130. H-1.

2K 172 40
                                    

"Lah? Lo nanya gue mau ngapain? Lo sendiri ngapain maen nyelonong masuk rumah orang?"

"Tadi udah di bukain sama Bi Iyem, katanya lagi pada makan, yaudah gue susul kesini, boleh kan, Tan? Om?"

Sania dan Evan hanya mengangguk-angguk sambil tertawa kecil sebagai jawaban.

"Nahkan! Jadi? Lo mau kemana?"

"Gue mau ke sekolah."

"Ngapain lo ke sekolah? Lo masih di skors. Heran gue, lo kerajinan banget sekolah. Ohh apa karena lo cemburu ya liat gue sekolah hari ini? Jadi lo mau jagain gue biar gak di deketin Devina?"

"Sembarangan lo! Kurang kerjaan amat gue cemburuin lo!"

"Alibi!" Desis Arthur.

"Bapak lo Alibi!"

"Bapak gue namanya Anton."

"Bego!"

"Santuy, Bu Boss." Ledek Arthur.

"Arthur, udah ihh kasian tuh Qyrha udah marah besar kayaknya." Ucap Evan lebih menggoda Qyrha.

"Hahaha, Arthur suka banget liat nih muka kalo lagi marah."

"Gue tebas pala lo ye ngebacot mulu! Udah lo minggir sono! Gue mau ke sekolah. Mau cari ribut ama si biang kerok!" Bentak Qyrha sambil mendorong Arthur namun Arthur malah mencekal pergelangan tangan Qyrha dan menarik sampai mereka akhirnya berhimpitan.

"Ekhem, Thur. Kamu nyelonong kaya kemarin lagi, Tante bakal ngasih kamu pelajaran yah!"

Arthur langsung melepas lengan Qyrha sambil cekikikan.

"Ampun Ibu Mertua!" Jawab Arthur sambil tertawa.

"Ibu Mertua pala lo meledak!" Kesal Qyrha.

"Tan, Qyrha nya lagi PMS yah? Garang banget kaya anak kucing." Bisik Arthur namun masih bisa terdengar.

"Ihh bacot ya anak anoa!" Kesal Qyrha lalu segera berjalan keluar meninggalkan Arthur yang tertawa terbahak-bahak.

"Tante, Qyrha kenapa sih? Kok kayanya sama Arthur bawaannya pengen emosi aja, kenapa yah? Apa Arthur ada bikin salah? Perasaan, kemarin pas ke Dufan baik-baik aja tuh."

"Kamu deketin dia terus, Thur, jangan kasih kendor. Qyrha butuh orang yang bisa dengerin curhatannya." Ucap Evan menasihati.

"Loh emangnya ada apa sama Qyrha, Om?"

"Qyrha tuh anaknya keras kepala, dia mau maafin kamu walaupun masih pake lo-gue juga, itu tuh udah suatu keajaiban, kamu harus bersyukur, Thur."

Kening Arthur mengerut.

"Kamu baru kenal Qyrha kan? Nanti kamu harus terbiasa ama dia. Dia emosional, gampang nangis, gampang kesel, suka ngeyel, kadang bawel banget, jadi kamu harus tahan-tahan kalo sama dia. Kalo dia udah sakit hati, dia bakal dendam seumur hidup." Jawab Sania sambil mengoleskan selai di selembar roti.

"Nahh seratus!! Bener kata calon mama mertua mu ini. Kamu harus sabar-sabar ya, Nak." Timpal Evan.

Arthur menghembuskan nafasnya gusar. Akankah ia akan bisa bersama Qyrha selamanya? Apa kutukan itu tidak berlaku padanya yang di sebut sebagai keturunan ke-8?

"Arthur bingung. Om, Om pasti udah tau kan kejadian yang bakal Arthur terima? Ini kayak mimpi, Om. Hari kemarin Arthur baik-baik aja, kenapa dengan tiba-tiba aja, disaat Arthur udah sayang, gak mau kehilangan Qyrha, Arthur malah harus menanggung kutukan yang gak jelas ini?" Ucap Arthur dengan nada penuh frustasi.

"Sebenernya, Qyrha itu harapan satu-satunya Arthur, Om. Gatau kenapa, pas pertama kali ngeliat Qyrha, Arthur langsung ngerasa ada hal yang beda. Dan sebelum ketemu Qyrha, Arthur udah pasrah, Om."

"Hushh! Kamu gak boleh ngomong begitu, Thur. Kamu harus percaya bahwa yang udah nentuin takdir itu yang di atas, bukan kutukan." Ucap Sania menasihati.

"Hehehe, Peace, Tante. Ehh iya, Tan. Arthue boleh minta sesuatu ga?"

Kening Sania mengerut heran kemudian tak lama ia mengangguk.

"Boleh, mau minta apa, Thur?"

"Nanti malem, dandanin Qyrha yang cantik ya, Tan. Malem ini Arthur mau nyambut ultah bareng Qyrha di rumah Arthur."

Sania dan Evan mengangguk-angguk sambil tersenyum menggoda Arthur yang sepertinya blushing. Tak di sangka.

"Bukannya Qyrha udah cantik?" Goda Evan sambil terkekeh.

"Ehh ngga gitu, Om, Qyrha cantik walaupun natural, tapi malem ini, Arthur pengen Qyrha tampil lebih wah, mau ya, Tan? Please..." Ucap Arthur sambil memohon.

"Hahahah... Baiklah, Arthur, Tante akan bikin Qyrha kamu secantik bidadari."

Arthur tersenyum bahagia.

"Ahh ini, Tan, gaun buat Qyrha, pakein gaun ini ya, Tan. Gaun nya gak mewah sih karena Arthur tau Qyrha gak suka sama gaun yang terlalu mewah, tapi Arthur beli yang simpel tapi elegant, pasti Qyrha suka."

Sania dan Evan tersenyum miris di dalam hatinya. Sebegitu cintakah Arthur pada diri seorang Qyrha? Yang mampu bertahan di ujung hidupnya yang penuh dengan keabu-abuan.

"Yasudah, Tante janji bakal dandanin Qyrha yang cantik banget buat kamu, ehh kamu sekarang mau kemana?"

Arthur terdiam sejenak. Perasaannya entah kenapa menjadi ragu dan gundah.

"Nghh, kayaknya Arthur pulang deh, Tan. Mau nyiapin makan malam sama tempat nya, Tan. Ehh iya makanan favorit Qyrha apa ya, Tan?"

"Ayam goreng serundeng, Thur. Tapi cuma bikinan Tante."

Arthur tergelak kaget. Ternyata makanan kesukaannya sama dengan makanan kesukaan Qyrha.

"Wahh! Arthur juga sama, Tan, semoga aja Qyrha emang jodoh aku ya, Tan. Hehehe..."

"Udah kamu gausah overthinking gitu yah, semua pasti ada jalannya, dan pasti udah jadi yang terbaik buat kalian." Ucap Evan.

"Hahaha, siap, Om. Yaudah Arthur pulang dulu yah, doain semoga lancar."

Sania dan Evan mengangguk sambil tersenyum.

"Ehh Billa mana, Tante?" Tanya Arthur sambil menyalimi tangan Sania.

"Loh ini kan udah siang, Thur. Dia udah berangkat sekolah kamu ini bagaimana."

"Ehh iya, Arthur lupa, yaudah salam aja ya ama calon adik ipar, hahahaha..."

"Astaga, kamu ini Arthur!" Ucap Sania sambil tertawa.

"Yaudah, On, Tante, Arthur pamit dulu yah." Ucap Arthur ketika selesai menyalimi Evan.

"Ehh sebentar, bukannya kamu harusnya hari ini sekolah?" Tanya Evan.

"Emhh, iya sih seharusnya, tapi gak dulu deh. Arthur ada acara yang lebih penting. Arthur pamit pulang ya, Om, Tante."

Sania dan Evan hanya bisa mengangguk-angguk sebagai jawaban dan memberikan doa agar Arthur lekas selamat sampai tujuan.




Jangan lupa Vote+Comment+Share Story ini ke teman-teman kalian. Thanks♥️.

Qyrha & Her Secret (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang