142. Fail.

1.6K 131 13
                                    

"Rha, aku minta maaf sama kamu, please maafin aku, aku tau aku salah udah bentak kamu," Lirih Arthur yang kini sudah berada di kursi roda sambil menggenggam jari-jemari Qyrha dan sesekali menciumnya.

"Dasar bego," Sinis Qyrha tanpa ingin melihat ke arah Arthur.

"Heh, Nak kamu gaboleh ngomong gitu," Ucap Sania menasihati.

"Emang bego dia, Bu, gak ada otaknya."

"Kak ihh jangan marahin Kak Arthur,"

"Ish anak kecil diem dulu deh," Ucap Qyrha kesal.

"Yaudah dehh kita keluar dulu, kamu selesaikan masalahnya baik-baik yah, jangan ribut." Pesan Evan kemudian mengajak Sania dan Billa keluar kamar Arthur.

Qyrha menatap tajam Arthur yang menunduk. Lalu Qyrha menarik tangannya kasar.

"Rha, aku kan udah minta maaf, kamu maafin aku ya, please... Aku janji gak bakal gitu lagi kok."

"Males."

"Ish, Rha, please maafin aku, aku gatau lagi caranya gimana biar kamu maafin aku, ini masih hari ulang tahun aku, tapi kamu malah marah sama aku." Ucap Arthur yang sepertinya sudah sangat putus asa.

Qyrha yang merasa tidak tega sempat terketuk hatinya, namun egonya masih lebih tinggi, ia harus memberi Arthur pelajaran.

"Gue tanya siapa yang bikin-bikin?"

"Iya, aku yang bikin,"

"Yaudah salah lo."

"Ishh, aku kan udah minta maaf, Rha, maafin aku dong,"

Kini suasananya telah berubah sedikit, rengekan Arthur makin terdengar jelas dan ada sedikit isakan tangis dari bibir Arthur.

"Heh kenapa nangis lo? Cowok kok cengeng,"

"A-abisnya kamu gak maafin aku,"

Qyrha terkejut saat melihat wajah Arthur yang kini sudah lembab dengan air mata yang membasahi pipinya.

Dih nangis? - Batin Qyrha menatap geli ke arah Arthur.

"Ya lo jangan nangis, Thur,"

"Tapi kamu maafin aku dulu..." Rengek Arthur sambil memeluk pinggang Qyrha.

"Lepas ihh apa sih peluk-peluk."

"Aku gamau kehilangan kamu, Rha, please maafin aku, aku tau aku salah bertindak tanpa berpikir dulu, aku udah batalin kok kamu tenang aja ya, semua bakal aku lakuin kok asal kamu gak ninggalin aku, aku bisa gila kalo kamu pergi dari hidup aku, Rha, bahkan aku rela jatohin harga diri aku di depan kamu asal kamu mau maafin aku..."

Qyrha tertegun. Sungguh, ini baru pertama kali ia di perlakukan seperti ini oleh laki-laki. Ia bingung harus berbuat apa, baginya Arthur terlalu emosional sampai menangis seperti itu atau Qyrha nya saja yang tidak punya perasaan yang mendalam seperti Arthur?

"I-iya tapi lepasin dulu, Thur, sesek gue,"

"Ndak mawuu, kamu nya ndak maapin aku,"

Qyrha membulatkan matanya, merasa jijik ketika mendengar Arthur berbicara sok imut seperti itu.

"THUR!! GUE GELI BANGSAT IH LEPASIN GAK?!"

"Tapi kamunya maapin aku dulu.."

"Thur, kalo ngomong jangan di imut-imutin, gapantes soalnya suara lo berat, gue illfeel jadinya, ihhh merinding gue,"

"Iyah deh, maafin aku yah, Sayang, aku janji gabakal gitu lagi."

"Kalo gitu lagi, gue bener-bener pergi ninggalin lo,"

"Iya, Sayang, aku janji." Ucap Arthur sambil menyodorkan kelingkingnya, Qyrha pun membalas jabatan kelingking itu.

"Makasih ya, Rha," Qyrha hanya mengangguk.

"Emhh, yang lain pada kemana?"

"A-anu, Si Nina pingsan tadi,"

Qyrha terdiam kemudian emosi nya meledak.

"Kenapa gak bilang daritadi anjir!!" Kesal Qyrha kemudian langsung pergi meninggalkan Arthur.

"Rha!! Tungguin aku!! Ishh aku kan lagi pake kursi roda. Sayang!! Ish kamu jahat sama aku!!" Teriak Arthur dari dalam ruangan, namun telat, Qyrha sudah berlari meninggalkan Arthur.

Sesampai di ruangan Nina setelah menghubungi Luna, akhirnya Qyrha berada di ruangan Nina, ia bertanya pada semuanya kenapa Nina sampai pingsan. Dan Luna mengatakan bahwa penyebabnya adalah Arthur, Arthur telah membunuh Kakak Nina yang paling Nina sayang. Padahal Arthur sudah memberi tahu kalau itu semua adalah fitnah. Tapi Nina tetap tidak percaya dan akhirnya pingsan.

Qyrha terdiam kaku. Ia mengingat konflik itu. Qyrha yang telah membunuh Revan, Abangnya Nina. Dan Qyrha juga yang telah membuat berita palsu kalau Arthur lah yang membunuh Revan.

Baru kali ini ia menyesal karena telah melakukan pembunuhan atas nama kebaikan. Jika waktu bisa di putar kembali, Qyrha tidak akan membunuh Revan walaupun Revan telah melakukan korupsi di berbagai Perusahaan.

"Rha, lo kenapa?" Tanya Luna.

Qyrha menggeleng lemah menatap Nina.

"Muka lo pucet, Rha," Timpah Hans.

"Lo udah makan kan?" Tanya Alvino khawatir, bukan maksud lain, Alvino hanya tidak ingin lagi ada yang pingsan.

Qyrha memegang muka nya sendiri lalu memeluk dirinya seperti orang kedinginan.

"Rha, lo kenapa sih sebenernya? Lo sakit?" Tanya Luna penasaran.

"Gu-gue gapapa, cuma gak enak badan aja, gue lupa harus bawa Arthur, dia gue tinggalin disono."

"Bego, yaudah sana gih ambil dulu babu lo,"

Qyrha tersenyum kaku lalu berjalan mundur ke arah luar kamar Nina. Dan ketika hendak membuka pintu, Orang Tua nya bersama Arthur datang ke kamar Nina. Semua yang ada di sana langsung menyalimi tangan Evan dan Sania. Shabilla yang tidak tau harus berbuat apa saat ini hanya duduk di kursi.

Luna dan Alvino tak menyangka bahwa ia akan bertemu dengan Leader Mafia in the world secepat ini. Apalagi mereka berdua adalah orang tua dari sahabat mereka.

Luna dan Alvino juga memperkenalkan diri masing-masing kepada Evan dan Sania. Pasutri ini menerima jabatan tangan mereka dengan hangat.

"Jahat kamu ninggalin aku," Rajuk Arthur. Dan Qyrha tak menjawab.

"Cieee udah baikan," Goda Luna dan Qyrha hanya terdiam.

"Kalian kek anak kecil banget tau gak? Gue liat kalian muak banget." Keluh Alvino dan Arthur tertawa renyah.

"Sirik bilang aja kali," Sindir Arthur.

"Hushh kalian ini, udah ahh jangan berantem, coba kalian ceritain kenapa Nina bisa pingsan?" Lerai Sania.

Semua diam tak berani menjawab. Apalagi Luna dan Alvino. Hans ingin berbicara tetapi takut salah berbicara. Dan Qyrha, ia masih saja termenung.

"Hey santai aja kali, kita kan gak gigit." Ucap Evan di iringi tawaan.

"Gini, Tan, Tante Sania tau kejadian dimana Leader BK ngebunuh koruptor kelas atas? Beritanya viral dua tahun yang lalu," Ucap Luna angkat bicara.

"Gue gak bunuh Abangnya Nina, Lun, itu semua omong kosong, ada yang fitnah gue," Kesal Arthur.

Sania mengerutkan alisnya tidak mengerti.

"Sebentar, maksud kalian tuh apa sih? Tante gak ngerti aduhh,"

"Gimana kalo Qyrha aja yang ceritain? Qyrha tau penyebab nya kok," Usul Hans. Qyrha membulatkan matanya melirik tajam ke arah Hans.

"Jadi gimana, Nak? Kamu mau menceritakannya pada Ibu?"

Qyrha terdiam seribu bahasa, lidahnya kelu untuk berbicara, ini adalah kesalahan fatal baginya. Kesalahan terbesar yang pernah ia lakukan. Membunuh Saudara dari sahabatnya lalu memfitnah Cintanya sebagai pembunuh yang sebenarnya. Dan ia pasti tidak bisa berbohong di depan Ibunya itu.






Jangan lupa Vote+Comment+Share Story ini ke teman-teman kalian. Thanks♥️.

Qyrha & Her Secret (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang