140. Damn.

1.5K 129 8
                                    

"Sebenernya gue udah mengantisipasi kejadian ini, gue tau apa yang bakal Arthur lakuin ke Afriza, makanya gue berniat buat culik Afriza duluan, and now, Afriza ada di tangan gue," Ucap Qyrha di selingi nada serius saat ia bercerita kepada Hans.

Luna dan Hans berhasil mencegah Qyrha pergi saat itu, dan kini Qyrha dan Hans sedang duduk di taman belakang rumah sakit dan Luna sedang pergi ke toilet.

"Sebenernya yaa, buat apa si lo ngelindungin Kakak yang hampir bikin lo mati sia-sia?"

"Karena dia kakak gue,"

"Terus maksud lo, lo masih ada rasa sayang ke dia? Maksud lo, bagaimanapun dia, dia tetep kakak lo?"

Qyrha menaikkan alisnya sebelah, tak berseling lama, tawa nya menggelegar.

"Hahahhaha lawak banget anjing! Dia yang nyakitin gue, berarti dia harus hancur di tangan gue, bukan orang lain,"

"Sedendam itu lo sama dia?"

Lagi-lagi Qyrha mengkerutkan alisnya.

"Dendam? Gue gak dendam, cumaa..."

"Cuma apa?"

"Cuma gue inget, kebahagiaan gue pernah hancur gara-gara dia."

"Ngomongin apaan dah?" Ucap Luna tiba-tiba mencampuri percakapan Hans dan Qyrha.

"Lo denger apa?" Tanya Qyrha tanpa basa-basi.

"Gara-gara dia." Jawab Luna polos.

"Jangan bohong lo."

"Yaelah kenapa sih, Rha? Gue kan sahabat lo, masa gue gaboleh tau?"

"Jujur, Lun, lo denger apa tadi?"

"Gara-gara dia doang, Rha, suer deh."

Qyrha terdiam tak menanggapi, Hans yang merasa canggung pun membuka suara.

"Udah yuk balik ke Arthur, dia butuh lo, Rha,"

"Iya, Rha, dia butuh sosok yang bisa redamin emosi dia." Ucap Luna membenarkan ucapan Hans.

"For what? Dia gak bakal dengerin ucapan gue, tadi aja gue di bentak balik, gak guna nyeramahin batu, lo mau ngomong sepanjang rel kereta api juga, batu tetep batu."

"Tapi kan, Rha, gak ada salahnya buat nyoba, lo juga sering kan dinginin gue, di saat emosi gue ngelonjak?"

Tak sempat Qyrha menjawab, Luna sudah lebih dulu berargumen sambil menatap tajam keduanya secara bergiliran.

"Gue rasa, kalian semua punya rahasia yang gue ngga tau."

"Berhenti main-main, Lun,"

"Main-main apa sih, Rha? Kalian pasti punya suatu rahasia kan?" Cecar Luna.

"Pala lo rahasia!" Kesal Qyrha.

"Random banget anjing omongan lo berdua, balik ke topik utama, kita bawa Qyrha ke ruangan Arthur." Ucap Hans tegas seolah-olah ia merupakan seorang prajurit bersama Luna. Hans mencekal tangan kanan Qyrha dan Luna mencekal tangan kiri Qyrha.

"Ehh apa-apaan nih?"

"Kami harus membawa anda ke tuan maha raja paduka sumbawa, Nona." Ucap Hans yang sangat mendalami perannya sebagai prajurit.

Luna menahan tawanya.

"Sumbawa? Sumbawa nama pulau di Indonesia, Hans." Ucap Qyrha geli. Hans yang baru tahu menggarukkan kepalanya.

"Yaaa gue kan gak tau kalo Sumbawa nama kepulauan disini, ahh udah diem lo, Rha! Gue tau lo lagi nyoba buat ngalihin pikiran gue kan?"

"Nahh bener banget, Hans! Ayo kita bawa dia ke hadapan tuan maha raja Arthur sang pembela kaum rebahan."

Qyrha & Her Secret (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang