Di suatu tempat, seorang pria paruh baya dengan setelan kemeja berwarna navy dan celana hitam sedang berada di gudang tua. Gelap. Lembap. Dingin. Sudah menjadi tempat andalannya ketika sedang memberi pelajaran kepada para pengkhianat.
Gudang dengan satu lantai yang terlihat sangat kumuh. Banyak bau anyir darah dimana-mana. Namun, tak ada satu polisi yang dapat menjangkau tempat itu. Sehingga ia dapat dengan bebas untuk mencabik-cabik pengkhianat itu.
Psycopath? Ohh, No. Ia bukan lah seorang Psycopath. Melainkan hanyalah seorang pria biasa yang tak suka jika ada pengkhianat yang masih hidup tenang berkeliaran dimana-mana.
"Ohh ayolah." Pria paruh baya itu menatap pria yang sudah terkulai lemas di atas sebuah bangku tempat dimana biasanya para pengkhianat itu di binasakan.
"Ck! Dasar licik."
"Bisa-bisanya kau mengadu domba di perusahaanku. Kau kekurangan uang? Apa gaji mu itu kurang? Siapa yang membayarmu? Dan berapa jumlah uang itu?"
Namun, tak ada jawaban. Pria paruh baya ini yakin bahwa pria pengkhianat itu belum mati. Melainkan hanya lemas.
"Memberi tahu kekurangan perusahaan tempat bekerja sendiri terhadap musuh itu adalah hal yang menjijikkan."
"Sama menjijikkan nya denganmu, Alex."
Pria yang sedang di beri pelajaran itu adalah Alex.
"Kau ingin apa? Perusahaanku jatuh? Bangkrut? Apa kau dendam terhadapku? Ohh, Ayolah. Aku tak habis pikir dengan pola pikir mu itu. Bisa kau jelaskan mengapa kau bersekutu dengan musuh ku? Aku ingin dengar langsung dari mulutmu itu."
Alex mendongak menatap pria di hadapannya itu. Inilah akhir hidup nya? Sejujurnya di dalam benak Alex, ia tak ingin sama sekali menjadi pengkhianat di tempat nya bekerja. Namun, ia terpaksa.
"Kau tau? Mengapa aku menjadi pengkhianat? Itu karena ulahmu sendiri. Aku benci ketika kau memecat Diana. Diana lah yang menyuruh ku untuk memerhatikan setiap kekurangan perusahaan mu itu. Dan balasannya ia akan menikah denganku. Perlahan. Ku mengetahui semua kekurangan di perusahaan ini. Aku tahu dengan detail ketika perusahaan ini sedang berada di ambang kehancuran." Ucap Alex dengan sekuat tenaga.
Pria paruh baya ini membungkam mulutnya seolah-olah ia terkejut, padahal Pria itu tidak terkejut sama sekali. Kemudian ia tertawa kencang.
"Hahahha.... Ayolah, Alex. Hanya demi seorang wanita licik sekarang hidupmu berada di ujung tanduk. Tak sadarkah dirimu? Ia hanya memperalat dirimu. Dasar payah."
Pria itu mensayat di leher pria itu.
Srettth...
"Akhh.." Rintih Alex.
"Kau tahu aku siapa tidak? Kau tidak menyangka bukan perbuatan mu itu di ketahui oleh ku? Ketakutan sudah terlihat jelas di mata mu, Alex."
"Ku beri tahu padamu. Aku adalah seorang pemimpin perusahaan yang tidak akan tinggal diam jika ada yang berkhianat."
"Darimana kau tahu, Evan?" Ucap Alex dengan susah payah.
Ya, pria paruh baya itu adalah Evanio Delvon. Pemimpin perusahaan Delvon Company. Perusahaan terkaya nomor 2 di Dunia. Sekaligus seorang Leader Mafia terkuat nomor 1 di Dunia. The Dark Moon. Sebut saja begitu. Komplotan yang di ketuai oleh Evanio dan Sania ini memiliki anak buah ratusan bahkan ribuan. Dan memiliki cabang dimana-mana. Sudah tercatat di Kantor polisi, komplotan ini sudah menghabisi ribuan korban. Perkumpulan gelap? Emhh, tidak juga.
"Ahh jangan bergurau, Alex. Aku ini Leader The Dark Moon. Bagaimana aku tidak mengetahui semua ini? Dan bagaimana kau tidak mengetahui aku ini Leader Mafia? Bodoh sekali dirimu, Alex."
Alex menatap nanar. Tidak percaya jika Boss nya adalah seorang Leader Mafia. Alex hanya menggelengkan kepalanya.
"Kau tidak percaya ya? Tetapi, kau akan percaya ketika aku sudah menghabisimu, Alex."
Tanpa basa-basi. Evan segera mengambil belatinya dan mulai menyayat di sekujur tubuh Alex. Ganas? Ya, satu kata itu mampu mewakili segalanya saat ini.
Ia mulai menyayat di leher Alex, kemudian dada, lalu perut, terakhir wajah Alex.
Ia merobek dada Alex dengan ganas hingga terlihat beberapa organ yang menonjol. Mati? Ohh, sudah jelas.
Menggores perutnya hingga organ dalam itu keluar. Lalu Evan mengeluarkan organ dalam Alex dan menaruhnya di sebuah ember.
Srettt..
Srettt..
Sreett..
Ahh, terdengar sangat memilukan. Seperti itulah nasib pengkhianat di tangan Evan.
Kemudian Evan memotong jari-jari Alex. Seperti halnya sedang memotong bawang saat di suruh membantu istrinya.
Setelah puas dengan jari-jari Alex, Evan beralih ke wajah Alex. Ia menebas kening Alex. Menyayat pipinya. Kemudian menarik paksa bola mata Alex dengan pisaunya. Ia jadikan satu dalam ember berisi organ-organ dalam Alex.
Ia menebas kepala Alex dengan sangat mudah. Tak adakah rasa belas kasihan di dalam diri Evan? Ahh, baginya itu tidak ada apa-apanya dengan pengkhianatan yang di lakukan Alex. Baginya, pengkhianatan lebih kejam di atas segalanya.
Dan terakhir, Evan menembak di bagian tubuh yang belum terluka.
Dorr..
Dorr..
Dorr..
Bau anyir jelas tercium dimana-mana. Namun, Evan tak memusingkan itu. Tak lama, anak buahnya mengetuk pintu gudang itu.
Tokk tokk tokk...
"Emhh, Tuan? Maaf menganggumu. Aku hanya ingin mengingatkan, kau sudah terlalu lama berada di dalam."
Evan menyetujui akan hal itu. Benar, dirinya terlalu lama bermain dengan tikus ini. Ia pun berhenti kemudian berjalan menuju wastafel kemudian mencuci tangannya itu. Ia tak ingin meninggalkan jejak darah di tangannya.
Setelah selesai, ia membuka pintu gudang itu. Dan terlihat lah wajah terkejut anak buahnya itu ketika menelusup melihat ke dalam gedung.
"Kau benar, aku terlalu lama. Bersihkan itu, kemudian beri saja pada Darko dan teman-temannya itu. Agar mereka makan, sudah lama bukan, mereka tidak memakan manusia?"
Darko adalah anjing peliharan di ruang penyiksaan ini. Semua mayat-mayat yang telah ia siksa pasti selalu di berikan kepada anjing ini.
"Baik, Tuan. Akan segera kami laksanakan. Apa kau ingin pulang, Tuan? Apa mau saya antar?"
"Ahh, tidak usah, Keano. Kau bereskan saja tempat ini, aku mau membersihkan tubuhku ini, setelah itu aku akan pulang."
"Baik kalau begitu, Tuan." Pria yang di panggil Keano itu membungkuk hormat di hadapan Evan. Sebut saja ia adalah Kaki tangan di komplotan ini. Ia sudah menjadi orang kepercayaan Evan. Wajar saja ia terlihat lebih akrab di bandingkan Anak buah yang lainnya.
•••
Jangan lupa Vote+Comment+Share Story ini ke teman-teman kalian. Thanks♥️.
KAMU SEDANG MEMBACA
Qyrha & Her Secret (Tahap Revisi)
Action[FOLLOW SEBELUM MEMBACA, JANGAN MELIHAT CERITA HANYA DARI COVER DAN JUMLAH PARTNYA SAJA, INI PARTNYA BANYAK TAPI ISINYA SEDIKIT YA]. [WARNING⚠️ INI CERITA AMATIR PERTAMA SAYA, YANG SAYA BUAT SAAT MASIH KELAS 8 SMP, DAN SANGAT TEROBSESI AKAN ADANYA...