Evan dan Sania saat ini sedang mengurusi markas mereka di Ibu Kota. Beberapa masalah memuncak, hingga mereka pun tidak bisa menghandel semua itu.
Mereka berdua berada di ruangan privasi.
Ruangan dimana mereka berdua bebas menentukan rencana apapun itu.
Rencana penyerangan.
Tiba-tiba saja, Ponsel Evan bergetar di sakunya.
"Angkat dulu tuh telpon." Ucap Sania sambil melirik Evan yang sepertinya pusing melihat kekacauan yang ada dimana-mana.
"Kamu aja, San." Ucap Evan sambil memberikan ponselnya tanpa melihat siapa yang menelepon.
"Loh?" Kaget Sania.
Evan menoleh.
"Ada apa? Siapa?"
"Kamu gak liat yang nelepon?"
Evan hanya menggeleng lalu fokus kembali kepada tugasnya, meneliti apa yang sedang terjadi di beberapa markas kecilnya.
Evan sangat kecewa saat ini.
Apa yang akan di katakan oleh dunia jika kekuatan The Dark Moon saat ini melemah? Pasti mereka semua akan berlomba-lomba untuk menurunkan derajat Evan.
"Dika, Van."
"Dika? Siapa?" Tanya Evan bingung.
"Aishh! Pemimpin Angkasa Company! Apa kau mengalami lupa ingatan?"
"Ada apa dia menelponku?"
"Mana saya tau, Tuan." Ucap Sania dengan nada meledek. Evan memutarkan bola matanya malas lalu mengangkat telepon itu.
"Hallo," Panggil Dika di sambungan telepon.
"Ada apa?"
"Qyrha kecelakaan, Tuan Evan. Dia ada di rumah sakit milikku saat ini, sepertinya ia kehilangan banyak darah."
Evan menegang seketika mendengar hal itu.
"Saya kesana sekarang." Ucap Evan dan langsung memutus sambungan telepon itu.
"Ada apa, Van?" Tanya Sania bingung karena melihat gelagat Evan yang tidak biasanya.
"Qyrha kecelakaan, San. Kita harus ke rumah sakit sekarang." Ucap Evan sambil memakai jas navy miliknya dengan tergesa-gesa.
"A-apa?"
"Cepat, San. Kau ingin ikut aku bukan? Ayo cepat! Kita harus menemani Qyrha saat ini." Ucap Evan sambil menarik Sania paksa.
"Anakku..." Lirih Sania.
"Ayo, Sayang. Kuatkan dirimu, ada aku." Ucap Evan lembut. Sania menatap sendu ke arah Evan.
"Di-dia masih belum sembuh dari kecelakaan itu, dan ia mengalami hal-"
"Sttt, udah ya. Ayo berangkat. Anak kita kan kuat." Ucap Evan sambil menutup bibir Sania dengan jari telunjuknya.
Sania mengangguk lemah dalam genggaman Evan. Mereka berdua pun berangkat menuju tempat itu untuk melihat keadaan Qyrha.
•••
"Nghhh," Lenguh seseorang yang kini terbaring lemah di bankar rumah sakit. Kepalanya kini sudah di perban dengan rapih.
"Ehh kamu udah bangun, Nak?" Sapa Alyura lembut.
"Rha, lo udah sadar?!" Panggil Afriza cepat.
Qyrha mengerjapkan matanya berkali-kali menatap sosok blur yang ia lihat. Perlahan tapi pasti, penglihatannya kembali normal. Dan ketika Qyrha benar-benar melihat normal, ia terkejut bukan main.
KAMU SEDANG MEMBACA
Qyrha & Her Secret (Tahap Revisi)
Action[FOLLOW SEBELUM MEMBACA, JANGAN MELIHAT CERITA HANYA DARI COVER DAN JUMLAH PARTNYA SAJA, INI PARTNYA BANYAK TAPI ISINYA SEDIKIT YA]. [WARNING⚠️ INI CERITA AMATIR PERTAMA SAYA, YANG SAYA BUAT SAAT MASIH KELAS 8 SMP, DAN SANGAT TEROBSESI AKAN ADANYA...