Seekor dragon biru gelap ukuran raksasa melesat di udara dingin pada langit bersalju. Kegagahan dragon itu tampak begitu memukau. Tanduk dan duri yang tumbuh di tubuhnya menambah kesan perkasa di dirinya. Kepakan sayapnya sangat kuat sehingga jarak ratusan kilo mampu ia tempuh dengan mudah.
"Sialah si Erix itu, tiba-riba saja dia menyuruhku ke Illinixhina. Aku ini raja, loh, raja. Asal panggil seenaknya." Gerutu dragon tersebut. Namun, bukan berarti dia menolak. Sihir dari item Dragon Rein yang digunakan Erix untuk menangkapnya merupakan sihir mutlak sehingga dia tidak bisa menolak perintah pemuda itu.
Di salah satu tangannya, terdapat makluk aneh dengan fisik seperti manusia yang bersisik. Dia bukan tergolong makhluk reptil karena kepalanya berbulu seperti srigala. Mulutnya yang terbuka tampak memiliki empat belahan. Ketika dia menganga, mulut makhluk itu pasti terlihat seperti kelopak bunga yang mekar.
Setidaknya ada hiburan kecil saat ia mengambil makhluk itu di sebuah kota kecil, di atas Pegunungan Aldeira. Seluruh penduduk kota itu tampak panik akan kedatangannya dan menimbulkan sedikit kericuhan. Sang dragon itu pun baru tahu kalau di sana adalah pemukiman Suku Thuk.
Tidak sengaja dia melihat sebuah kawah besar di kaki Pegunungan Aldeira wilayah Illinixhina. Dia bisa membayangkan seberapa kuat ledakan sehingga menghasilkan kawah sebesar itu. Dan juga, apa pun yang pernah ada di sana, pasti sudah lebur tak berbentuk. Namun, dia tidak tahu kalau yang hampir mati akibat ledakan yang dimaksud adalah tuannya sendiri.
Setelah melewati deretan Pegunungan Aldeira, dragon biru itu mulai terbang rendah dengan tempo kecepan yang sama. Ia juga melewati danau raksasa yang terlihat kotor dan membeku. Hingga, setelah tiga puluh menit, dia tiba di tempat yang dimaksud tuannya. Sebuah bangunan absurd berwarna hitam.
Di depan bangunan tersebut, banyak sekali makhluk aneh yang kurang lebih mirip seperti makhluk yang ia pegang sekarang, tempak terkurung dalam kandang raksasa. Tidak ada satu pun dari mereka terlihat bergerak. Semuanya pingsan sehingga tempat itu terasa sedikit tenang. Ada dua gadis penyihir dekat kurungan. Mungkin dua gadis itu yang membuat semua chimera tertidur dengan mantra mereka.
Tak jauh dari kerumunan itu, ia melihat secumpuk manusia yang salah satunya tampak melambaikan tangan.
"Sebelah sini ... sebelah sini ...," teriak pemuda itu. Dia tidak sendiri, beberapa bawahannya ada di sana. Ada yang mengenakan mantel berbulu singa, ada yang keling, ada yang mengenakan havy armor, ada samurai, ada wanita yang mengenakan sabuk besar di pinggangnya dan masih banyak lagi.
Sang dragon pun mendarat dengan matap dan segera melipat sayapnya.
"Erix, apa yang kau lakukan di sini? Pasukanmu sedang berperang sekarang," ujar dragon tersebut.
"Ow, ayolah, Bahamut. Perang seperti itu tidak akan membuatmu semangat. Lagi pula, di sana sudah ada Lucius, Master Merlin, Hiel, Kotaro dan Zenda. Mereka orang-orang yang jauh lebih berpengalaman mengenai perang dari pada aku," jawab Erix sambil mendongak.
Hercules yang mendengar memilih diam. Sekarang belum waktu yang tepat baginya untuk ikut. Reaksi berbeda ditunjukkan oleh semua anggota Nasi Goreng Party. Rasa sungkan mereka kembali muncul. Namun, Rodin bertekat. Kali ini, dia dan party-nya akan membantu.
"Perang! Saat ini sedang terjadi perang!?" seru Xander tiba-tiba. Dia maju dan mendekati Bahamut.
"Ya. Dan semuanya sudah selesai. Sebelum aku berangkat ke sini, kelima pasukan berhasil mengambil alih lima kota yang ditargetkan," jelas Bahamut. Sebenarnya Erix sudah tahu hal itu karena seorang wanita dari tenda komunikasi menghubunginya. Yang ia khawatirkan sekarang adalah sosok raksasa penyerang perbatasan. Lucius sedang mengatasinya, tetapi sampai sekarang belum ada laporan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dungeon Hallow 2
FantasySekuel Dungeon Hallow ~Tamat~ Kelanjutan kisah pertualangan Erix yang terdampar di dunia lain bersama pelayannya, Lucius Ventus. Namun, perang besar antara Pasukan Gabungan Leavgard dan Asmodeus membuat sang tokoh utama lenyap dalam pelukan Haruka. ...