Angin kencang bersalnju menghembus, menekan kuat tubuh Erix yang sekarang sedang terbang menuju ke arah utara Benua Leavgard.
Meski sudah dilapisi mantel tebal, tetapi terpaan angin berhasil merasuki tubuh sampai ke tulang sehingga rasa dingin yang luar biasa membuat laju terbang Erix tidak normal.
Pemuda itu pun terseok dan terjatuh di tumpukan salju di tempat entah berantah.
"Siaaal ... dingin sekali ...," gumam Erix sambil melipat tangannya untuk mengetatkan mantel yang ia pakai.
Wajah Phoenix dan Salamander sempat terlintas di pikiran pemuda itu. Namun, dua bawahannya itu tidak ada di sini sekarang dan dia harus menggunakan caranya sendiri untuk bertahan hidup dari suhu dingin yang begitu ekstrim.
Ia melangkah perlahan, meninggalkan jejak di hamparan saju yang terbentang. Beberapa pohon tampak mati, atau mungkin hibernasi karena tidak ada satu helai daun pun di semua batang pohon-pohon itu. Bahkan rerumputan tak terlihat.
Erix melangkah dan terus melangkah menghalau hempasan angin dingin yang tidak normal. Maju sedikit demi sedikit ke tempat tujuan yang bahkan belum pernah dia datangi.
Suhu dingin yang mengganggu mulai berhasil mengambil kesadaran Erix. Pemuda itu tampak linglung dalam berjalan dan akhirnya tergeletak. Jeda satu menit, ia kembali bangkit. Duduk sambil menatap sekelilingnya.
"Lapeeeer ...," keluhnya sambil mengusap-usap perut yang sudah keroncongan. Kemudian ia menghembuskan napas panjang dari bibir yang tampak pucat. "Andai aku bisa menghentikan suhu dingin ini." Detik itu juga, sebuah cara seketika terlintas di otak seakan Dewa memberikan pencerahan padanya. "Benar juga, ya."
Tanpa basa basi, Erix langsung melakukan apa yang dia pikirkan. Mengeluarkan energi cahaya dan langsung dibalutkan ke tubuh. Penampilannya sekarang seperti sedang terbakar energi putih kekuningan yang menjilat-jelat seperti api.
Cahaya, dalam beberapa kasus, bisa diartikan sebagai sumber panas. Dan benar saja, tubuh Erix terasa hangat sekarang. Ia tertawa terbahak-bahak. "Andai aku lakukan sejak tadi. Aku memang bodoh ... tunggu dulu ... astaga, aku baru saja mengatai diriku sendiri bodoh. Ck ck ck ck ... ini semua karena suhu dingin ini. Namun, setahuku walau di suhu panas pun aku gak pintar-pintar amat, justru bisa dibilang bodo ... AKU TIDAK BODOH!"
Otak Erix yang awalnya memang konyol, semenjak terhantam suhu dingin, semakin konyol lagi.
Ia sekarang berjalan dengan susah payah karena tebalnya salju menumpuk. Bahkan sekarang sudah sepinggang dan itu membuatnya makin kerepotan lagi untuk berjalan.
"Sial, kalau sudah begini, terpaksa aku gunukan jurus yang baru aku kembangkan." Erix menyatukan kedua tangannya di depan dada dengan telapak menghadap ke depan. "Jurus-Prototipe-ke-entah-berapa ... HA!"
Kumpulan energi cahaya berkumpul di kedua telapak tangannya dan langsung ia hentakkan membuat energi itu melesat ke depan. Terciptakan sebuah laser panas sepanjang 10 senti. Setelah lima detik, laser tadi pun menghilang diikuti suara genderang perang dari perutnya. "Aku lapaaar." Jurus yang dia maksudkan pun gagal.
Sambil menoleh ke kiri dan ke kanan, Erix meneruskan langkahnya. Salju tebal penutup jalan, ia seka dengan batang kayu yang tak sengaja ia temukan. Pemuda itu melangkah dan terus melangkah tanpa henti.
Ia merasa lapar, tetapi lapar itu sendiri terkadang tidak terasa. Mungkin karena suhu yang dingin ini pula membuat rasa laparnya tidak terlalu mengganggu. Membuatnya mengerti bagaimana hewan-hewan berhibernasi mampu bertahan di musim dingin.
Hingga, hamparan es terpampang di depan mata. Erix berada di pinggir pantai sekarang. Pasir putih yang halus itu, tertutup salju sampai tak terlihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dungeon Hallow 2
FantasySekuel Dungeon Hallow ~Tamat~ Kelanjutan kisah pertualangan Erix yang terdampar di dunia lain bersama pelayannya, Lucius Ventus. Namun, perang besar antara Pasukan Gabungan Leavgard dan Asmodeus membuat sang tokoh utama lenyap dalam pelukan Haruka. ...