Burung-burung kecil terbang di udara secara berkelompok, membuat suatu kerumunan kecil yang terpapar cerahnya sinar matahari pagi. Beberap atraksi sederhana mereka tunjukkan untuk memulai hari yang baru. Bisa dikatakan, ini adalah senam pagi ala burung-burung kecil itu. Lalu, mereka menukik turun menuju pohon beri dan memakan buahnya. Mereka berciap-ciap tanda kegirangan akan lezatnya beri tersebut.
Suara kicauan yang ramai itu membangunkan seorang pemuda dari tidur lelapnya. Dera, gadis kucing anaknya, duduk manis sambil melihat wajah lelap sang ayah.
Erix mencubit manja pipi gadis kucing itu, "Kau sudah bangun? Kenapa tidak membangunkanku?"
"Wajah Papa lucu saat tidur," ujar Dera sedikit tertawa. Pipinya yang gempal terlihat menggemaskan.
Erix beranjak dari kasur, menguap sesaat lalu berjalan menghampiri wadah air yang sudah disiapkan di atas meja. Ia mencuci wajahnya, berkumur dan menggosok giginya dengan siwak. Setelah semuanya sudah siap, Erix menggenggam tangan Dera dan mereka keluar dari rumah sederhana itu.
Di depan pintu, Erix melihat Elmira, Elion dan Zillana datang untuk menjemputnya.
"Aku pikir kau masih tidur," ujar Elmira. Gaun yang ia kenakan sedikit berbeda dari biasanya. Kali ini lebih berwarna, sangat cocok dengan rambut emasnya yang bergelombang.
"Tentu saja tidak. Lagi pula, hari ini adalah hari penting untukku. Aku ingin segera bertemu Yang Mulia Raja untuk mengembalikan ingatanku," jawab Erix tidak sabar.
"Papa akan ingat aku lagi," ujar Dera sambil memeluk kaki ayahnya.
Erix tersenyum dan mengusap rambut gadis kecil itu. "Kau benar, Dera."
"Ayo! Semuanya sudah menunggu," ujar Zillana.
Mereka kembali melangkah sedikit tergesa. Masuk ke perkotaan dan menerobos keramaian. Untuk hari ini, Erix merasa keheranan kenapa semua elf berkumpul. Namun pertanyaan-pertanyaan tidak penting itu segera ia singkirkan dengan setiap langkah kaki yang ia gerakan. Karena di depannya sekarang, akan ada orang yang akan mengembalikan ingatanya yang telah hilang.
Di kota sebelah timur, terdapat sebuah pohon raksasa. Berdiri kokoh di tanah yang sedikit lebih tinggi dari sekitarnya. Ada sebuah bangunan pada akar pohon itu. Diduga bangunan itu adalah gedung pemerintahan. Tapi, bukan bangunan itu yang menjadi sorotan semua elf. Namun sesuatu yang lain yang ada pada pohon itu sendiri.
Angin sepoi bertiup dengan pelan. Angin yang agak dingin itu, membawa berbagai kelopak bunga dengan warna yang berbeda. Bukan dari satu sisi, namun dari semua arah. Bunga-bunga berbagai warna itu melayang dan mengitari pohon besar tersebut. Secara perlahan, daun-daun pohon ikut bergoyang. Melambai-lambai seakan setiap dahan sedang asik menari.
Cahaya putih muncul dan membalut tubuh pohon secara keseluruhan. Tidak hanya itu, empat tunas baru tumbuh di sekitar pohon besar tersebut di arah empat mata angin. Keempat tunas itu tumbuh dengan cepat, seakan ada sihir tertentu yang membiarkannya tumbuh pesat.
Sinar bahari pada pohon tampak semakin terang, bahkan terlihat seperti aura dengan beberapa warna yang berbeda. Empat tunas tadi berhenti di ketinggian sekitar satu meter dan puncak batangnya melebar lalu tumbuh sebuah bunga merah besar dan mekar detik itu juga.
Aura berkilau yang membalut pohon tampak turun ke tanah, lalu menyebar dan membalut keempat batang baru tadi. Cahaya itu makin naik ke atas batang pendek itu, lalu ke luar dari bunga dan berubah menjadi bola cahay.
Fenomena yang sangat indah dan pantas di kagumi. Keempat bola cahaya bersinar di atas kelopak bunga yang mekar, sehingga terlihat seperti lampu taman sihir. Pancaran matahari bukan halangan untuk keempat bola itu bersinar. Semua elf dan Erix sendiri sangat terkagum akan murninya cahaya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dungeon Hallow 2
FantasySekuel Dungeon Hallow ~Tamat~ Kelanjutan kisah pertualangan Erix yang terdampar di dunia lain bersama pelayannya, Lucius Ventus. Namun, perang besar antara Pasukan Gabungan Leavgard dan Asmodeus membuat sang tokoh utama lenyap dalam pelukan Haruka. ...