76. Bullshit.

3.2K 180 8
                                    

"Lo semua liat apa? Bubar lo!! Ini bukan tontonan!!" Bentak Qyrha. Lalu perlahan semua yang disana sedikit demi sedikit menjauh dari lapangan itu.

Bahkan para siswi yang terkena suka mencari-cari perhatian disana menjauh dari lapangan. Ntah karena apa. Biasanya mereka akan mencari-cari perhatian dengan Arthur. Namun, kali ini tidak. Sungguh keajaiban dunia.

Devina dan Ratu tak lagi kelihatan. Sepertinya mereka tidak tahu kalau terjadi perkelahian antara Arthur dan Dion.

"Biarin gue terluka gara-gara lo. Gue bahagia aja sih kalo gue terluka karena lo. Bukan karena orang lain." Ucap Arthur sambil memegangi pelipis nya.

"Sok bijak lo. Udah yuk gue obatin ke UKS."

"Gue gak apa-apa. Thanks udah peduli."

"Buruan." Ucap Qyrha lalu menyeret paksa Arthur menuju UKS. Sedangkan yang di seret hanya memasang wajah datar.

Arthur sudah mengalami kekalahan. Ia kalah menghadapi hati nya sendiri. Memang siapa yang bisa menentang hati? Apakah Hati bisa kita atur sesuka kita? Tidak bukan?

Ternyata usaha gue selama ini buat jauhin lo itu salah. Lo emang takdir gue, Rha. - Batin Arthur tersenyum.

Setiba di UKS, Qyrha langsung menyeret Arthur untuk duduk di atas bankar.

"Lo diem disini!!" Ancam Qyrha.

Sedangkan Arthur hanya mengangguk. Qyrha mulai sibuk mencari kotak P3K kesana kemari. Arthur yang melihat Qyrha kebingungan hanya dapat tersenyum. Qyrha sangat peduli padanya. Dan sikap nya tadi pagi sangat diluar kendali.

"Kotak obat di dalem lemari paling atas sebelah kanan." Ucap Arthur datar.

Qyrha langsung menuruti ucapan Arthur dan mencari kotak obat itu. Tak butuh waktu lama, benda itu sekarang sudah berada di tangan Qyrha.

"Gue gak ngerti cara ngobatin luka gimana. Karena gue biasanya diobatin." Ucap Qyrha enteng lalu membuka kotak obat itu.

"Ambil kapas abis itu lo siram pake alkohol dikit-dikit. Terus, lo tempelin ke pelipis gue pelan-pelan. Gitu aja gak ngerti. Gimana mau obatin calon suami ntar kalo calon suaminya habis tempur."

Qyrha menatap sinis ke arah Arthur. Kemudian menggerutu kesal.

"Urus aja luka lo sendiri. Gue males."

"Lahh tadi lo mau obatin gue. Sekarang kok gamau?"

"Pikiran orang suka berubah-ubah."

"Ya tapi kalo emang lo niat ngobatin gue dari hati lo, lo gabakal berubah pikiran."

"Lah kata siapa gue ngobatin lo dari hati gue? Males banget!! Ngapain juga ngobatin orang yang udah gajelas daritadi pagi. Tas limited edition masuk BK nyalahin gue. Abis itu pergi ngejauh dari gue. Gajelas."

"Ohh jadi lo cemburu ama Bianca tadi?" Goda Arthur. Qyrha menaikkan sebelah alisnya menatap aneh ke arah Arthur.

"Gue cemburu ama adek gue sendiri? Ya nggak lah!!" Ucap Qyrha tanpa sadar.

"Adek?"

Mampus keceplosan. - Batin Qyrha.

"Adek kelas maksudnya. Lagian lo ngapain ke cemburu-cemburu sii? Gajelas."

"Gue tau lo cemburu."

"Sotoy!! Gue tanya lo kenapa ngambek-ngambek tai ayam sama gue? Lo ngambek gegara tas lo masuk BK gegara gue?"

Haruskah Arthur jujur yang sebenarnya? Haruskah Arthur mengatakan bahwa itu adalah taktik nya agar ia berhasil menjauhi Qyrha? Astaga, jika Qyrha mengetahui itu, Arthur akan di tertawai habis-habisan oleh nya.

Qyrha & Her Secret (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang