Fajar mulai muncul pada pagi itu. Suhu dingin yang ditinggalkan sang malam, secara perlahan mulai berganti menjadi hangat.
Erix membuka matanya. Sebuah palang kayu atap rumah merupakan benda yang pertama kali ia lihat. Ia tahu palang kayu itu, atap rumah itu dan ruangan itu, ia sudah ingat semuanya sekarang. Tempat ia dan Lucius tinggal selama di Ardesdale.
Pemuda itu beranjak dari tidurnya, lalu keluar dari ruangan. Langit masih tampak remang menandakan matahari belum sepenuhnya terbit. Erix berjalan melewati pekarangan, keluar pagar rumah dan terus berjalan ke arah timur.
Sekitar lima menit, tibalah ia di tempat yang sangat ia kenali. Sebuah tanah lapang berumput dengan batu besar di tengahnya.
Erix meneruskan langkahnya. Ia berjalan menuju tepi jurang yang menghadap ke arah kota, tempat ia dan Haruka menikmati taburan lampion saat fertival pembebasan Kerajaan Ardesdale dari dungeon. Namun, peristiwa itu akan terjadi sektar 13 tahun di masa depan.
Bocah laki-laki itu menghirup nafas sangat panjang seakan ingin menghirup semua udara segar pagi itu, lalu ia berteriak, "HARUKA, AKU MENCINTAIMU!"
Sebuah suara benda terjatuh terdengan dari belakang Erix. Bocah itu menoleh cepat dan ia mendapati seorang gadis tampak tercengang menatapnya.
"Erix ... kau ...," ujar gadis itu.
Erix menggaruk kepala belakangnya dengan senyum malu di wajah. "Haruka ... kau mendengarnya?"
"K-kau ... jangan karena ibuku mengatakan hal gila tentang kau akan me-me-menikahiku, kau jadi langcang!" Meski terlihat menggertak, wajah Haruka tampak memerah.
Erix menghampiri Haruka dan mengambil buku yang terjatuh itu. "Kau suka mengikuti orang dari belakang, ya. Dasar nakal."
Dibukanya buku tersebut di halaman yang acak. Mata Erix bergulir menatap setiap kalimat dengan cermat. Dan, matanya cukup tertegun membaca suatu adegan yang sebenarnya ingin ia lakukan. Melamar.
Erix menutup buku itu lalu tunduk di satu kaki. "Kau yang tercantik dan terindah. Murakami Haruka, maukah kau menikah denganku?"
Tanpa ragu, tanpa malu, Erix mengucapkan kalimat yang sebelumnya tak sempat ia ucapkan.
Wajah Haruka semakin memerah. "A-a-a-a-a-a-apa yang kau lakukan! Jangan ma-ma-ma-main-main!"
"Apa aku terlihat sedang main-main?" Erix menggapai tangan mungil gadis itu. "Seperti yang kau dengar barusan, aku mencintaimu."
Haruka tampak salah tingkah, tubuhnya terasa panas dan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Tapi ia masih bisa mengontrol dirinya. "Baca dulu buku itu. Baru aku akan memikirkan untuk menikahimu." Lalu ia pergi meninggalkan Erix yang masih tertunduk.
Bocah itu berjalan menghampiri batu besar di tengah padang rumput dan duduk di atasnya. Ia mulai duduk manis sambil membaca buka di tangannya itu.
*****
Diawali dengan perkenalan sorang tokoh wanita cantik. Digambarkan memiliki rambut pirang kemerahan yang panjang, anggun dan jelita. Sedang termenung di sebuah reruntuhan bangunan yang sekarang ditumbuhi banyak bunga aster putih.
Gadis cantik itu duduk manis menatap kota kelahirannya, Kota Pea, Kerajaan Lomclesa. Pada sore hari, seorang laki-laki datang ke tempat yang sama. Ia tidak terlalu tampan, namun digambarkan memiliki sosok yang tegas.
Matahari sudah mulai terbit. Cahayanya yang silau menyirami dunia dengan kehangatan. Dan Erix merebahkan tubuhnya di atas batu dan terus membaca.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dungeon Hallow 2
FantasySekuel Dungeon Hallow ~Tamat~ Kelanjutan kisah pertualangan Erix yang terdampar di dunia lain bersama pelayannya, Lucius Ventus. Namun, perang besar antara Pasukan Gabungan Leavgard dan Asmodeus membuat sang tokoh utama lenyap dalam pelukan Haruka. ...