"Rha?" Panggil Arthur dan Qyrha terlonjak kaget lalu menoleh ke arah Arthur.
"Kenapa?"
"Qyrha, kan tadi Ibu nanya, coba kamu urutin kejadiannya, Ibu mau denger katanya kamu tau penyebabnya?"
"Penyebab apa?"
"Kematian Kakak nya Nina, Nak," Jawab Evan.
"Hah? Qyrha gatau cerita aslinya, Bu."
"Lohh kata Hans kamu tau?"
"Ibu lebih percaya ama Hans jadinya?" Cibir Qyrha kesal dan Sania terkekeh.
"Hahahhaah, yasudah, nanti kami yang akan nelusurin siapa dalang dari pembunuhan Revan ya, nanti Tante juga bakal bilang sama Nina."
Qyrha terdiam sejenak. Ia memang tidak memberi tahu Ibunya kalau ia telah melakukan pembunuhan dua tahun lalu. Ahh kenapa Qyrha menjadi takut seperti ini? Lagipula orang tua nya tidak mungkin akan menemukan siapa pelaku sebenarnya, karena Qyrha telah bermain bersih.
"Rha, aku pengen jalan-jalan dong," Panggil Arthur.
"Alay," Cibir Luna kesal.
"Lo kalo mau sana pilih mau ama Hans ape Alvin!"
"Dihh ogah," Jawab Luna sinis.
"Gue juga gabakalan mau nemenin lo jalan-jalan." Ucap Alvino enteng.
"Gue juga ogah, lo kan hobinya emosi, ntar gue salah dikit, bisa-bisa lo amuk." Ucap Hans menyetujui ucapan Alvino.
"Dasar bajingan," Cibir Luna sambil merekatkan gigi-giginya. Semua disana terkekeh melihat keributan kecil ini.
"Ayo sama aku aja, Kak, sekalian aku mau ke toilet," Ucap Shabilla yang sedang bermain game online di ponselnya.
"Sok kenal nih," Ledek Arthur sambil mengambil ponsel Shabilla dengan gemas.
Shabilla terkejut dan langsung mengambil kembali ponselnya itu.
"Ishh nanti kalah, Kak!!" Kesal Shabilla sambil melanjutkan gamenya itu.
"Main game terus nih," Sindir Qyrha.
"Diem dulu, Kak, Billa jadi ga fokus, dikit lagi nihh, lagi nyerang benteng terakhir."
Hingga beberapa detik kemudian Billa berdiri lalu bersorak kegirangan.
"Victory!!! Yeyyy akhirnya hahahhaha mampus kau," Jerit Shabilla tanpa sadar. Semua yang di sana melihat ke arah Shabilla sambil terkekeh. Shabilla yang baru menyadari langsung ikut terkekeh lalu menutup wajahnya karena malu.
"Malu-maluin," Desis Qyrha dan Billa hanya tertawa kecil.
"Yaudah, Rha, ayo temenin aku jalan-jalan," Ucap Arthur sambil memegangi tangan Qyrha. Hans yang melihat itu memalingkan pandangannya. Entah kenapa melihat itu membuat dadanya sesak. Tapi tidak apa-apa, setidaknya ia masih bisa menjadi sahabat Qyrha selamanya.
Akhirnya Arthur dan Qyrha keluar dari kamar Nina. Sedangkan Nina masih belum sadar juga sedaritadi.
Luna terus saja mengelus pelan punggung Nina sedaritadi, berharap bahwa Nina akan segera siuman.
"Kalian dateng kesini jam berapa?" Tanya Sania sambil mendudukan dirinya di kursi.
"Tadi pagi, Tan," Jawab Luna.
"Udah pada sarapan?"
"Belum sih, hehehehehe," Jawab Luna sambil terkekeh.
"Sarapan dulu gih, tadi udah Tante pesenin di kantin, kalian di meja nomor tiga ya, sebenernya mau Tante bawa kesini tapi ga enak,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Qyrha & Her Secret (Tahap Revisi)
Action[FOLLOW SEBELUM MEMBACA, JANGAN MELIHAT CERITA HANYA DARI COVER DAN JUMLAH PARTNYA SAJA, INI PARTNYA BANYAK TAPI ISINYA SEDIKIT YA]. [WARNING⚠️ INI CERITA AMATIR PERTAMA SAYA, YANG SAYA BUAT SAAT MASIH KELAS 8 SMP, DAN SANGAT TEROBSESI AKAN ADANYA...