135. It's Impossible.

1.6K 146 26
                                    

"Pasien kecelakaan tadi malam jam sebelas dimana?!" Bentak Qyrha kasar di meja resepsionis.

"Maaf, Mbak, pasien atas nama siapa?"

"Arthur!"

"Baik, saya cari dulu ya, Mba, emhhh ada di ruang ICU, Mba."

"Dimana ruangannya?" Tanya Qyrha, tetapi resepsionis itu malah mengangkat telepon di sampingnya.

"Dimana anjing ruangannya!! Gausah angkat telepon dulu bisa gak sih?!"

"Mba gabisa marah-marah gitu disini, ini rumah sakit, Mba, kalo Mba nya gabisa jaga tata krama, saya akan panggilkan satpam ya!"

"Goblok buruan lama!! Cowo gue sekarat bangsat, dia perlu gue!!"

"Tapi ini rumah sakit, Mba, disini di larang yang namanya berbicara keras itu bisa mengganggu kenyamanan pasien lainnya."

"Gak guna ye ngomong ama lo, gue cuma nanya dimana ruang ICU! Goblok ahh mending gue cari sendiri!!" Bentak Qyrha sarkastik dan langsung berlari meninggalkan resepsionis yang wajahnya memerah itu.

"Mba!! Mba!! Saya panggilkan satpam!!" Teriak resepsionis itu tetapi Qyrha tak menggubrisnya.

Qyrha berlari kemanapun sesuai kaki yang menuntunnya, ia tak peduli jika harus menabrak orang lain, karena waktunya hanya tinggal 5 menit.

Entah keajaiban dari mana, Qyrha berhasil menemukan ruang ICU tersebut, apa karena insting nya yang kuat? Atau ikatan dengan Arthur yang kuat?

Qyrha tersenyum getir menatap Arthur dari balik pintu ruangan itu.

Lelaki yang selalu menggodanya, membuat dia kesal, lelaki yang selalu melindunginya, lelaki yang bisa membuatnya merasakan jatuh cinta kembali, kini lelaki itu terbaring lemah dengan bantuan alat-alat rumah sakit.

Ceklek..

Tidak ada siapapun di ruangan itu selain Qyrha dan Arthur.

Keadaan Arthur miris.

Kepalanya yang di perban, sepertinya kakinya juga patah, dan banyak luka gores di sekujur tubuhnya bahkan wajahnya.

Infusan sudah terpasang di punggung tangannya.

Tak lupa dengan pulse oximeter di telunjuknya.

Dan masker oksigen.

Dadanya di tempel alat pendeteksi detakan jantung yang terhubung ke mesin EKG.

Semua alat-alat di sana menyeramkan. Namun, alat-alat itu tidak asing lagi bagi Qyrha.

"Hai, Thur..." Lirih Qyrha sambil menitikkan air matanya.

"Maafin gue, hiks, gue telat ya? Harusnya gue gausah minta jemput lo hiks..."

Qyrha membelai pelan wajah Arthur dan meraih pergelangan tangannya lalu menciumnya. Karena hanya itu yang ia bisa. Kenangan demi kenangan berputar memenuhi isi kepalanya sekarang. Segala senyuman, hinaan, godaan, candaan, dan segala perhatian yang Arthur berikan sangat terekam dengan jelas.

"Hmmm, dua menit lagi..." Lirihnya menatap sendu ke arah Arthur.

"Lo gamau sadar, Thur?" Ucap Qyrha dengan nada sarkastik.

"Gue udah cantik begini cuma buat lo, tapi lo nya malah mau ninggalin gue. Liat dong sini, mata gue bengkak gegara nangisin lo nih, lo harus tanggung jawab! Lo tau gak? Tadi gue naik mobil kecepatannya di atas seratus dua puluh kilometer. Gue gila gak? Tapi, gue begitu cuma karena gamau kehilangan lo, tapi yang gue dapet? Lo merem terus. Lemah lo!!"

Qyrha & Her Secret (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang