35. I'm Waiting.

5.3K 267 8
                                    

Arthur sedang menikmati semilir angin yang berhembus di Rooftop sekolah nya ini.

Rasanya ia tenang jika berada disini. Tidak ada yang mengganggunya.

Ia tidak peduli dengan pelajaran nya itu. Toh, ia akan di warisi perusahaan dari orang tua nya.

Selama ini juga, Arthur lah yang selalu memimpin perusahaan orang tua nya ketika sedang ada rapat.

Sepertinya, orang tua nya terlalu aneh untuk di sebut orang tua. Ahh, ralat. Orang tua tunggal. Arthur dan adik nya hanya tinggal dengan Ayah nya.

Ibu nya telah meninggal tertabrak truk ketika ia berumur 9 tahun.

Karena itulah, Ayah nya sering berdiam diri di kamar dan hanya bisa terdiam.

Rasanya, Arthur mulai mengantuk saat ini. Ia pun tertidur di sofa kusam itu.

•••

"Baiklah, Anak-anak. Silahkan kumpulkan hasil jawaban kalian!! Ayo cepat-cepat! Ibu harus mengajar di kelas lain."

Sontak itu membuat semua murid terkejut. Dan langsung berhamburan kesana kemari untuk meminta contekan.

Sedangkan Qyrha, ia masih duduk tegak seperti awal ia duduk. Itu pun membuat Nina heran. Mengapa Qyrha bisa duduk tegak seperti itu tanpa berubah sedikitpun?

"Rha?"

"Hm."

"Lo kek patung aja!!"

"Emang begitu dia mah." Ucap Hans yang datang tiba-tiba ke meja Nina dan Qyrha.

Qyrha hanya melirik sekilas ke arah Hans kemudian berdiri kemudian menyerahkan kertas ulangan nya yang masih kosong ke meja guru.

"Dia gak ngerjain apa-apa." Bisik Nina kepada Hans.

Hans hanya terkekeh.

"Lo kenapa begitu?" Heran Nina.

"Biarin aja. Dia mah gak pernah ngurus pelajaran."

"Lah kenapa?"

"Ntar juga lo tau." Ucap Hans sambil tersenyum.

Ketika Qyrha sampai di hadapan Ibu Wendy, Ibu Wendy pun melihat Qyrha aneh.

"Ibu lihat, kamu tidak mengerjakan apapun sama sekali. Lalu mengapa kamu kumpulkan kertas ulangan kosong?"

"Yang penting ngumpulin."

"Kenapa tidak kamu isi pertanyaan-pertanyaan itu?"

Qyrha menunjuk ke arah bangku nya yang hanya ada Jas yang ia gantung di samping bangku nya.

"Apa?" Heran Ibu Wendy.

"Saya gak bawa alat tulis."

"Kenapa tidak meminjam?"

"Saya tidak pernah meminjam barang dari saya kecil."

"Lalu? Mengapa tidak membelinya?"

"Hmmm. Entahlah." Ucap Qyrha santai.

"Sudah. Ibu akan langsung nilai ujian mu." Ucap Ibu Wendy sambil mengambil pulpen merah lalu menyilang dengan ukuran besar pada kertas ulangan Qyrha yang kosong itu. Lalu memberi nilai nol.

"Ini, simpan lah. Lain kali sediakan alat tulis di loker mu."

"Tidak usah. Lagipula, saya belum mendapat kunci loker."

Qyrha & Her Secret (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang