42. This Song.

4.8K 223 9
                                    

"Gue balik dulu ya, Bro." Pamit Afriza.

"Gue juga. Hoaammmm..." Pamit Alvino sambil menguap.

"Lo bukannya tadi tidur aja di kelas, Vin. Muka lo kayak orang lagi punya beban hidup yang berat, Tau ga?" Ucap Arthur sambil terkekeh.

"Gue gak mau di hukum Bu Sri, Thur. Hoaaammm. Gue semalem tuh dapet endorse an, gue disuruh bikin Quotes Bijak plus Bucin."

"Dapet duit dong lo." Ucap Afriza.

"Gatau gue. Belom di transfer."

"Udah-udah sono lo balik." Usir Arthur.

"Buset, Bro. Iya nih gue ama Alvin balik dulu ya."

"Iyah. Tiati lo. Jangan ngebut."

"Siap, Boss. Inget ntar malem balapan."

"Lah kata siapa?" Heran Arthur.

"Emang gue gak cerita ya?"

"Gak."

"Ehh iya, yaudah pokonya gua dah bilang tuh. Dateng ke tempat biasa. Jam sebelas. Harus, Bro. Demi pangkat lo King Racing."

"Udah belom? Buru, Za. Gue ngantuk berat." Ucap Alvino yang masih menguap sedaritadi.

"Iya gue dateng. Udah sono lo buruan."

"Yaudah. See you in the road, King Racing." Ucap Afriza lalu segera menyalakan mobil nya itu dan melesat pergi dari rumah Arthur.

"Astagaa... Kenapa gue harus jadi King Racing? King Racing aja terosss." Gumam Arthur lalu masuk ke dalam rumahnya.

Dan ketika Arthur sedang menaiki tangga, Bi Epin, pembantunya, menawarinya makan.

"Den, makan dulu yuk."

"Ngga ah, Bi. Suruh Papa aja. Lasha udah pulang?"

"Tadi Tuan udah Bibi anterin makan, Den. Kalo Lasha belom pulang."

"Huftt... Yaudah, Bi. Bawa ke kamar aja makanan nya." Ucap Arthur lesu lalu segera menaiki tangganya.

Hatinya hancur saat ini. Keluarga nya berantakan. Ini di mulai ketika Sang Ibunda pergi meninggalkan nya. Hari-harinya pun hanya dirundung kesedihan.

Dan di saat ia telah menemukan cinta pertamanya, Sahabatnya sendiri juga menyukai gadis itu. Apakah ia tidak berhak bahagia?

Arthur membanting pintunya kasar. Ia terlalu letih untuk mengurus perusahaan sang Ayah yang sedang melonjak. Belum lagi, masalah di suatu markas besar nya.

Adiknya kini entah dimana. Ia telah menyuruh para Bodyguardnya untuk mencari adiknya itu. Namun, nihil. Adiknya bagai hilang di telan bumi.

"Rha, gue suka sama lo. Suka banget. Dari awal kita ketemu. Gue suka ama lo. Tapi kenapa gue malah nutupin perasaan gue sendiri? Dan mungkin ini akibatnya. Afriza suka ama lo, Rha. Gue dah janji bakal comblangin lo ama dia. Tapi, apa kabar dengan sesak yang harus gue rasa tiap detik?" Monolognya membayangkan akan betapa sakit dirinya saat Afriza dan Qyrha benar-benar menjadi sepasang kekasih.

"Gue sayang sama lo." Gumamnya.

Pikiran nya berkata, "Thur, lo kan gamau kalo persahabatan lo putus cuma gegara satu cewe gajelas kayak dia. Yaudah sih ikhlasin. Masih banyak cewek yang lebih sempurna dari dia."

Sedangkan Hatinya berkata, "Itu gak bener, Thur. Lo harus ikhlasin ego lo. Bukan cinta lo. Ingat, Thur. Soal menaruh hati itu tidak mudah. Dan lo harus berjuang buat dapetin cinta lo."

Rasanya Arthur hanya bisa diam mendengarkan Hati dan Pikiran nya yang terus beradu akal.

Arthur menyetujui keduanya. Tapi, kalau soal melepaskan, itu tidak mudah.

Qyrha & Her Secret (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang