155. On The Way.

1.2K 104 14
                                    

"Kita ke bandara mana, Nona?" Tanya Keano yang sedang menyetir mobil milik Qyrha.

Qyrha tak menjawab, ia hanya memandangi kaca mobilnya dengan wajah penuh kekhawatiran. Sepertinya ada banyak hal yang Qyrha pikirkan saat ini.

"Kak?" Panggil Shabilla namun Qyrha tetap tak menoleh.

"Kak!!" Jerit Shabilla sambil menggoyangkan bahu Qyrha, Qyrha yang terlonjak kaget langsung menoleh ke arah Shabilla dengan kesal.

"Apaan sih? Ganggu banget,"

"Ck! Udah di tanyain juga ama Om Keano, katanya kita mau ke Bandara mana? Om Keano udah nanya lima kali tau!!"

"Ohh, bandara markas aja kali," Jawab Qyrha asal.

"Oke, baik kalau begitu," Jawab Keano lalu kembali fokus menyetir.

"Kita pulang kapan, Kak?"

"Belom nyampe udah ngajak pulang," Sebal Qyrha.

"Ishh jangan galak-galak sih!! Lagi PMS ya?!"

"Sok tau, udah kamu diem aja, nanti kita susul Ibu ama Ayah ke Jepang,"

"Ahh, jadi Nona ingin menyusul Tuan dan Nyonya? Saya kira Nona ingin ikut berlibur..."

"Gausah nguping deh."

"Mau saya temani? Jepang itu luas, Nona, kalau nanti ada apa-apa bagaimana?"

"Hmm gak usah, lo balik aja ke rumah. Jagain rumah, urus markas ama Eun, gue ama adek gue ke Jepang."

"Ntar aku ilang gimana?" Ucap Shabilla mendramatisir.

"Gausah alay, kamu ama Kakak gak bakal ilang."

"Tapi Nona, tidak ada orang dewasa bersamamu, lebih baik izinkan saya untuk menemani Nona sementara Nona menemui Tuan dan Nyonya."

"Gue udah dewasa,"

"Ahh baik kalau begitu, memangnya kalau boleh saya tau, Tuan dan Nyonya berlibur ke daerah Jepang bagian mana?"

"Gatau."

Keano terkejut bukan main. Keano memang tahu atasannya itu pergi ke Jepang, tetapi ia tidak tahu atasannya itu ke Jepang daerah bagian mana. Keano pikir itu adalah suatu privasi yang artinya ia tidak boleh ikut campur. Kini Keano menyesal karena tidak bertanya pada atasannya itu.

"Kalau begitu saya akan mengikuti Nona."

"Gue bilang gak usah, ya gak usah."

"Lalu Nona mau mencari kemana? Menjelajah seisi Jepang?"

"Ya ngga lah, lo lupa gue siapa? Lo lupa kalo gue itu udah jadi Leader Mafia nomor satu? Lo lupa kalo gue anak nya Evanio Delvon ama Sania Delvon? Lo lupa kalo gue itu stalker hebat?!"

"Saya khawatir terjadi sesuatu disana,"

"Iya Kak, biarin aja sih Om Keano ikut kita,"

"Bill, Kakak lagi ngomong, kamu jangan ikut campur, kebiasaan banget sih." Kesal Qyrha dan akhirnya membuat Shabilla bungkam.

"Saya akan ikut denganmu, Nona. Bagaimanapun ini adalah amanat dari Tuan dan Nyonya yang menyuruh saya untuk memastikan Nona selalu dalam keadaan aman,"

"Please, gue itu atasan baru lo, gue yang bakal kasih lo perintah sekarang."

"Tapi amanat tetaplah sebuah amanat, Nona. Dan saya akan tetap mengabdi kepada Tuan dan Nyonya,"

"Nanti Eun ngurus markas ama perusahaan sendirian, lo gak kasian emang? Kim ama Richard masih ngelanjutin bulan madu mereka."

"Itu bisa di urus Nona, Eun itu sangat pandai dalam mengurus hal yang seperti itu. Lagipula saya bisa mengawasi markas dari ponsel. Untuk saat ini, keadaan markas masih aman-aman saja kan? Tidak ada yang berontak, tidak ada yang melakukan penyerbuan, semuanya aman terkendali, Nona."

Sungguh, rasanya Qyrha sangat malas untuk menanggapi ucapan Keano. Walaupun ucapannya itu memang benar, Qyrha tetap saja tidak ingin di buntuti oleh Keano.

Bagi Qyrha, Keano itu seperti pengganti Ayahnya yang sangat cerewet. Namun Keano lebih cerewet dan lebih suka mengatur-atur dirinya.

Dan bagi Keano, Qyrha itu masih seperti anak kecil yang memerlukan petunjuk. Qyrha masih remaja dan belum dewasa sedikitpun. Itu sebabnya Keano selalu memberi tahu hal-hal yang sebaiknya atau seharusnya Qyrha lakukan.

"Tetep aja, pengeluaran perusahaan harus tetep di atur, kali aja ada yang ngekhianatin perusahaan lagi,"

"Tidak baik berburuk sangka, Nona. Sudah, saya akan menjaga Nona di Jepang nanti. Kalau tidak, saya akan menjaga Nona dari kejauhan agar Nona tidak risih dengan saya."

"Gue gak risih yaelah, lo kenapa sih?"

"Saya takut Nona risih dengan kehadiran saya, jadi lebih baik saya menjaga Nona dari kejauhan saja."

"Yaudah kalo gitu."

Shabilla yang sedaritadi hanya diam memperhatikan perdebatan itu langsung memasang wajah senang. Selama ini, Shabilla sangat akrab dengan Keano. Karena baginya, Keano itu seperti Omnya sendiri. Keano juga sering mengajak Shabilla berkeliling kota jika Qyrha sedang sibuk dengan urusannya.

"YESSS OM IKUT!!" Jeritnya senang.

"Jangan jerit-jerit di mobil." Ucap Qyrha sinis.

"Yesss Om ikut..." Ucap Shabilla lebih pelan.

"Jangan macem-macem disana, Bill, kita berdua doang mau cari Ayah sama Ibu, emang kamu gak khawatir sama mereka? Keberadaan mereka gak tau loh ada dimana, Handphone mereka juga gak aktif."

"Ya aku khawatir Kak, namanya orang tua aku juga kan, Kakak kok sensi banget sih kayaknya ama aku?" Ucap Shabilla sedikit melemah.

"Yaudah deh, inget kamu disana jangan macem-macem nanti. Nurut sama Kakak, jangan pergi sendirian, nanti kita bakal nempatin salah satu kamar di hotel, kamu jangan kemana-mana kalo Kakak gabisa anterin kamu ke tempat yang kamu mau."

"Iya Kak iya, aku bakal nurut kok, lagian aku juga bukan anak kecil lagi, Kak. Aku tau apa yang harus aku lakuin. Lagian juga ada Om Keano."

"Jangan ngerepotin orang lain, Bill,"

Shabilla hanya menunduk saat mendengar ucapan dari Qyrha barusan. Ia tidak bermaksud untuk merepotkan orang lain dalam kepentingan pribadinya. Shabilla hanya ingin aman.

"Ahh iya, apa Nona sudah memesan kamar di sana?" Tanya Keano tiba-tiba.

"Udah nihh barusan, nanti tinggal check in,"

Jawaban dari Qyrha hanya di balas dengan anggukan oleh Keano.

"Kita sampe di Jepang jam berapa, Kak?"

"Perjalanannya aja kurang lebih delapan jam, Bill, sekarang udah jam tiga sore, kemungkinan bakal sampe jam dua pagi waktu jepang."

"Berarti aku harus tidur selama perjalanan."

"Ya terserah kamu sih, kita kan berangkat pake Jet Pribadi, kalau emang ngantuk ya tidur aja,"

"Aku baru pertama kali ke Jepang tau, Kak,"

"Iya makanya jangan bandel disono,"

"Nona, jangan kasar-kasar sama Non Billa, Billa kan adik Nona."

Ya seperti itulah Keano. Qyrha sangat tidak suka bila ada yang mencampuri urusannya ataupun pembicaraannya.

"Huuuu, baikan Om Keano daripada Kakak!" Ucap Billa setengah bercanda. Qyrha tak berniat untuk menjawab, ia hanya mengabaikan ucapan Billa.

Dan yang terpenting saat ini, ia harus lebih teliti dalam melacak keberadaan Evan dan Sania. Ia harus menemukan Ibu dan Ayahnya itu dimanapun. Mereka sudah terlalu lama meninggalkan Qyrha. Qyrha khawatir terjadi sesuatu kepada mereka. Terlebih lagi, ucapan Shabilla saat itu.

"Kalau mereka istirahat selamanya gimana?"

Tidak.

Qyrha harus berpikiran positif saat ini. Ia tidak boleh membiarkan pikirannya mengambil alih dunianya. Qyrha harus yakin kalau mereka pasti baik-baik saja di sana. Mungkin saat ini mereka sedang mengulang perjalanan indah sewaktu dahulu? Ia harus menemukan Ayah dan Ibunya.






Jangan lupa Vote+Comment+Share Story ini ke teman-teman kalian. Thanks♥️.

Qyrha & Her Secret (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang