Jiraya dengan wujud kodok raksasanya dan Tsunade dengan wujud lintah yang meluncur, memelesat menghampiri ular berkepala delapan yang saat ini tampak akan mengamuk.
"Sayang, bantu aku buka celah," teriak Jiraiya.
"Baik!" sahut Tsunade. Lintah itu memuntahkan semacam lendir dari mulut kecilnya. Cairan ungu itu terciprat dan mengenai tubuh ular berkepala delapan tersebut.
Yamata no Orochi menggelepar. Cairan itu semacam cairan panas yang beracun. Sisik hitam ular itu meleleh dan terkelupas.
Kodok Jiraiya melesat cepat di kesempatan itu. Ia menghunuhkan katananya dan akan menusuk tubuh Yamata no Orochi dari samping. Tapi, dengan cepat salah satu kepala menangkap senjata tersebut.
Tidak sampai di sana. Kodok raksasa itu meloncat dan menendang satu kepala lainnya. Membuat semua kepala yang ada menargetkan dirinya.
Pedang terlepas dari cengkraman, lalu ia meloncati ular itu dengan gaya akrobatik ke sisi sebelah dan langsung menusuknya. Lagi-lagi, pedangnya tertahan oleh salah satu kepala.
Lendir asam terciprat dan mengenai kepala yang mengganggu pedang Jiraiya. Jeritan terdengar dari semua kepala dan itu membuat pedang kodong itu terlepas. Segera Jiraiya meloncat mundur dan menyusun strategi baru.
Kodok raksasa Jiraiya mengeluarkan semacam gulungan dari mulutnya dan langsung ia bentangkan. Dari sana, ke luar sebuah suriken besar. "Ninpou : Shuriken Kagebunshin!"
Jiraiya melempar shuriken tersebut. Saat masih di udara dan melesat, shuriken lain muncul dari bayangan dan ikut melesat. Sekarang, setidaknya 30 shuriken besar menancap di tubuh Yamata no Orochi.
Jeritan keras kembali terdengar dan itu memberikan tanda bagus bagi mereka. Namun, itu bukanlah akhir, ular raksasa itu masih bisa melanjutkan pertempuran. Monyet besar Jagau maju dan menyerang dengan membabi buta. Ia bertarung dengan empat kepala sekaligus. Monyet itu sangat hebat dan lihai saat memainkan tongkatnya untuk menepis semua serangan kepala. Tidak hanya itu, ia juga lincah saat menyarang.
Sesekali Tsunade membantu dengan menyemprotkan lendir asam dikala ada celah, dan itu cukup membantu pertempuran dua hewan tadi.
Meski telah menerima banyak serangan, Yamata no Orochi tampak tidak terlihat kewalahan. Memang ia terlihat sibuk, namun bukan berarti ia terdesak.
Gelombang kegelapan muncul dan membalut tubuh ular besar itu, melindunginya dari semua serangan lawan. Dalam beberapa detik, aura hitam itu hilang dan tubuh Yamata no Orochi kembali seperti semula. Seakan tidak pernah ada luka.
Jiraiya, Tsunade, Jagau dan Kotaro tampak terkejut dengan kemampuan itu.
"Sayang. Gunakan pedangmu!" seru Tsunade.
"Pedang ini terlalu kecil!" sahut Jiraiya.
"Berikan padaku. Aku akan melakukan sesuatu!" Kotaro melesat dan mendarat di kepala Jiraiya. Lidah kodong memanjang hingga ke atas kepala dan memberikan sebuah pedang pada Kotaro.
"Aku akan mengalahkannya. Kalian bantu aku untuk mengurangi aura kegelapan itu," ujar Kotaro. Ia meloncat menyerang satu kepala. Tebasan itu ditepis, namun ia tidak perduli. Kotaro justru menjadikan leher kepala tersebut untuk mendekati bagian tubuh ular. Matanya melihat ke segala arah seakan ia sedang mencari sesuatu.
Dua kepala yang lain mencoba menyerangnya, dan berhasil ia hindari. Setelah itu ia meloncat tinggi, dan lengsung menebas kepala tengah yang tegak berdiri. Namun sayang, kepala yang lain menyadarinya dan lengsung menerkam Kotaro. Ia ditelan bulat-bulat seketika.
"Sial!" ujar Jiraiya. Ia sedikit menyesali memberikan katananya pada Kotaro.
"Sayang, bantu aku. Aku akan menghisap energinya," ujar Tsunade.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dungeon Hallow 2
FantasíaSekuel Dungeon Hallow ~Tamat~ Kelanjutan kisah pertualangan Erix yang terdampar di dunia lain bersama pelayannya, Lucius Ventus. Namun, perang besar antara Pasukan Gabungan Leavgard dan Asmodeus membuat sang tokoh utama lenyap dalam pelukan Haruka. ...