"Astaroth yang menanamkan kutukan ini." Erix coba menerangkan. "Dia bilang ini semacam hadiah karena aku sudah membunuh suami dan anak-anak seorang wanita yang sekarang menjadi kekasihnya."
"Aku rasa yang dia maksud adalah Lilith," ujar Mathilda. Ia mengusap dagunya untuk memaksimalkan konsterasi berpikir.
"Yah, kau benar," sahut Aegina setuju. "Dia adalah istri Asmodeus. Kau juga sudah membunuh tiga anaknya dalam perang sebelumnya."
"Empat dengan Vlad," sahut Banshee mengingatkan.
Tiba-tiba, semburat cahaya muncul tak jauh dari kerumunan orang-orang itu dan muncullah Beatrice. Sepertinya, Merlin yang sudah memanggilnya. Ini keputusan tepat mengingat Batrice ahli dalam kutukan.
Gadis gotik itu langsung menghampiri Erix. Hanya dengan melihatnya saja, ia bisa merasakan suatu kutukan besar di tumbuh pemuda itu.
"Kutukan ini ... kuat," ujarnya spontan. "Kau tidak bisa mati."
"Apa jika aku memotong kepalaku, aku tetap hidup?" tanya Erix penasaran.
"Setiap luka yang tercipta akan sembuh dengan cepat. Kalau jarimu terpotong, akan segera tumbuh dengan jari yang baru, begitu pula dengan kepalamu," jelas Beatrice serius.
"Regenerasi, kah?" gumam Erix. Meski bergumam, otaknya mencerna informasi dan mencoba mencari jalan keluar dari mesalah tersebut.
"Tidak hanya itu. Karena kutukan ini pula, kau tidak bisa menua." Beatrice menatap Erix dengan tatapan lebih serius dari sebelumnya. Namun, ada kesedihan dalam sorot mata itu. "Kau ... abadi."
"Aku tidak tahu harus bereaksi seperti apa, Tuan. Aku senang Anda tidak akan pernah lagi terluka, tetapi itu juga membuat hatiku sakit kalau Anda akan sendirian di dunia," ujar Lucius.
"Aku juga bingung," timpal Erx apa adanya. Ia mencoba ingin tertawa. Namun, terlihat jelas kalau dipaksakan. "Seperti kata pepatah, berkah dan kutukan dipisahkan hanya dengan satu garis tipis, tergantung dari sisi mana kau melihatnya."
"Tidak adakah yang bisa kita lakukan?" tanya Gavin, pemimpin para dwarf.
"Ini tertanah cukup dalam di jiwanya. Jadi, mencabut kutukannya sama saja mencabut nyawanya, tetapi bagaimana caranya? Sedangkan dia sendiri abadi," jawab Beatrice. Ia sudah tidak tahu lagi harus melakukan apa. Pengetahuannya mengenai kutukan hanya sebatas informasi di hadapan kutakan Astaroth tersebut.
Haruka berjalan perlahan dan menghampiri Erix. "Kau tidak apa-apa?"
Erix hanya menggaruk kepala belakangnya yang sebenarnya tidak gatal. "Maaf membuatmu khawatir."
"Tapi ...." Haruka tidak bisa melanjutkan kalimatnya.
"Beginilah aku sekarang, Haruka. Aku akan sangat bahagia jika kau masih mau menerimaku dengan keadaanku seperti ini," tutur Erix. Kembali ia tunjukkan senyum keterpaksaannya.
Haruka meraih dan menggenggam tangan pemuda itu. "Seharusnya aku yang bertanya seperti itu. Apa kau masih mau menikah denganku yang lambat laut semakin lama akan semakin menua. Sedangkan kau tetap seperti ini."
"Aku tidak masalah karena aku mencintaimu," jawab Erix serius. Wajah Haruka seketika memerah.
"EHEM!" Suara Yura cukup besar mengagetkan dua kekasih itu. Semua orang seketika tertawa.
"Karena tidak ada yang bisa kita lakukan, sekarang bubar. Pulihkan diri kalian dengan cepat. Kita tidak tahu kapan musuh akan menyerang. Jadi, kita harus tetap dalam keadaan fit," seru Erix memeberi intruksi.
Tiba-tiba, dada Erix bercahaya sangat terang. Silaunya cahaya mengagetkan semua orang di sana. Cahaya itu merambat ke seluruh tubuhnya dengan cepat. Kepala merupakan bagian terakhir yang tidak bersinar. Namun, lambat laut cahaya itu menekan keras ke atas seperti lumut yang akan melumat karang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dungeon Hallow 2
FantasySekuel Dungeon Hallow ~Tamat~ Kelanjutan kisah pertualangan Erix yang terdampar di dunia lain bersama pelayannya, Lucius Ventus. Namun, perang besar antara Pasukan Gabungan Leavgard dan Asmodeus membuat sang tokoh utama lenyap dalam pelukan Haruka. ...