91. Regret.

3.2K 197 15
                                    

"Apa?!! Bagaimana bisa?!!" Jerit Evan terkejut.

"Qyrha mengancam kami semua untuk tidak membantunya. Qyrha akan menekan tombol jika dia sudah kewalahan, tetapi buktinya, Qyrha tidak menekan tombol itu sampai dia selesai menghancurkan itu semua. Dan tepat di pukul 7, Qyrha menghubungkan komunikasinya kembali pada kami dan mengatakan bahwa ia perlu di jemput karena tidak bisa menyetir sendiri. Kami memang sudah mempersiapkan beratus-ratus pengawal. Tetapi Qyrha tetap mengancam kami, atau kalau tidak, ia akan menghabisi kami semua. Dan saat kami sampai di lokasi itu, Qyrha sudah pingsan dengan luka mengenaskan." Ucap Eun lantang dan membuat Evan menghembuskan nafas lega.

Lega?

Ada apa ini?

Lega katanya?

Sudah tentu karena Evan sudah tahu itu.

"Ckck. Qyrha, kau ini pandai sekali membuat semua orang panik dalam sekejap. Tetapi, Ayah bangga padamu, Nak. Ayah tidak pernah bertemu dengan orang sepertimu. Hanya kamu yang memiliki pendirian seperti ini. Hanya kamu yang tidak ingin membuat orang lain repot. Hanya kamu, Nak. Ayah tak habis pikir bagaimana bisa gadis belia sepertimu menghancurkan semuanya. Ternyata atas bantuan dia. Ayah bangga pada kalian. Tetapi, Nak. Ayah mohon untuk kali ini saja. Bangun, Nak. Jangan biarkan semua orang menangisi dirimu." Ucap Evan tepat di telinga Qyrha sambil mengusap lembut rambut Qyrha.

Bagi yang tidak mengetahui apa maksud dari Evan, mereka hanya bisa bertanya pada diri mereka masing-masing.

Termasuk Keano, Eun, Kim, Richard, dan Shabilla.

Tetapi, berbeda dengan Sania. Sania mulai paham akan semuanya.

Sania paham jika anaknya telah bekerja sama pada sosok makhluk itu.

Dan,

Qyrha akan baik-baik saja.

Anaknya itu.

Memang tidak pernah mau menyusahkan orang lain.

Tetapi, Sania tetap kecewa dengan Qyrha.

"Ibu kecewa sama kamu, Nak. Anak payah. Bisa-bisanya merencanakan untuk menyerang sendirian. Merasa sok jagoan ya? Lihat tubuhmu. Lihat, Qyrha!! Kau ini perempuan!!" Kesal Sania sambil menggoyang-goyangkan tubuh Qyrha.

Evan yang melihat itu hanya menggelengkan kepalanya.

"San, udah. Kamu kan sudah tahu apa yang terjadi. Lebih baik kita biarkan Qyrha istirahat, oke? Mari kita keluar saja dan biarkan pengawal yang menjaga ketat."

Semua menurut dengan ucapan Evan. Perlahan demi perlahan. Semua orang yang di dalam ruangan Qyrha keluar. Kecuali Shabilla.

Shabilla mengatakan bahwa ia akan menyusul mereka dan akan keluar sebentar lagi.

"Kak, Billa tau kalo Kakak udah siuman. Kak, Billa bangga sama Kakak. Kakak hebat bisa naklukin semuanya. Billa salut sama Kakak. Kakak buka matanya dong. Billa tadi udah liat kalo Kak Qyrha nangis pas Ibu nangis. Kak Qyrha gak perlu bohongin semuanya. Kakak tinggal buka mata aja. Kak, please... Kakak denger aku kan?"

Shabilla melihatnya.

Shabilla melihat Qyrha menangis.

Karena Qyrha sudah siuman sejak tadi.

Sejak tangisan Ibunya muncul.

Tangisan itu membangunkannya.

Dan Qyrha ikut menangis.

Sungguh, bukan maksudnya untuk melukai hati Ibunya itu.

Qyrha memang salah.

Dan apa yang harus ia lakukan sekarang?

Qyrha & Her Secret (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang