172. Attack.

1.3K 117 75
                                    

Tamu sudah ramai berdatangan saat ini. Namun yang Qyrha tunggu masih belum datang. Qyrha masih memakai topengnya. Ia sangat tidak ingin jika ketentramannya sebagai gadis dewasa terancam begitu saja.

Namun perasaan nya masih tidak senang. Hawa takut senantiasa mengusik pikirannya. Entah apa yang akan terjadi nantinya.

"Nona, menunggu siapa?" Tanya Keano sambil membawakan segelas Wine. Qyrha mengambil gelas itu lalu meminumnya.

"Uhm, temen-temen gue mana ya?"

"Pfttt... ada yang ingin saya bicarakan denganmu, Nona."

"Yaudah ngomong aja,"

"Tapi saya yakin Nona sudah mengetahui ini tanpa saya memberitahu kepada Nona."

"Katakan saja.. saya tidak pernah mencari tahu akan hal yang berhubungan dengan teman saya." Ucap Qyrha dengan nada yang berubah menjadi serius.

"Arthur masih lajang dan di kabarkan bisu, Nona. Luna sudah mengandung anak Alvino, begitu juga dengan Nina yang sudah mengandung anak Hans. Saya sangat kasihan dengan Arthur, Nona. Dia seperti orang yang kehilangan cahaya hidup. Arthur sering membuat kontrak kerja sama dengan perusahaan kita hanya untuk melihat dirimu, Nona. Saya bisa melihat kerinduan dari mata Arthur. Meskipun tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya, tapi saya yakin kalau Arthur benar-benar mencintai Nona."

Qyrha meneguk Wine nya sampai habis. Menatap gelas kosong di tangannya. Rasa rindu yang ada di dalam hatinya pun sudah tak sanggup ia tampung lagi. Bayangan kenangan indah bersama pria itu sering membuatnya menggila.

"Lalu?" Tanya Qyrha.

"Dia sepertinya ingin meminta maaf, Nona. Maaf jika lancang, Arthur telah menceritakan masalah antara Nona dengan dirinya kepada saya. Saya mengerti kalau Nona merasa sangat kecewa. Tetapi Arthur sudah mengetahui kejadian sebenarnya, Nona. Devina pun sudah mati dengan cara bunuh diri."

Qyrha menghembuskan nafasnya pasrah. Apa dirinya sangat keterlaluan? Apa 7 tahun itu waktu yang sangat lama? Qyrha tidak menyangka akan ada banyak perubahan yang terjadi disini.

"Dan hari dimana saat Nona pergi keluar negeri, Arthur datang ke rumah Nona untuk melamar Nona. Dan saat itu sepertinya Arthur sangat sedih saat mengetahui Nona meninggalkannya..."

Qyrha terkejut bukan main. Jadi sebenarnya, Arthur sudah mengetahui dari dulu dan ia hanya berpura-pura selama ini? Lalu teman-temannya? Ahh pasti ini rencana Arthur. Qyrha menghembuskan nafasnya pasrah. Rasa kesal pada Arthur telah hilang dari benaknya.

Ahh Qyrha sampai lupa menanyai kabar orang tuanya.

"Uhmm, baiklah. Urusan Arthur biar saya yang urus. Terima kasih sudah memberi tahu ku, Keano. Lalu bagaimana dengan orang tua ku?"

"Ku kira Nona mengetahui hal ini juga,"

"Lalu?"

"Mereka meninggal, Nona. Gelang pemberiaanmu berfungsi ketika mereka kembali sadar dari sakit jiwanya."

Tak ada raut sedih di wajahnya. Ia tersenyum miring.

"Bagus lah." Ucapnya enteng.

Keano tak menjawab lagi. Ia memerhatikan ke sekeliling. Bodyguard-bodyguard yang berpencar di seluruh ruangan berjalan dengan lancar. Mereka layaknya tamu undangan.

Namun tak lama kemudian, datanglah dua pria tegas dengan setelan jas yang sangat menawan. Dua pria itu melewati Qyrha begitu saja dengan aura yang sangat dingin dan wangi maskulin yang meruak ke indra penciuman Qyrha. 

"Itu Arthur dan Sekretarisnya, Nona."

"What the?"

"Saya harap Nona tidak menyesal karena meninggalkan Arthur," Ledek Keano.

Qyrha & Her Secret (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang