15. Club.

7.1K 324 9
                                    

Di ruangan bernuansa putih, Qyrha sedang duduk di kasurnya itu. Ia tidak berhenti bermonolog cibiran demi cibiran yang isinya berupa kekesalannya kepada Hans.

"Ishh tolol banget kek babi."

"Ngapain sih lo cerita gituan terus?!"

"Sengaja banget keknya."

"Mending lo mati aja daripada nyusahin hidup orang!!"

"Temen gatau diri!!"

Seperti itulah Qyrha ketika ia sedang kesal terhadap sahabatnya. Ia memang seperti itu. Namun, jika ia merasa kesal bahkan benci atau pun dendam terhadap orang lain, maka ia tak segan-segan untuk membunuh orang itu.

Karena lelah setelah berbicara seperti itu sedaritadi, Qyrha memutuskan untuk istirahat saja daripada pusing memikirkan hal yang tidak berguna.

Hingga pada akhirnya, Qyrha terbangun dan waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam. Itu artinya ia tidur selama 6 jam.

Qyrha kembali termenung di kamarnya sambil menatap langit-langit kamarnya itu. Terbangun di malam hari seperti lupa ingatan baginya. Ia akan termenung terlebih dahulu untuk mengetahui apa yang terjadi.

Tok tok tokk...

Suara ketukan pintu terdengar dari luar. Qyrha hanya menengok sekilas, namun ia hanya diam saja.

"Gue butuh penenang." Ucapnya lalu setelah itu ia mengambil tas slempangnya yang berisi kartu ATM yang isinya adalah seluruh uang miliknya itu.

Kemudian ia keluar dari kamarnya itu dan mendapati Hans yang sedang duduk termenung di samping pintu kamarnya.

"Ehh, Rha. Are you sleeping?" Ucap Hans lalu segera berdiri menghadap Qyrha ketika pintu kamar Qyrha terbuka. Qyrha hanya menatap lurus ke depan.

"Maafin gue ya. Lo pasti masih marah kan ama gue?"

"Hm."

"Please forgive me."
(Kumohon maafkan aku).

"Hm."

"So? You forgive me?"
(Jadi? Kamu maafkan aku?).

"Hm."

"Yess!! Thanks, Rha. Gue tau kalo lo bakal maafin gue." Ucap Hans lalu ingin memeluk Qyrha. Tetapi Qyrha segera menjauhi Hans.

"Jangan peluk gue." Ucap Qyrha lalu segera berjalan menjauhi Hans.

"Lo mau kemana malem-malem?"

"Club." Ucap Qyrha singkat lalu melanjutkan jalannya.

"Udah malem ini, mau ngapain lo ke club?"

"Gegara lo, gue lagi muak deket-deket lo."

Setelah mengatakan itu, Qyrha segera meninggalkan Hans yang sedang melamun menatap kepergian Qyrha.

Ketika Qyrha sampai di bawah, tepatnya ruang tamu, ia bertemu dengan Evan. Namun, Qyrha hanya berjalan lurus.

"Hey, apa kamu gak liat Ayah, Nak?"

Terciduk sudah.

"Qyrha lagi gak pengen di ganggu, Yah. Tolong ngertiin Qyrha."

"Terus kamu mau kemana?"

"Club." 

"Jangan minum banyak-banyak."

"Iyaa..."

"Dan inget, kamu sekolah 2 hari lagi loh."

"Qyrha inget, Yah.."

Qyrha segera keluar dari rumahnya itu, dan ketika ia keluar, Sania dan Hans bertepatan sedang turun di tangga yang berbeda.

Hans di tangga kanan dan Sania di tangga kiri.

"Lohh mau kemana dia?" Ucap Sania lalu tergesa-gesa turun dari tangga menyusul ke pintu keluar dan mendapati Qyrha yang sudah keluar menggunakan mobilnya. Dan memang mobilnya kini sudah keluar dari bengkel.

"Club." Ucap Evan santai sambil membaca koran dan meminum kopinya itu.

"Hah? Why did you give her permission?"
(Hah? Kenapa kamu ngasih dia izin?).

"Kayaknya dia lagi perlu,"

"Perlu apa?! Anak kita perempuan loh."

"Sekali-kali gapapa lah, San."

Sedangkan Hans, ia hanya menjadi pendengar sejati di antara mereka. Kemudian, mereka larut dalam obrolan hangat malam ini. Terlebih lagi, Shabilla yang sudah bisa beradaptasi dengan keadaaan dirumah.

Setelah itu Qyrha segera menuju salah satu Club terkenal di daerah ini. Berdasarkan rumor yang beredar, berbagai minuman tersedia disana. Sebelas dua belas dengan Club miliknya itu.

40 menit ia habiskan untuk sampai di Club ternama itu. Setelah mengalami macet yang cukup panjang. Ia ternganga karena bangunan persegi menjulang di hadapannya.

Pasalnya, bangunan itu cukup megah ala Club luar negeri yang pernah ia datangi. Ia pun penasaran siapa pemilik Club ini.

Ketika Qyrha memasuki Club itu, ia langsung di sambut oleh bau alkohol yang sudah seperti wangi surga baginya, namun bagi orang yang tidak biasa, ini akan seperti bau neraka.

Dan tentu saja banyak jalang yang sedang menggoda berbagai pengusaha kaya yang sedang frustasi mungkin.

"C'mon, we're going to party tonight." Ucap Qyrha lalu menyeringai seperti iblis yang akan haus dengan mangsa.
(Ayo, kita berpesta malam ini).

"Vodca 4." Ucap Qyrha kepada bartender tersebut.

"Hah? Apa gadis seusiamu meminum vodca?"

"Memangnya kenapa? Aku akan bayar lebih jika kau mau. Jika tidak, aku akan menghancurkan tempat ini dalam sekejap."

"Hahahhahaa... Apa ada gadis seperti mu? Kau hanya gadis lugu, Nona. Pulanglah. Ibu mu sudah menunggu dan tempat ini tidak baik untukmu."

"Bedebah!!"

"Cepat pergilah, jangan berlagak seperti orang dewasa."

Qyrha hanya menyeringai dan tersenyum iblis.

"Give it, or you will die?" Ucap Qyrha lalu mengambil sebuah pistol dalam sakunya yang sempat ia bawa tadi.
(Berikan itu atau kau akan mati?).

Ia mengarahkan pistol itu ke arah kening bartender itu. Seketika bartender itu langsung lemas di tempat. Ia segera memberikan 4 botol Vodca kepada Qyrha.

"Anak pandai." Ucap Qyrha lalu menaruh kembali pistol nya dan membawa 4 Vodca itu ke meja pojok sisi kiri.

"Here we go."
(Kita mulai).

Qyrha langsung meneguk Vodca itu menggunakan gelas minum di sana. 2 botol ia habiskan sudah. Ia sangat pandai minum.

"Ahh, ini enak."

Ia langsung membuka botol ketiganya itu. Dan menuangkan itu ke dalam gelasnya. Sampai akhirnya ia bertemu dengan seorang lelaki yang ia kenal.

"Hai, Rha. Kita ketemu lagi."

"Lo ngapain disini?"

"Lah lo sendiri kok ada di Club gue?"

"Club lo?!" Pekiknya kaget.

"Ya gitu. Ehh lo minum Vodca? Astaga!! Ga baik cewe minum ginian. Ayo gue anter pulang."

"Gausah!! Gue masih kuat."

"Yaudah gue temenin lo."

"Whatever."
(Terserah).

Qyrha meminum Vodcanya yang ke empat. Dan itu membuat lelaki itu geleng-geleng kepala. Siapa lagi kalau bukan Arthur?





Jangan lupa Vote+Comment+Share Story ini ke teman-teman kalian. Thanks♥️.

Qyrha & Her Secret (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang