T-tapi, dua ribu tahun ...."
"Roh tidak terikat dengan waktu, Clio," potong Roh Es. "Kami bebas hidup sampai kapan pun. Kecuali jika kau membunuhku sekarang maka aku akan mati. Namun, jika tidak diusik, kami abadi."
"Wow." Kata itu spontan keluar dari mulut Clio. "Jadi, Tuan akan dibekukan dan Roh Es yang akan menjaga tuan sampai dua ribu tahun ke depan."
"Ya, begitulah rencananya," jawab Erix. Dia memiliki satu masalah untuk menjalankan teori itu. "Apa tubuhku mampu?"
"Tentu saja tidak, Tuan. Dalam waktu kurang dari lima ratus tahun, tubuh Anda akan mengkerut dan mejadi mumi. Anda akan mati saat tertidur," jelas Roh Es.
"Kau gila!" seru Clio. "Tuan, jangan lakukan. Itu sama saja anda bunuh diri."
"Kau punya solusinya, 'kan?" tanya Erix pada Roh Es lagi.
"Ya. Aku punya dan sudah ada sejak awal di bukit sana, tapi ...." Roh Es memutar tubuh buatnya menatap Clio.
Ini semacam kode. Erix memutar otak konyolnya sebentar untuk mencerna apa yang dimaksud familia-nya itu. Dan, dia mendapatkan jawabannya dengan petunjuk hanya Clio yang tidak bisa berjalan di darat karena dia duyung. "Jadi, ini perpisahan."
Clio tersentak. "Tidak-tidak-tidak-tida, bawa aku juga."
"Tapi, bahan bakarnya hanya cukup untuk satu orang karena jangka waktu yang diinginkan Tuan sangat lama. Aku hanya mengutamakan apa yang dibutuhkan tuanku saja. Aku tidak berkewajiban mengurus yang lainnya," jelas Roh Es. Memang terkesan kejam, tetapi begitulah adanya.
Erix menghampiri Clio dan berjongkok untuk mensejajarkan diri dengan mermaid cantik itu. "Ini perpisahan kita."
Clio seketika menangis. "Tidak, bawa aku juga, Tuan. Kau sudah membebaskan aku dari kutukanku, biarkan aku melayanimu di sisa umurku."
Erix hanya tersenyum dan mengusap kepala gadis itu. Mencoba untuk menahan tangisannya, tetap air mata itu tumpah dan Erix hanya bisa menatapnya. "Lanjutkan hidupmu dan bahagialah, oke?"
"Tidak ... Tuan ... aku mohon ...."
"Jangan egois, Clio. Sudah keadaannya seperti ini, tidak ada yang menginginkannya." Roh Es mencoba menjelaskan. Namun, Clio terlalu tuli untuk menerima kenyataan. "Jangan memperberat langkah tuan kita."
"Tempatmu bukan bersamaku, Clio." Erix masih mengusap lembut kepala gadis mermaid itu. "Sudah ... sudah. Meski singkat, senang bisa hidup bersamamu. Aku yakin di luar sana ada tempat yang bisa kau tinggali, dan kau akan hidup bahagia di sana."
"Tapi, Tuan ...."
"Aku pergi dulu." Erix mengusap air mata Clio, setelah itu ia beranjak. "Selamat tinggal."
Erix melangkahkan kaki dengan mantap, meninggalkan mermaid yang sudah ia selamatkan. Bukannya tidak peduli, tetapi ada sesuatu jauh lebih besar yang harus ia lewati. Dia tidak bisa berdiam terlalu lama di sini karena asalnya bukanlah di masa ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dungeon Hallow 2
FantasySekuel Dungeon Hallow ~Tamat~ Kelanjutan kisah pertualangan Erix yang terdampar di dunia lain bersama pelayannya, Lucius Ventus. Namun, perang besar antara Pasukan Gabungan Leavgard dan Asmodeus membuat sang tokoh utama lenyap dalam pelukan Haruka. ...