161. Confused.

1.1K 92 25
                                    

Qyrha masih bingung dengan orang tua angkatnya itu. Mereka masih tidak bisa dihubungi. Mafia yang lain juga masih tidak bisa menemukan mereka. Qyrha merasa sangat aneh dengan Evan dan Sania. Sangat tidak mungkin kalau pasangan suami istri itu belum juga di temukan.

Satu persatu dendamnya telah terbalaskan. Qyrha merasa cukup puas atas runtuhnya kekayaan keluarga Angkasa. Tetapi Afriza kabur entah kemana. Masalah lainnya pun akhirnya ikut muncul. Memberontak meminta keadilan yang sangat tidak masuk akal.

Belasan Markas telah diserang dan menuntut balas dendam kepada Leader Red Angel Mafia itu, atas kematian Leader Komplotan mereka beberapa minggu lalu.

Bahkan ada dari mereka yang merasa telah di rugikan selama ini. Mereka berpikir kalau sebenarnya Evan dan Sania tidak hilang, dan Qyrha hanya mencari sensasi dengan memunculkan sayembara seperti ini.

Sudah Qyrha katakan, kalau ia tidak sedang berbohong. Mereka memang telah hilang entah berada dimana.

Ia sudah berada di kamarnya saat ini, duduk termenung di Sofa kamar miliknya. Rasanya ini terlalu aneh. Tetapi, ini memang takdir untuk dirinya.

Bayangan malam ini selalu terlintas saat pikiran Qyrha sedang kosong. Itu sebabnya ia akan menyibukkan diri sampai pagi datang.

Memegang kepala nya yang berdenyut tak karuan. Ia baru berumur 18 tahun. Tetapi, masalahnya seberat itu. Apakah ini suatu keadilan?

18 tahun itu masih sangat muda, tetapi ia harus mengurusi perusahaan, beberapa cabang dari perusahaan nya juga harus di urusi. Belum lagi, Markas Mafia yang rusak karena pembrontakan itu.

Ia menjambak rambutnya beberapa kali dan berharap masalah itu akan hilang. Tetapi tetap saja. Masalah tidak akan hilang jika tidak di selesaikan. Mungkin masalah itu bisa di hambat, tetapi apakah hambatan itu bisa menghilangkan masalah itu?

Tiba-tiba saja secangkir teh hangat beserta makanan ringan favorit nya tersodor di meja yang ada di hadapannya itu. Bianca yang membawakan itu untuknya. Ternyata adiknya itu belum tertidur.

"Kak, Kakak gaboleh jambak rambut terus loh. Kalo Kakak ada masalah, bisa ceritain ke aku, Kak." Ucapnya tulus. Qyrha tersenyum manis.

"Hah? Emang Kakak jambakin rambut? Perasaan nggak deh,"

"Kakak gabisa boong, orang aku liat sendiri, yaudah sini cerita,"

"Kenapa ya cobaan itu banyak banget?"

Bianca terkekeh, "Kalo dikit mah namanya cobain, Kak."

"Hufttt, belasan markas Kakak udah di gempur habis-habisan ama musuh gak jelas, apasih mau mereka?"

"Mungkin mereka iri ama Kakak,"

"Gimana kalo kamu, Kakak ajarin bela diri? Habis itu kamu boleh urus markas kecil Kakak,"

Bianca yang mendengar itu langsung berbinar senang. Tidak di sangka, penantiannya akan terwujud hari ini.

"Hah? Serius?!"

"Kamu pasti gamau ya?"

"Astaga, Kak!! Aku mau banget!! Aku tuu terobsesi banget sama pergangsteran kayak gini!! BTW Kak, aku udah bisa gunain pistol, aku juga bisa kok bela diri, tapi masih tahap pemula,"

Qyrha tersenyum senang. Ternyata orang suruhannya itu sudah mengajari Bianca dengan cukup baik.

"Yaudah kalo gitu, nanti Kakak bakal ngajarin cara-cara kamu buat public speaking di hadapan banyak orang, Kakak bakal umumin juga kalo kamu itu adik nya Kakak, tapi gaboleh sebar identitas."

"Aaaaaaaa aku seneng banget!! Demi apasiii aku bakal jadi anggota mafia?! Aaaaaaa seneng banget gila!!" Ucap Bianca senang sambil meloncat-loncat di atas kasur milik Qyrha.

Qyrha menggelengkan kepalanya, tidak percaya dengan yang Bianca lakukan di atas tempat tidurnya.

"Yaudah nanti pagi kita latihan bener-bener,"

"Oke, Kak. Ehh, Kak. Hubungan Kakak ama Kak Arthur gimana?"

Qyrha tersenyum datar. Bayangan itu kembali muncul. Bentakan Arthur pada dirinya...

"Kakak harus lurusin kesalahpahaman itu, Kak. Bukan nya Kak Arthur sayang banget ama Kakak? Kok dia bisa percaya ama si mak lampir itu? Aku yakin pasti ada yang salah disini."

Qyrha menggelengkan kepalanya. Ia tidak boleh seperti itu, yang terpenting dirinya sudah menjelaskan, kalau perihal mempercayai itu sudah menjadi urusan Arthur.

"Kakak udah ngejelasin?"

"Udah gausah di bahas. Kakak males. Kakak juga udah ngira kalo Kakak itu gak bakalan bahagia. Udah biarin aja yaa, biar yang di atas yang nentuin alur hidup Kakak, Kakak juga udah bikin keputusan kok kalo Kakak gak bakal nikah, kasian nanti keluarga Kakak,"

"Astaga, Kak. Gaboleh ngomong kayak gitu. Semua orang pasti punya jodoh, Kak. Kakak gaboleh pesimis gitu. Kakak itu cantik pake banget. Kak Arthur gak mungkin sia-sia in Kakak."

"Sotau, dasar anak kecil!"

"Ihh Kakak!! Aku lagi serius!!" Rengek Bianca lalu mengerucutkan bibirnya.

"Hahahahah... Udah kamu tidur sana. Udah jam dua pagi ini. Besok pagi kamu kan latihan."

"Gabisa tidur, Kak. Oohh iya, tadi seru gak acaranya? Aku udah nebak, pasti Kakak ama Kak Arthur yang jadi Raja dan Ratu Prom Night? Aku juga pasti tau kalo Kakak pasti dapet penghargaan siswa berprestasi kan? Tadi Kakak dansa ama siapa? Ama Kak Arthur kan?" Tanya Bianca secara bertubi-tubi.

Qyrha hanya mampu terdiam.

Harusnya malam prom night ini menjadi malam yang cukup indah bagi dirinya. Karena ia tidak akan mungkin untuk mengulang kembali masa SMA nya di tahun depan.

Semuanya bersenang-senang, hanya dirinya yang memasang raut wajah menyedihkan. Hanya bisa memandang dua pasang remaja yang sedang asik berdansa di lantai dansa.

Dan di malam ini juga ia mengetahui alasan Arthur menjauhi dirinya. Bagai di hujam ribuan paku, ia sangat tertohok atas tuduhan yang Arthur berikan padanya. Walaupun ia sudah membuat Devina membayar itu pada dirinya, hatinya masih tidak rela.

Dan ia tidak tahu mengapa hatinya sangat labil. Terkadang membenci Arthur, namun sedetik kemudian ia tidak ingin Arthur pergi dari dirinya.

Sungguh, Qyrha benci dirinya saat ini.







Jangan lupa Vote+Comment+Share Story ini ke teman-teman kalian. Thanks♥️.

Qyrha & Her Secret (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang