Erix berjalan santai di antara kerumanan manusia, elf, werebeast dan dwarf. Deretan stan yang menjual berbagai barang, menarik beberapa orang untuk menghampiri.
Semua jajaran barang yang ditawarkan membuat Erix terkesima karena sebelumnya ia tidak pernah melihat barang-barang tersebut. Mulai dari pahatan, topeng, patung, perkakas, makanan dan buah-buahan, bahkan barang-barang unik lainnya.
Saat di pertengahan bazar, tiba-tiba kepanya sakit. Sepertinya sebagian ingatan lamanya segera ingin keluar. Di depan Erix terdepat sebauh stan yang menjual buah waran merah bulat. Tapi, bukan buah itu yang menjadi sorotan. Erix merasa melihat sosok seorang wanita kucing di sana.
Sosok dari ingatan lama Erix tergambar, di mana ia memegang ekor wanita kucing itu. Karena alasan yang tidak Erix pahami, ia justru dikejar orang banyak. Sampai di sana, bayangan ingatan pun menghilang.
"Apa itu tadi?" gumam Erix. "Ingatan lamaku?"
Rasa sakit sudah tidak terasa dan Erix kembali melanjutkan perjalanannya.
Mata bocah itu cukup jeli melihat semua orang di sana, berharap menemukan Haruka, Genji dan Yura. Tapi sayang, sudah sampai di ujung bazaar, ia belum menemukan ketiganya.
Erix meneruskan berjalan tanpa arah. Ia menelusuri lantai setapak lebar sambil menatap sekelilingnya.
Dalam benak terdalamnya, Erix merasa sangat tidak asing dengan kota ini. Begitu lekat di hati. Tapi ia tidak bisa mengingat apa pun tentangnya. Dan itu membuatnya sedikit kecewa.
Kaki bocah kecil itu terus melangkah, melewati beberapa tempat yang asing tapi dirindukan. Seperti rumah sakit, sebuah candi, gedung guild, perpustakaan dan beberapa bangunan lain.
Hingga, tidak sengaja matanya melihat sebuah rumah makan. Tidak ada yang menarik pada bangunan itu, tapi kepalanya seketika sakit. Potongan ingatan lamanya kembali menyeruak di otaknya dan itu membuatnya terasa sakit.
Mulai terlihat bayangan ingatan ia melahap beberapa makanan jumlah banyak ditemani seorang laki-laki dewasa. Karena tidak ada uang, ia dan pria dewasa itu lari tungganglanggang dikejar pemilik restoran. Bahkan bayangan koki yang mengejar dengan golok pemotong daging pun ikut tergambarkan. Tapi siapa laki-laki dalam gambaran ingatan tersebut, Erix tidak bisa mengingatnya dengan jelas.
Rasa lucu seketika mengalir di hatinya. Perasaan yang ia rasakan saat dikejar orang-orang restoran membuatnya tertawa. Jiwanya mengingat kembali perasaan dalam kenangan konyol tersebut. Namun tidak dengan otaknya.
Sayangnya, potongan ingatan yang muncul cukup singkat. Hanya satu adegan saja. Setelah itu, bayangan tersebut kembali hilang.
Erix menghela napas. Semua kerinduan yang ia rasakan pun kembali menghilang. Sungguh tidak sabar baginya untuk mendapatkan kembali apa yang ia miliki di masa lalu. Termasuk itu perasaan, juga kenangan.
Sinar matahari tampak lebih condong dari barat menunjukkan kalau sebentar lagi akan masuk waktu petang. Bocah laki-laki itu berbalik dan kembali ke jalan yang tadi ia lewati. Kembali menelusuri bazar dan menerobos kerumunan kehidupan.
Erix berjalan agak malas dengan kepala terus menatap lantai. Ia bertanya pada hatinya kenapa mendapatkan ingatannya kembali terasa begitu sulit.
Hingga tibalah Erix di rumah Genji, dan laki-laki bertubuh kekar itu sudah menunggunya di depan pagar.
"Jadi, dari mana saja kau?" tanya Genji. Tangannya bersilang di depan dada.
"Mencari petunjuk," jawab Erix tak bertenaga.
"Dapat?"
"Sedikit."
"Izumi mengatakan kalau kau tiba-tiba ke luar rumah dan berlari entah ke mana. Apa kau tidak tahu kalau istriku itu khawatir padamu?" tutur Genji agak menekan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dungeon Hallow 2
FantasySekuel Dungeon Hallow ~Tamat~ Kelanjutan kisah pertualangan Erix yang terdampar di dunia lain bersama pelayannya, Lucius Ventus. Namun, perang besar antara Pasukan Gabungan Leavgard dan Asmodeus membuat sang tokoh utama lenyap dalam pelukan Haruka. ...