9. Her Prince.

8.6K 362 2
                                    

Tuan Pramudika sudah selesai berpidato saat ini. Suara tepuk tangan terdengar riuh bergemuruh. Banyak yang berjabat tangan dengan Tuan Pramudika. Kecuali, Qyrha. Ia enggan untuk berjabat tangan dengan orang itu.

Tak lama kemudian, Ayahnya menemui dirinya.

"Nak, kenapa kau tidak ikut berjabat tangan?"

"Ckck, males ahh, gak penting banget." Rajuk Qyrha.

"Hahaahahha... Kalau begitu yuk pulang. Kau sudah lelah bukan? Dan ceritakan mengapa kau lama sekali datang dan bagaimana kau menyiksa orang itu. Kau mengerti, Nak?"

"Qyrha udah ngantuk banget. Hoaaammm..." Ucap Qyrha dan sesekali menguap.

"Yasudah nanti pagi saja ya? Sekarang kita pulang lalu kau tidur."

"Okee, Yah. Gapapa emang pulang duluan?"

"Tidak apa-apa mungkin." Qyrha pun menyetujui Ayah nya itu.

Qyrha berbohong soal mengantuknya tadi. Mereka pun akhirnya berjalan menuju keluar Perusahaan itu. Tak lama Evan berbicara kembali.

"Ayah rasa kau sangat lelah untuk menceritakan sebuah kisah panjang awal pertemuan dirimu dengan pangeranmu itu kan?" Ucap Evan sambil tersenyum menggoda Qyrha. Lalu Evan langsung berjalan mendahului Qyrha.

Dan tak lama, Qyrha menjerit sebal.

"Ayah!! Ngeselin bangettt!! Dia itu bukan Pangeran, Ayah!!" Jerit Qyrha sambil menghentak-hentakkan kakinya.

Namun, Qyrha tak sadar kalau di belakangnya, ada Arthur yang tersenyum geli melihat kelakuan Qyrha yang seperti anak kecil. Arthur pun akhirnya menuju lobi utama terlebih dahulu karena dirinya di panggil oleh Afriza.

Evan yang sudah berjalan mendahului Qyrha pun tertawa cukup keras. Kemudian, Qyrha pun menyusul Ayahnya itu.

"Ayah!! Ngeselin banget!!"

"Hahhhahhaa... Ingin taruhan dengan Ayah tidak? Ayah yakin kalau suatu hari kau akan jadian bersama pangeran mu itu."

"Ckck. Itu bullshit, Ayah. Mana mungkin Qyrha jadian ama tu orang!! Qyrha terima taruhan mu, Ayah. Apa taruhan nya?"

"Kita lihat nanti ya, Nak. Emhhh, Ayah pikir, kalau Ayah menang kau harus menduduki posisi Ayah dan Ibu saat ini. Yaitu sebagai Leader Mafia di dunia dan sebagai CEO di perusahaan Delvon saat ini. Tapi, kalau kau yang menang, Ayah akan menuruti semua permintaanmu. Bagaimana? Setuju?"

"Itu sulit, Ayah. Qyrha gak pengin menggantikan posisi mu saat ini. Apa Ayah dan Ibu sudah tidak mau menduduki posisi itu? Mengapa kalian memberikannya kepadaku? Apa alasannya?"

"Semua tidak akan sulit, Nak. Ada Ayah dan Ibu di samping mu. Kami akan menuntunmu, Nak." Ucap Evan sambil mengelus punggung Qyrha.

"Emhhh, mengapa kau sangat takut kalau kau akan menduduki posisi kami, Nak? Apa kau akan jadian dengan pangeran mu itu?" Goda Ayah Evan.

Qyrha pun terdiam sejenak. Benar juga kata Ayahnya itu. Mengapa ia sangat takut jika ia kalah dalam taruhan itu? Sudah jelas ia tidak akan jadian dengan Arthur.

"Ahh iya. Dasar payah!!" Ucap Qyrha pada dirinya sendiri. Ayahnya pun tertawa kecil.

"Itu sudah jadi pertanda kalau kau akan jadian bersama nya, Nak. Yang mengatakan hal tadi adalah dari hatimu sendiri, Nak."

"Mana ada. Qyrha cuma spontan ish."

"Yasudah kita lihat nanti. Dan pastikan tidak ada yang tahu hal ini selain kita berdua, Ya?"

"Oke kalau begitu. Yasudah Ayo kita pulang!!" Ucap Qyrha bersemangat.

Lalu ketika sampai di parkiran, Qyrha menggaruk tengkuknya yang tak gatal itu.

"Mana mobil mu, Nak?"

Qyrha pun hanya cengengesan. Lalu menunjuk sebuah Lamborghini berwarna Hijau Tosca miliknya itu yang sudah hancur di bagian depan. Dan sepertinya, bumpernya itu sudah lepas saat di jalan tadi.

"Astaga. Kau ini benar-benar yah. Yasudah ayo pake mobil Ayah saja. Yang itu biar nanti Keano yang membawanya ke bengkel."

"Ahh Ayah, Ayah yang terbaik!!"

"Hahahah... Yasudah yuk pulang." Qyrha pun mengangguk.

Mereka berdua pun akhirnya pulang menuju mansionnya. Di perjalanan, Evan tak ada henti-hentinya menggoda Qyrha kalau ia akan jadian dengan Arthur.

"Ayah kan bisa meramal." Ucap Ayah Evan dengan mantap.

"Ck. Ramal katanya. Ayah bukan Dilan ya."

"Ck. Kau ini. Ayah serius soal ini. Kau akan bertemu setiap hari dengan pangeranmu lalu tak lama, kalian akan bersama selamanya."

Qyrha pun mulai panas dingin saat ini. Ia memang mempercayai ramalan Ayahnya itu. Karena Ayahnya tidak pernah berbohong soal ramalan. Sesuatu yang ia ucapkan, pasti suatu saat nanti akan terjadi. Entah memiliki kelebihan apa Ayahnya itu.

Qyrha tak habis pikir bagaimana nasib hidupnya nanti. Apakah benar ia akan bersama dengan Arthur? Entahlah. Biarkan Yang Maha Kuasa yang mengatur.

Tak lama kemudian, mereka telah sampai di mansion mereka. Qyrha pun turun dari mobil Ayahnya itu kemudian memencet bel mansionnya. Pukul 3 dini hari mereka sampai. Tentu saja Qyrha sudah mengantuk.

Qyrha pun akhirnya memutuskan untuk tidur dan seketika ia sudah masuk di alam mimpinya itu. Mungkin mimpi ini adalah mimpi yang selalu ia ingat. Mungkin.




Jangan lupa Vote+Comment+Share Story ini ke teman-teman kalian. Thanks♥️.

Qyrha & Her Secret (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang