110. Sad Memory 2.

2.2K 171 40
                                    

"Pa! Pesawat bikinan Qyrha bagus gak?"

"Iya." Jawab Dika tanpa menoleh sedikitpun ke arah Qyrha.

"Papa belom liat ihh!"

"Kamu ini! Gak liat saya lagi ngapain?! Pergi sana!"

"T-tapi kenapa?"

"Saya tuh lagi kerja keras buat bikin perusahaan Saya jadi yang terkaya! Lebih baik kamu pergi jauh-jauh dari Saya!"

"Tapi buat apa kalo perusahaan Papa jadi yang terkaya, tapi Qyrha gak pernah di kasih, kasih sayang sama  Papa! Kalo Qyrha di kasih pilihan, Qyrha lebih pengen hidup miskin daripada kaya tapi gak pernah di kasih kasih sayang sama Papa!"

Plakk..

"Kamu ini udah berani ya ngomong kaya gitu ke saya! Saya kerja keras untuk biayai hidup kamu!! Dasar anak gatau diri! Saya akan hukum kamu!" Bentak Dika sambil menjewer telinga Qyrha dan memaksa Qyrha keluar dari ruang kerjanya.

"Akhh sakit, Pa! Awhhh lepasin Qyrha, Pa! Sakit akhh!" Rintih Qyrha sambil mencoba untuk melepaskan tarikan dari Papanya itu.

Sesampai di ruang keluarga, Dika melepaskan jeweran itu sambil mendorong Qyrha sampai terhempas ke lantai.

"Papa apa-apaan ini?!" Kaget Alyura.

"Kamu tau gak?! Anak gatau diri ini pengen kita jadi miskin supaya dia dapet kasih sayang dari kita! Dasar gatau malu!"

Sedangkan Qyrha, ia sudah menangis sampai sesegukkan, lututnya yang lebam karena terantuk lantai dan telinganya yang memerah tidak ada apa-apa nya di bandingkan rasa sakit hatinya.

"Lagian, hikss.. Qyrha aneh sama kalian! Kenapa Qyrha gak di lakuin kaya kalian ngelakuin Abang ama Adik?!"

"Kamu ini udah berani ngebantah ya! Kamu tidur di kandang kambing malem ini!" Bentak Dika sambil menyeret Qyrha untuk ke belakang rumah, lebih tepatnya, kandang kambing peliharaan keluarga mereka.

Semua yang di sana mengikuti kemana arahnya Dika menyeret Qyrha. Bi Inah pun ikut mengikuti kemana Qyrha di seret. Karena Bi Inah sangat tidak tega ketika Qyrha di perlakukan seperti itu. Bi Inah sudah menganggap Qyrha sebagai anaknya sendiri.

"Awhh sakit, Pa! Qyrha gamau tidur disini, Pa! Qyrha takut!"

"Ini hukuman buat kamu karena kamu udah ngebantah saya!"

"Kenapa sih Papa gak pernah sayang sama Qyrha! Qyrha tuh anak Papa! Apa salah Qyrha?!"

"Kamu masih bertanya apa salah kamu?!" Bentak Dika kemudian melepaskan ikat pinggang yang ia pakai lalu mencambuki Qyrha dengan keras.

Tau bukan rasanya di cambuk?

"Akhh sakit, Pa! Awhh udah, Pa! Qyrha minta maaf, Qyrha janji gabakal ngomong kaya gitu lagi, hiksss... Qyrha minta maaf!"

"Terserah kamu! Saya gak mau masuk penjara karena udah bunuh kamu! Terserah kamu mau anggep saya sebagai orang tua kamu atau tidak!" Bentak Dika kemudian masuk ke dalam rumah dengan perasaan berkecamuk.

"Emang enak! Wleee!" Ledek Iza lalu mengikuti Dika dan lainnya masuk ke dalam rumah.

Dan tersisalah Bi Inah dan Qyrha yang sekarang sedang berpelukan sambil menangis.

"Bibi.. aku salah apa, Bi? Apa Qyrha selalu salah di mata mereka? Kenapa Qyrha gak pernah di perlakukan dengan baik?"

"Ngga, Non. Non teh gak salah apa-apa. Mungkin tadi Tuan lagi emosi makanya Non jadi pelampiasan. Udah Non jangan nangis lagi ya. Non tidur di kamar Bibi aja ya malem ini."

"Hm ngga ah, Bi. Kata Nenek Mona, Qyrha harus nurut sama Papa dan Mama. Jadi, Qyrha harus nurut, Bi."

"Tapi Non yakin mau tidur di kandang kambing? Non gak takut emang? Punggung Non kayanya pada merah deh. Udah sekarang Non ikut Bibi yah ke kamar. Bibi mau kasih salep dulu buat punggung kamu. Yuk ke kamar Bibi."

"Ngga, Bi. Qyrha gapapa kok. Cuma perih dikit doang. Qyrha tadi udah bilang kan, Bi. Qyrha mau tidur disini. Qyrha mau jadi anak yang berbakti."

"Aduh si Non teh kumaha. Atu disini mah dingin, Non. Tuh liat ihh, Bibi mah sien aya kunti ihh. Non tidur di kamar Bibi ya!"

"Qyrha sering lihat gituan kok, Bi. Bibi tenang aja ya. Qyrha udah biasa. Qyrha gak takut kok."

"Aish si Non teh susah banget. Maksudnya teh, disini teh kotor gitu, Non. Terus bau embe ihh, udah Non tidur di kamar Bibi ya."

"Gapapa, Bi. Bibi ambilin aku bantal aja, Bi."

"Aish terus si Non mau tidur dimana? Di tanah?"

"Dimana lagi, Bi?"

"Ya Allah, Non. Maafin Bibi ya, Non. Yaudah sekarang Non mendingan udah ya tidur di kamar Bibi aja."

"Qyrha gamau, Bi. Qyrha mau nurut."

"Nurut untuk kebaikan boleh, tapi kalo ini, menurut Bibi gausah di turutin, Non."

"Qyrha mau tidur di kamar Bibi." Ucap Qyrha akhirnya dan membuat Bi Inah tersenyum lega.

"Tapi, Bibi harus ceritain asal-usul Qyrha lahir." Sambung Qyrha.

"Aduh kalo itu maaf, Non. Bibi juga gatau."

"Bibi bohong!"

"Ih si Non teh, mana ada Bibi bohong atuh."

"Terus kenapa Bibi gak terus terang?"

"Terus terang apa atuh, Non? Udah sekarang kamu Bibi paksa buat tidur di kamar Bibi!"

"Ihh gamau, Bi! Gamau!"

Qyrha tersenyum miris ketika mengingat itu. Betapa bodohnya ia selalu menurut apa yang di perintahkan orang tua nya. Sampai-sampai tidur di kandang kambing pun ia menurut.

"Gue goblok banget ya pas dulu." Gumamnya.

"16 tahun sudah berlalu. Dan gue? Gue masih gatau asal-usul gue yang sebenarnya. Cuma orang tua kandung dan Bi Inah yang tau. Tapi, kemana perginya Bi Inah? Hilang bagai di telan bumi. Ayolah, Bi. Datengin Qyrha dan ceritain semua asal usul Qyrha lahir. Qyrha butuh kebenaran, Bi. Sebelum ajal Qyrha dateng tanpa Qyrha ketahui."

Waktu sudah menunjukkan pukul 2 lewat 15 menit Waktu Indonesia Barat. Tetapi Qyrha, masih belum tidur dan masih membiarkan otaknta bekerja dengan sendirinya. Sampai kenangan pahit itu terungkap.

"Jangan bunuh aku, Pa!"







Jangan lupa Vote+Comment+Share Story ini ke teman-teman kalian. Thanks♥️.

Qyrha & Her Secret (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang