3. The Best.

11.2K 495 1
                                    

Saat ini, Qyrha sedang memilih-milih suatu barang. Nampaknya ia sangat kebingungan saat ini. Ibunya tidak bisa membantunya untuk memilih barang itu di karenakan adik barunya itu, alias Shabilla.

Ibunya sedang menyuapi Shabilla dengan perlahan dan penuh kasih sayang. Dokter Psikologi khusus yang menangani Shabilla mengatakan, Temperamen Shabilla masih sangat lemah, jika mendengar sedikit bentakan saja ia akan menangis dan yang lebih parah, niatnya untuk bunuh diri akan semakin tinggi.

"Oh damn, Gue harus pilih yang mana!"

"Mau yang ini, tapi lebih bagus yang ini, pasti nanti bakalan bagus banget pas ngukir."

Ya, Qyrha sedang memilih senjata untuk ia gunakan saat memberi pelajaran kepada para pengkhianat nanti malam. Jika Ibunya bersamanya, mungkin akan lebih mudah.

"Siapapun tolong gue!!" Rengeknya seperti anak kecil.

Lalu dia melirik ke arah kotak kayu kecil yang terdapat ukiran emas yang indah dan itu adalah pemberian Ayahnya sebelum beliau pergi keluar kota. Ia pun membuka kotak kayu itu. Alangkah terkejutnya ketika ia melihat sebuah pisau lipat dengan ukiran emas yang sama seperti kotaknya.

"Aaaaa gila! Keren banget!!"

"Makasih Ayah!! Emhh tapi, ini bagus banget kalo buat ngebunuh orang, mendingan gue simpen aja kali ya. Emhh, iya gue simpen aja."

Lalu Qyrha pun menaruh pisau lipat itu kembali ke tempatnya semula.

Keheningan menimpanya saat ini. Hanya terdengar bunyi jam dinding yang menggema diruangan ini. Sampai akhirnya, suara nada dering ponselnya berbunyi.

"Siapa sih?!"

Dengan berat hati ia menuju nakas dan mengambil ponselnya dengan kasar, dan ternyata itu dari nomor tidak di ketahui.

Karena rasa penasaran yang terus menghantuinya, Qyrha pun mengangkat panggilan tersebut. Ketika di angkat, hanya terdengar deru nafas seseorang di seberang sana.

4 menit kemudian. Sambungan Telepon itu masih terhubung namun tak ada yang berbicara. Akhirnya Qyrha pun memutuskan untuk berbicara duluan.

"Siapa?"

Namun, masih tak ada jawaban. Dan sepertinya Qyrha mulai kesal lalu ia menutup panggilan tersebut.

"Dasar orang stress!"

Tak lama, notifikasi pesan dari ponsel Qyrha berbunyi.

+62 812 4567 XXXX

Hai, gadis kecil. Permainan baru saja dimulai. Tidak perlu mengetahui siapa diriku. Karena kau akan tau sebentar lagi.

"Ckck gak jelas. Oke, gue terima permainan lo, dan lihat siapa yang bakal kalah."

Lalu Qyrha tersenyum miring menatap ponselnya itu, bak singa lapar yang sedang menatap mangsanya dengan garang.

Ia pun segera mandi lalu memakai baju andalannya ketika sedang ingin menghabisi musuh-musuhnya.

Setelah selesai, ia segera turun ke bawah untuk makan, karena perutnya merasa sangat lapar saat ini. Betapa terkejutnya ia ketika melihat hadirnya Sang Ayah di meja makan.

"Ayah!!" Panggilnya sumringah. Lalu berlari menuju Sang Ayah kemudian memeluknya.

"Ehh Sayang, Ayah kira kamu tidur makanya Ayah gak ngasih tau kamu."

Qyrha & Her Secret (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang