113. Qyrha.

2.1K 180 34
                                    

"Saya gak sengaja, Bu." Ucap Qyrha enteng.

"Iya, Bu! Saya saksinya!" Ucap Nina semangat.

Yups.

Qyrha di temani oleh Hans, Nina, dan Luna saat ini. Dengan alasan, ia tidak bisa berjalan dengan benar. Akhirnya mereka bertiga di persilahkan masuk untuk menjadi bukti.

"Kamu pasti ngebelain dia kan, Nina!" Bentak Bu Vanesha.

"Devina nya mana, Bu?" Tanya Qyrha.

"Di UKS lah! Kamu ini bagaimana!"

"Lebay ahh ga seru."

"Astaga kamu ini bagaimana!! Kamu itu cewek, Qyrha!! Kenapa kamu berani banget berkelahi dengan sesama perempuan?!"

"Kalo berkelahi itu saling tonjok. Lah ini kan nggak. Berarti saya namanya melakukan penyerangan terhadap orang lain."

"Nah itu kamu ngaku kan!"

"Dih gajelas amat! Udah deh, Bu. Bilang ama Devina. Saya cuma main-main nonjoknya. Ehh pas di depan perut dia, tangan saya ada yang dorong, jadinya dia ke tonjok deh. Terus bilang juga ama dia, kalo saya gak suka di katain 'Dasar anak gatau diri' karena saya sama dia gak beda jauh."

"Kamu ini Qyrha!! Apa sih yang ada di otak kamu sampe kamu berani ngelakuin itu?!"

"Keadilan, Bu."

Bu Vanesha tergelak kaget.

"Sudah! Ibu akan panggil orang tua kamu dan orang tua Devina dan Shiska. Kamu sekarang kembali ke kelas dan ikuti pelajaran hari ini."

"Makasih, Bu." Ucap Qyrha santai kemudian memberikan kode kedipan mata kepada Nina, Luna, dan Hans.

Mereka bertiga pun menuntun Qyrha dengan wajah yang tiada tahan menahan tawa.

Dan saat di perjalanan, Nina bertanya tentang sesuatu yang membuat Qyrha tertawa terbahak-bahak.

"Rha, kok rambut lo sama kayak rambut cewek yang pas itu bikin sekolah pulang cepet?"

Qyrha langsung tertawa terbahak-bahak.

"Hah apaan, Nin?" Tanya Hans.

"Iya, Hans. Lo sih gak masuk kemaren! Ada yang bikin kita semua pulang cepet. Soalnya sekolah dibikin ancur terus pusing gegara satu cewek yang diem-diem masuk sekolah ini. Dan rambutnya mirip Qyrha."

"Itu emang gue kok, Nin."

"What the fuck!" Umpat mereka bertiga.

"Berani-beraninye lo!" Ucap Luna.

"Dasar ye lo!! Lo bikin satu sekolah panik tau gak?!" Kesal Nina.

"Bener-bener ye lo, Rha! Ampun udah gue ama lo. Bisa-bisa nye sampe begitu." Kesal Hans.

"Udah sih lo harusnya berterima kasih sama gue. Karena berkat gue, lo pada pulang cepet."

"Iya sih bener juga, hahaha..." Ucap Nina.

"Ehh iya bego bener!" Timpal Luna.

"Dasar temen gue bobrok semua! Terus woy kok nih sekolah gak diliburin sih?"

"Menurut berita yang gue denger sih, tuh pelaku nya lagi di cari sama pemilik yayasan ini. Bokapnya si Afriza, Rha!" Jawab Luna.

"Kok gue belom ketangkep?"

"Bobrok!" Timpal Hans, Nina, dan Luna.

"Hehe.. piece.."

Dan sesampai di kelas, ternyata sudah ada guru yang mengajar. Pak Bakri, guru Seni Budaya.

"Dih Pak Roti woy gue males!" Cibir Qyrha.

"Si anjir masih aja manggil Pak Roti." Kesal Hans.

"Udah lo ikut aje pelajaran dia. Lo pura-pura sakit aje." Usul Luna.

"Gue mau bikin keajaiban." Ucap Qyrha kemudian memasukkan tangan kanannya ke dalam baju nya dan anehnya, tidak terlihat sama sekali.

"Dih si goblok mau buntung tangan lo?" Aneh Hans dan spontan langsung mengatakan seperti itu.

"Bego." Sinis Qyrha sambil menggeplak kepala Hans.

"Lagian lo ngapain begitu?"

"Bacot." Ucap Qyrha kemudian masuk ke dalam kelas dan langsung membuat Pak Bakri terkejut.

"Astaga, kamu ini kenapa, Qyrha?!" Pekik Pak Bakri terkejut.

Hans, Luna, dan Nina menahan tawa mati-matian saat ini.

"Buntung Pak tangan saya habis kecelakaan."

"Jangan bohongin Bapak loh."

"Bapak kali ahh yang bohongin saya."

"Lohh kok jadi Bapak toh?"

"Gatau Pak gatau. Saya boleh duduk gak, Pak? Saya pegel nih, lagi pincang juga kaki saya nih. Bapak liat kan perban di kepala saya."

"Kenapa kamu gak ke UKS aja?"

"Saya udah niat loh, Pak, dateng ke pelajaran Bapak. Kok saya di usir?"

"Yasudah-yasudah, kamu tiduran aja di bangku sana. Bapak bebaskan kamu."

"Gitu dong, Pak. Kan saya gaperlu susah-susah masukin tangan ke seragam." Ucap Qyrha kemudian mengeluarkan tangannya dari balim seragam dan mengundang gelak tawa dari murid sekelas.

"Qyrha kamu ini ya bohongin saya!"

"Ga bohong, Pak. Saya emang kecelakaan, tapi gak buntung."

"Terus kenapa kamu salah pakai seragam?!"

"Saya gak tidur sampe pagi gegara semangat banget buat masuk sekolah pas selesai di skors, Pak. Jadinya lupa kalo sekarang Hari Jum'at."

"Alibi aja kamu! Loh kalian juga habis darimana?" Tanya Pak Bakri kepada Hans, Luna, dan Nina. 

"Abis nemenin Qyrha ke ruang BK, Pak." Ucap Nina jujur. Dan langsung mendapat tatapan tajam dari Hans dan Luna.

"Loh jadi Qyrha yang ini yang di panggil tadi!" Ucap Pak Bakri dan membuat seluruh isi kelas tertawa terbahak-bahak.

"Ck, guru apaan begini." Gumam Qyrha.

"Udah dong, Pak. Kita juga harus duduk kayak Qyrha!" Kesal Luna.

"Loh emang ada yang larang?"

"BAPAK!" Bentak Luna dan Nina berbarengan. Sedangkan Hans ia langsung duduk tanpa mengucap satu katapun.

"Pak Bakri otaknya lemot, njir." Bisik Nina ke arah Qyrha.

"Bukan lemot woy."

"Terus apaan?"

"Kurang belaian dari Ibu Roti."

"Anjir ngakak!" Ucap Nina sambil tertawa keras.

"Gue denger apa yang kalian omongin. Tapi gue heran kenapa Qyrha daritadi ngomong tanpa ekspresi anjir!" Ucap Luna sambil melirik ke arah Qyrha.

"Ga perlu tau." Jawab Qyrha enteng.

"HEY KALIAN QYRHA, NINA, LUNA! NGAPAIN NGOBROL?!"

"GIBAHIN BAPAK!" Teriak Qyrha dengan entengnya.

"KALIAN YA!!"

"HADIR, PAK!!"

"BAPAK HUKUM KALIAN BERTIGA BERSIHIN TOILET!"

"BAPAK BAPERAN BANGET!" Teriak Qyrha.

"Rha, gimana anjir, gue gamau bersihin toilet." Bisik Luna.

"Udah tenang aja. Kita bolos hari ini."

"Gila lo!" Pekik Nina.

"Santuy."

"KENAPA BISIK-BISIK? CEPET LAKUIN!"

Qyrha mensmirk.






Jangan lupa Vote+Comment+Share Story ini ke teman-teman kalian. Thanks♥️.

Qyrha & Her Secret (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang