"Ngapain lo ajak tu orang kesini?" Sinis Nina dan enggan menoleh sedikitpun kepada Arthur.
Nina sudah sadar, dan kini hanya ada mereka bertiga di dalam ruangan itu. Evan, Sania, dan Hans menyusul ke kantin.
"Nin, lo harus dengerin gue kali ini, bukan Arthur yang ngebunuh Abang lo,"
"Terus siapa? Lo?"
Qyrha tergelak kaget. Bagaimana bisa Nina mengatakan itu pada dirinya? Walaupun memang benar, tapi Nina tidak sepantasnya berbicara seperti itu pada Qyrha.
"Yakali, Nin, gak mungkin gue."
"Yaudah mentang-mentang lo itu pacaran, lo gausah ngelindungin Arthur kayak gitu, gue mau Arthur masuk penjara buat mempertanggungjawabkan kelakuan dia."
"Nin, lo gabisa asal masukin orang ke penjara gitu aja, sedangkan lo gapunya bukti yang kuat, dan pembunuhnya emang bukan Arthur."
"Persetan sama semuanya! Pokoknya gue mau Arthur di penjara sampe pembunuh asli ketemu!"
"Lo gabisa main hakim sendiri kayak gitu, Arthur gapunya salah sedikitpun..." Lirih Qyrha sambil mengelus punggung tangan Nina.
"Gue gabakal tenang..."
"Hey, lo lupa ya bokap nyokap gue siapa? Udah lo tenangin diri lo, biar bonyok gue yang urus,"
"Arghh, inget ye, Thur, walaupun masalah ini udah di tanganin sama bokap nyokapnya Qyrha, bukan berarti gue maafin lo!!"
Arthur menggeleng pasrah. Bagaimana Nina bisa menjadi sekeras kepala ini?
"Terserah lo deh, Nin,"
"Tuhh lo liat kan, Rha? Sikapnya aja ga ada baik-baiknya sama gue!! Bener-bener gak tau diri!!"
"Iyaaa maap,"
"Dahlah dasar bajingan lo!!"
Qyrha tertawa kecil. Nina ada benarnya juga.
"Mantan uke dasar," Sindir Qyrha dan Arthur langsung menoleh dengan sebal.
"Ahahaha pantes juga disebut uke,"
"Arghh, Rha, kamu jahat banget sih ama aku!!" Kesal Arthur sambil mengerucutkan bibirnya.
"Manja mode on," Gumam Qyrha sambil menggelengkan kepalanya.
"Aku tuh bukan uke ishh!! Cowok begini di sebut uke!! Apa kurang sikap aku selama ini yang nunjukkin kalo aku itu beneran cowok? Kan aku baru sekali ini doang nunjukkin sikap aku tadi ngambek!! Itu juga gara-gara kamu tuhh, masa gamau di gombalin sama aku, maunya sama cowok lain, cemburu aku." Ucap Arthur panjang lebar dengan satu kali tarikan nafas.
Qyrha memutarkan bola matanya sebal. Bagaimana Arthur menjadi emosional seperti ini? Dan bisa-bisanya ia berbicara sepanjang itu dengan satu kali tarikan nafas?
Tak hanya Qyrha yang terkejut, Nina pun sama terkejutnya. Ia tak menyangka sikap Arthur akan jauh lebih lembut jika lawan bicaranya itu Qyrha. Dan bagaimana bisa Arthur mengatakan perasaan nya yang sebenarnya tanpa di landa kegengsian layaknya ia ingin menyatakan perasaannya dahulu pada Qyrha?
"Alay." Jawab Qyrha enteng dan semakin membuat Arthur kesal.
"Ihhh di jawab cuma pake satu kata doang!! Sayang jangan gitu apa ish aku kan ga salah apa-apa!!"
"Thur, lo kenapa sih?!! Apa gegara kecelakaan lo jadi begini?! Ihh sumpah aneh banget, Thur, lo makin mirip uke!!"
Bagai di sambar petir, Arthur memegang dadanya sakit sambil berlagak menghapus air matanya, padahal ia tidak menangis sama sekali.
"Yaudah deh mungkin kamu udah gak sayang sama aku." Ucap Arthur enteng lalu menggerakkan kembali kursi rodanya menuju luar kamar Nina.
Qyrha mengerutkan dahinya heran dengan apa yang di lakukan Arthur. Apakah benar yang ia duga kalau Arthur mengalami cidera pada otaknya, hingga membuat dirinya menjadi seperti ini?
"Thur!! Lo anak-anak banget dah?" Jerit Qyrha namun Arthur enggan menoleh. Dan ketika Arthur sampai di depan pintu, ada perawat wanita rumah sakit menghampiri Arthur lalu mendorong kursi roda itu. Qyrha yang melihat itu langsung keluar dan mengambil alih hal itu.
Nina menggelengkan kepalanya tidak percaya dengan pasangan yang ada di hadapannya itu.
"Ehhh apaan nih dorong-dorong nih orang?" Kesal Qyrha sambil mendorong tubuh perawat wanita itu.
"Maaf Mbak, ini tadi saya liat pasien ini kesusahan buat ngegerakkin kursi rodanya, jadi karena saya gak tega, saya bantuin aja deh, Mbak. Ohh iya ini cowok Mbaknya ya? Maaf ya, Mbak sekali lagi, saya permisi dulu, Mbak," Ucap Perawat itu sambil membungkukkan badannya lalu melenggang pergi dari mereka berdua.
Qyrha menatap Arthur intens, "Caper." Sinisnya.
"Cemburuan." Timpal Arthur balik.
Qyrha terdiam kaku.
"Heh lagian siapa suruh lo baperan!! Pake ngambek segala lagi!! Udah dehh stop kayak anak kecil, lo itu udah gede, Thur."
"Namanya juga lagi kesel."
"Gausah alay dehh anjir!!"
"Aku gak alay, Rha, aku cuma gamau kamu di milikin orang lain,"
Qyrha mengusap wajahnya kasar. Bagaimana bisa Arthur berbicara seperti itu setelah ia mengalami masa-masa sulit hanya untuk mendapatkan hati Qyrha?
"Thur, alesan lo gak masuk akal. Lo ngambek gegara gue gamau di gombalin lo? Bukan berarti gue mau di gombalin orang lain..." Ucap Qyrha pasrah. Ia tidak percaya kalau ia akan memperdebatkan hal sebodoh ini pada Arthur.
"Beneran ya jangan mau kalo di gombalin orang lain?"
Qyrha menghembuskan nafasnya pasrah lalu mengangguk.
"Cium aku dong," Pinta Arthur dan Qyrha langsung memelototi dirinya.
"Gak." Tolak Qyrha cepat lalu masuk kembali ke dalam kamar Nina. Tetapi saat ia masuk, Nina telah bersiap, rambutnya yang berantakan sudah terikat rapih, dan selang infus di tangannya sepertinya sudah ia cabut sendiri.
"Nin, lo mau kemana?"
"Ke kantin, lo mau ikut?"
"Lo udah sembuh gitu? Ntar pingsan lagi gue yang repot."
"Ngga, Rha, gue udah sembuh."
"Yaudah ayo deh yang lain juga pada disono kan?"
Nina hanya mengangguk sambil tersenyum kemudian menggandeng lengan Qyrha. Sesampai di depan ruangan ternyata masih ada Arthur di sana. Dan Qyrha terpaksa melepaskan gandengan Nina dan mendorong kursi roda Arthur.
Jangan lupa Vote+Comment+Share Story ini ke teman-teman kalian. Thanks♥️.
------------------------------------
True Beauty udah tamat hiks😭💔
Kalian sedih gak sih🙂 kalo aku sih mungkin bakal tonton ulang hehehehehe...
KAMU SEDANG MEMBACA
Qyrha & Her Secret (Tahap Revisi)
Action[FOLLOW SEBELUM MEMBACA, JANGAN MELIHAT CERITA HANYA DARI COVER DAN JUMLAH PARTNYA SAJA, INI PARTNYA BANYAK TAPI ISINYA SEDIKIT YA]. [WARNING⚠️ INI CERITA AMATIR PERTAMA SAYA, YANG SAYA BUAT SAAT MASIH KELAS 8 SMP, DAN SANGAT TEROBSESI AKAN ADANYA...