82. Danger.

2.8K 173 7
                                    

Qyrha.

Gadis itu.

Tidak bermain-main dengan ucapannya.

Malam ini ia sudah berdiri tegak di samping bangunan gelap dan senyap itu.

Bangunan itu memiliki fasilitas keamanan yang canggih ternyata.

Bisa di buktikan.

Beberapa menit lalu, Qyrha melempar sebuah daun kering ke depan bangunan tersebut, sinar laser langsung membakar daun kering tersebut sampai hangus.

Itu sebabnya.

Untung saja, Qyrha memakai bantalan di sepatunya.

Bantalan yang mirip dengan bantalan kaki kucing.

Dengan memakai pakaian ketat serba hitam, sukses membuatnya seperti ahli mata-mata.

Tak lupa topeng hitam yang menutupi sebelah matanya saja.

Asal kalian tahu,

Hanya Qyrha yang berada disini.

Kim, Richard, Keano, dan Eunjeong mengawasi Qyrha dari Markas.

Qyrha sengaja memasangkan kamera pengintai di saku baju nya dan bahu.

Tak lupa dengan Earphone Bluetooth yang terhubung langsung ke markas.

"Lo dah siap? Pasukan sudah bersiap di kejauhan 75 meter. Jika butuh bantuan kau tahu harus melakukan apa bukan?" Ucap Keano dengan jantung yang berdegup kencang.

"I'm Ready." Jawab Qyrha tegas.

Pasalnya, semua orang sudah bermusyawarah atas keinginan Qyrha yang satu ini.

Bahkan, Evan dan Sania tidak setuju saat mengetahui rencana gila dari Qyrha.

Tetapi, Qyrha tetap bersikeras ingin melakukan aksi konyol itu.

Sendirian.

"Kalian gak bisa nganggep Qyrha tuh anak kecil terus!! Qyrha bisa jaga diri, Bu. Please, izinin Qyrha..." Mohon Qyrha di sambungan Video Call.

"Gak bisa, Sayang. Ibu dan Ayah tentu tidak mengizinkanmu." Ucap Sania dengan nada bicara melemas. 

"Ayolah, kumohon... Aku ingin-"

"Menantang maut?" Ucap Evan cepat memotong ucapan Qyrha.

"Kumohon, Ayah. Izinkan aku melakukan ini semua... Kumohon..."

"Kami sayang kamu, Nak. Kami tidak ingin terjadi hal yang tidak diinginkan padamu." Ucap Sania menahan tangis.

"Aku janji akan kembali dengan selamat, Bu. Trust me. Izinkan aku... Kumohon...."

"Orang tua mu tidak mengizinkanmu, Nona. Lebih baik Nona jangan pergi karena akan sangat berbahaya jika Nona tidak mendapat restu." Ucap Keano menasihati.

"Itu memang benar, Nak. Jangan pergi..." Ucap Sania dan akhirnya menangis.

"Ibu... Jangan menangis... Huft.. Ibu membuat semangatku goyah... Kumohon izinkan aku..."

"Baiklah, Ayah izinkan kamu untuk melakukan rencana gila mu itu. Tapi, harus janji sama Ayah, yah!! Kamu akan pulang tanpa goresan sedikitpun." Ucap Evan tegas dan mendapat pelototan tajam dari Sania.

"Yess!! Thank you, Dad!! I'm promise. Ibu, jangan menangis lagi aku tidak ingin melihat Ibu menangis..."

"Ibu... Hiks... Ibu hanya takut kehilanganmu.... Ayah... Bagaimana ini... Putri kita... Ayah ini mengapa mengizinkan diaa... Hiksss..." Tangis Sania sukses membuat semangat Qyrha semakin goyah tak terkendali sampai ia menangis.

Qyrha & Her Secret (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang