Seorang gadis berpenampilan seperti anak bangsawan abat renaisans yang mengenakan gaun gotik berenda warna merah, serta rambut pirangnya diikat gaya twintail, tapak berjalan cepat di koridor istana.
Setelah tiba di ruang yang dituju, dia langsung menerjang pintu tersebut membuatnya terbuka dengan spontan. Dia pun masuk dengan langkah yang kasar.
"Apa kabar yang aku dengar itu benar!" serunya menuntut penjelasan pada sekelompok orang yang tampak menegang di ruang tersebut. "Apa Master Merlin benar-benar berkhianat?"
"Beatrice, tenanglah," ujar Prilli. Ia mendekati gadis itu dan mencoba meredam emosi yang meluap tersebut.
"Mana mungkin aku bisa tenang!" Napas Beatrice berhenbus kuat sambil menatap kekasih Master-nya, Nimue. Namun, karena wanita half-elf itu bertampang murung, mata Beatrice langsung beralih ke Mathilda selaku sepupu Merlin. "Kau, jawab pertanyaanku!"
"Ya, tidak bisa disangkali lagi. Merlin mencoba membunuh Haruka dan Lucius ...."
"Dia sudah membunuh Lucius!" seru Selina. Wanita bersurai pirang kemerahan itu menitikkan air mata. Laporan dari robot sang kekasih mengkonfoirmasi kenyaataan itu. "Aku tidak tahu dengan Haruka, tapi Lucius ... dia ... dia ...."
"Ini benar-benar gila. Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa Merlin melakukan ini? Sial!" Zenda yang dipenuhi amarah tanpa sadar melayangkan tangannya ke tiang dan menciptakan sebuah dentuman.
"Kau harus perbaiki tiang itu," sahut Hiel.
"Ini bukan waktu yang tepat untuk membahas kerusakan ...."
"Tapi bukan berarti kau bisa merusaknya. Butuh banyak usaha untuk memperbaiki istana ini," timpal pria berambut pirang kecoklatan itu cukup serius.
"Bagaimana dengan Dera?" tanya Prilly.
"Raja Bahamut dan Gastrodiah mencoba menenangkannya," jawab Hiel lagi.
Semua orang di sana kembali diam. Bahkan Kotaro dan Banshee yang sejak awal tak bersuara, makin membisu.
"Lalu, apa yang harus kita lakukan?" tanya Zenda lagi.
"Aku rasa, bergerak seperti biasa merupakan pilihan yang tepat. Setidaknya sampai Erix kembali," jawab Aegina.
"Menunggu? Kau menyuruh kami menunggu? Apa kau tidak dengar penjelasan Master Mathilda tadi, kalau pintu penghubung ruang dan waktu di kuil tak lagi berfungsi?" sahut Zenda kesal. Emosinya tampak tak terkendali. Hal itu ia lakukan karena tidak tahu cara mengatasi kekhawatirannya.
"Zenda, tenangkan dirimu dulu." Kagami Shiro merangkul temannya itu dan membawanya keluar ruangan.
"Lapor!" Tiba-tiba seorang ninja masuk dari pintu besar yang terbuka tadi dan langsung tunduk. "Tuan Xander dan Nyonya Amel menyerang penduduk. Raja Dragon Shindrakiert dan Roh Superior Ifrit mencoba menghentikan mereka."
"Tidak ... kenapa mereka mertarung ...," tanya Selina sambil menyeka air matanya.
"Maaf, saya tidak tahu jelasnya. Namun, kata beberapa saksi kalau Tuan Xander dan Nyonya Amel menyerang beberapa nefilim sampai terluka, bahkan beberapa ras lain yang mencoba membantu ikut diserang oleh mereka."
"Baiklah, kau boleh pergi," ujar Kagami Shiro. Ninja tersebut pun berbalik dan melesat meninggalkan ruangan.
"Apa yang terjadi? Belum selesai dengan urusan Merlin, kenapa ada masalah baru," timpal Zenda cepat sambil melepas diri dari Shiro.
"Apa ini karena pengaruh ketidakhadiran Erix. Kalian ingat, saat Erix tidak ada diantara rakyatnya, kekuatan tempur kita tiba-tiba menurun sampai-sampai benteng berhasil ditembus," tebak Prilly. "Dan untuk kasus kali ini, kemerosotannya bukan hanya pada kekuatan, tetapi juga persatuan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dungeon Hallow 2
FantasíaSekuel Dungeon Hallow ~Tamat~ Kelanjutan kisah pertualangan Erix yang terdampar di dunia lain bersama pelayannya, Lucius Ventus. Namun, perang besar antara Pasukan Gabungan Leavgard dan Asmodeus membuat sang tokoh utama lenyap dalam pelukan Haruka. ...