Alis Erix terangkat sebelah saat melihat Nagini terikat di tiang bangunan. "Kenapa kalian mengikat Nagini?"
Lucius yang lemah tidak menjawab, dia sibuk beranjak ingin menghampiri tuannya. Sambil menangis, dia berjalan terseok dan pada akhirnya jatuh dalam pelukan Erix. Namun, detik itu juga Erix menurunkan Lucius supaya palayannya itu kembali duduk. Entah kenapa Erix merasa punggungnya gatal jika dipeluk laki-laki.
"Tuan ... tuan ...." Hanya itu yang dikatakan Lucius. Ia sungguh tidak menyangka tuannya bisa menemukan jalan kembali setelah dilempar ke tempat jauh di masa lalu.
"Sejak kapan kau jadi cengeng, Lucius." Erix hanya mendengus tersenyum menatap pelayannya itu. Kemudian dia memberikan sepiring kue paw kukus yang dia bawa. "Kau makan dulu."
Lucius menyeka air matanya dan menerima kue tersebut, dan dia memberikan tablet komputernya pada Erix. "Coil, laporannya."
"Baik, Tuan." Suara wanita yang terdengar monoton menjawab dari tablet tersebut.
Erix jelas terperangah kagum dengan jawaban dari tablet. Tanpa penjelasan sekali pun, dia sudah tahu kalau Lucius berhasil menciptakan artificial intelligence (AI) miliknya sendiri.
"Ini laporannya, Yang Mulia," sahut Coil lagi.
Erix menerima dan membaca laporan yang tertera. Namun, di waktu yang sama, Erix merasakan semacam hentakan di dadanya. Tanda kalau salah satu bintang di prasasti Psilakiel bersinar. Coil dari rasi Scutum.
Heh, hebat. Bahkan AI juga termasuk 88 rasi bintang, gumam Erix dalam hati.
Erix mulai membaca isi laporan yang tertera di layar tablet. Sesekali kedua matanya melebar tanda kaget dengan beberapa isi laporan. Seperti berkhianatnya Merlin, Amel, Xander, Nagini, Prilly dan Yui, serta laporan kalau Yui menculik Haruka. Dia tidak terkejut lagi mengenai pasukan raja iblis menyerang dari tiga arah karena dia sudah mendengarnya lebih dulu dari para mermaid.
Otak Erix berputar cepat mencerna setiap laporan yang diterima, mencari solusi untuk menangani semua masalah.
Namun, perhatian Erix sekarang tertuju pada Nagini. Karena penasaran, dia pun menghampiri dan bertanya, "Kenapa kau melakukan ini?"
"Kenapa? Beginilah diriku, Tuan." Saat mengucap kata 'Tuan,' jelas dia menggunakan nada ejekan. Hal itu justru membuat kegelapan di jiwa Erix terusik.
Erix mengeluarkan Pearl Lunce, item berbentuk seperti topi kerucut dengan bola permata biru sebagai alasnya, yang digunakan untuk menangkap Vespiqueen, Nagini dan Bergrisar, kemudian ia arahkan ujungnya menghadap Nagini.
"Nagini, kembali ...." Seharusnya energi biru keluar dari ujung Pearl Lunce dan menangkap Nagini untuk dimasukkan ke dalam item. Namun, tidak terjadi apa pun.
Nagini seketika tertawa. Legak tawanya cukup keras menggema di ruang tersebut. "Kembali ke mana? Guahahahaaa .... Kau sungguh bodoh Arthur. Benda itu tidak bisa mengekangku begitu saja."
Erix jongkok mensejajarkan diri pada wanita itu. Dia menatapnya lekat-lekat seakan sedang mencari sesuatu.
Sedikit aneh bagi Erix karena roh superior saja tidak lepas dalam waktu dua ribu tahun, sedangkan Nagini belum saja setahun sudah tidak mau menurut.
Ia mengangkat rambut wanita itu untuk melihat seluruh leher, diangkatnya dagu, dibukakan bra dengan mudah mengingat pakaian Nagini berupa baju penari belly membuat tubuh bagian atas wanita itu terekspos seluruhnya. Alatar langsung menarik rajanya itu. "Oy, apa yang kau lakukan!?"
"Aku sedang mengecek," jawab Erix apa adanya.
"Tapi tidak perlu sampai menelanjanginya, kan?"
Erix diam sebentar menatap Nagini, wanita itu tampak tak malu sama sekali dan hal itu membuat Erix jauh lebih curiga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dungeon Hallow 2
FantasySekuel Dungeon Hallow ~Tamat~ Kelanjutan kisah pertualangan Erix yang terdampar di dunia lain bersama pelayannya, Lucius Ventus. Namun, perang besar antara Pasukan Gabungan Leavgard dan Asmodeus membuat sang tokoh utama lenyap dalam pelukan Haruka. ...