Lucius berjalan malas dengan wajah menghadap tanah. Kenangan sang Tuan yang telah tiada, memenuhi pikiranya sebanyak langkah kaki yang tertinggal. Menangis pun percuma, karena tidak merubah fakta yang ada. Kecewa, hanya itu yang tertinggal dalam jiwa yang hampa.
Seekor griffin terbang melewati tembok dengan gagahnya. Makluk hybrid singa dan elang itu mengapkkan sayap dengan kuat membuat tubuhnya meluncur indah. Seorang laki-laki setengah baya yang menungganginya, tempak terpukau dengan medan perang yang porak poranda. Ia menatap kerumunan orang sedang berkumpul di bawahnya. Segera ia menarik kekang dan griffin itu menukik tutun.
Hanya kesedihan dan lesu. Raut wajah yang sama ditunjukkan oleh semua orang di sana. Ada goblin di antara mereka, hal itu cukup aneh menurut penunggang griffin tersebut. Namun, sepertinya goblin itu juga menunjukkan mimik yang sama dengan orang-orang di sekitarnya.
Di antara kerumaunan itu, ia melihat Haruka juga sedang terpuruk. Wanita itu tertekuk lutut dengan raungan tangisan. Laki-laki setengah baya itu turun dari griffinnya dan menghampiri salah satu orang yang juga terlihat sedih.
"Maaf, apa yang sudah terjadi?" tanya pria tersebut.
Laki-laki berambut panjang putih dengan gitar di punggungnya, hanya melirik ke arah penunggang griffin sesaat dan kembali menatap tanah.
"Oi! Lucius!" Seru seorang samurai dengan tiga pedang di pinggangnya. Ia tampak marah dan ingin menyusul pemuda itu. Namun, seorang samurai muda menahan langkahnya.
Pria penunggang griffin sedikit kebingungan, sangat kebingangan malah, tapi ia mengenali nama Lucius. Surat yang ia terima beberapa minggu yang lalu mengatasnamakan Lucius sebagai pelayan Erix Arthur. Ia segera melangkah dan menghampiri pemuda itu.
"Kau Lucius Ventus?" panggil pria penunggang griffin. Pemuda itu menoleh. "Aku Idris Willow. Kau mengirim surat padaku dan meminta Kaum Trainer untuk bergabung. Aku sudah menyatukan semua Kaum Trainer dan membawa mereka kemari."
"Bawa kembali kaummu. Semuanya sudah berkahir," ujar Lucius lemas.
Mendengar kalimat itu, Idris - pemimpin Kaum Trainer - terlihat sangat tidak suka. Dengan kecepatan luar biasa, sebuah pukulan melayang dan menghantam wajah Lucius. Pemuda itu terpental dan terjerembab. Semua orang di sana menoleh dan terdiam.
"Oi bocah. Kau pikir mudah mengumpulkan seluruh kaum trainer di beberapa negara. Butuh energi yang besar dan waktu yang lama. Dan kau dengan mudahnya menyuruh kami kembali. Sebenarnya apa yang sudah terjadi?" tanya Idris dengan roman muka marah.
"Kami memenangkan peperangan. Bahkan Haruka membunuh Asmodeus, tapi ...." Hiel tidak mau melanjutkan ucapannya.
Idris sedikit bingun maksud dari ucapan tersebut. Hingga ia menyadari satu hal. Erix Arthur, pemimpin dari semua pasukan, tidak ada di sini.
"Di mana Erix?" tanya Idris. Hiel memalingkan wajah sedihnya, dan ia menyadari makaud tersebut. "Jadi begitu ... ternyata begitu ...."
Lucius kembali beranjak sambil memegang pipinya yang memar. "Sekarang kau mengerti, kan?"
"Yah, aku sangat mengerti. Tapi, apa-apaan ini! Jika Erix ada di sini, apa dia akan senang melihat kalian seperti ini?"
"Apa yang sebenarnya ingin kau ucapkan, Paman?" tanya Lucius kesal.
Idris menghampiri Lucius den langsung membenturkan kepalanya dengan keras pada kepala pemuda itu. Tidak hanya itu, saat Lucius terjerembab, ia menjambak rambur Lucius dan diseretnya pemuda itu untuk menghadap ke depan. Memperlihatkan seorang wanita yang mulai berhanti menangis dan mencoba beranjak dari kesedihannya.
"Kau lihat dia! Aku rasa apa yang kau rasakan sama dalamnya dengan ia rasakan. Jangan anggap dirimu pelayan jika tidak bisa memenuhi keinginan tuanmu," ujar Idris sambil melepas kasar cengkramannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dungeon Hallow 2
FantasySekuel Dungeon Hallow ~Tamat~ Kelanjutan kisah pertualangan Erix yang terdampar di dunia lain bersama pelayannya, Lucius Ventus. Namun, perang besar antara Pasukan Gabungan Leavgard dan Asmodeus membuat sang tokoh utama lenyap dalam pelukan Haruka. ...