163. Yesterday.

1.2K 105 35
                                    

Bayangan tentang malam itu terhenti. Qyrha menggelengkan kepalanya. Berkata pada diri sendiri agar tidak menangis di hadapan Bianca.

"Gimana, Kak? Seru gak? Ditanyain kok malah bengong? Kakak lagi mikirin apa sih?"

"Seru kok, seru banget,"

"Terus Kakak dansa gak ama Kak Arthur?"

"Ngga,"

Bianca membulatkan matanya terkejut. Bagaimana bisa raja dan ratu prom night tidak berdansa? Bianca yakin kalau Qyrha pasti berbohong.

"Boong banget, jujur aja sii!"

"Apaan sih? Emang ngga,"

"Gausah boong, Kak. Gak lucu,"

"Terserah,"

"Dih serius, Kak!!" Jeritnya sebal.

"Serius apanya sih? Kakak udah ngomong jujur sama kamu! Kakak juga gatau apa yang udah terjadi!"

Bianca terkejut, bagaimana bisa mereka tidak berdansa di malam yang cukup mengesankan bagi mereka saat ini?

"Pasti ada yang gak beres nih, emang ada apaan sih di antara kalian?"

"Kamu tau gak? Ada yang bikin video hoax tentang Kakak, Kakak di tuduh jadi simpenan tiga om-om,"

"Hah?! Siapa yang berani bikin gituan?!" Jerit Bianca terkejut.

"Udah biarin aja, itu urusan Kakak,"

"Tapi Kakak udah bilang kan? Udah ngejelasin kan kalo itu bukan Kakak? Pasti Kak Arthur bakal lebih percaya ko ama Kakak, pasti Kak Arthur juga lagi berusaha buat nyari bukti-bukti,"

"Iya semoga aja yang kamu bilang itu bener,"

"Kakak sebenernya cinta gak sih ama Kak Arthur?"

"Cintaa...." Lirihnya.

"Kalo Kakak emang bener-bener cinta ama Kak Arthur, Kakak pasti udah berbuat sesuatu buat yakinin Kak Arthur kalo itu tuh bukan Kakak!!"

"Udah.. seharusnya kalo dia emang cinta beneran sama Kakak, dia gak mungkin maen langsung percaya aja ama video brengsek itu, dan sialnya mukanya mirip banget sama Kakak... dan yang lebih parahnya lagi, ternyata selama dia jauhin Kakak, dia lagi nelusurin bukti-bukti kebenaran bareng si nenek lampir!!"

"What the fuck?! Dia ngejauhin Kakak buat deket sama si nenek lampir?! Terus gimana hasilnya? Apa bukti-buktinya ngedukung Kakak atau malah makin bikin Kak Arthur gak percaya ama Kakak?"

"Yaaaa, seperti yang kamu tau-" Ucap Qyrha yang sengaja menghentikan ucapannya lalu berpikir sejenak. Mencerna pertanyaan yang Bianca tanyakan padanya.

"Kayaknya Kakak tau siapa dalang di balik ini semua," Ucap Qyrha sinis sambil mengepalkan tangannya.

"Kak jangan nakut-nakutin, Kakak tau apa? Gimana Kak? Aku juga pengen tau!!"

"Hushhh anak kecil diem aja,"

"Kakakk!!!" Jerit Bianca sebal.

"Hahahhaha, udah sana tidur," Ucap Qyrha mencoba untuk mengalihkan pertanyaan dari Bianca.

Bianca menggeleng, "Tapi, Kakak udah putus?"

"Mungkin iya,"

"Berarti masih ada kemungkinan juga kalo Kakak dan Kak Arthur akan baikan."

"Pantesan pas gue ke Jepang, dia gak nyusul gue, ternyata lagi bareng Devina." Gumam Qyrha yang di dengar oleh Bianca.

"Hah? Kakak ke Jepang? Kapan?"

"Seminggu yang lalu, orang tua Kakak hilang disana, Kakak mau nyusulin mereka, sambil ngarep kalo Arthur juga bakal nyusulin Kakak, hehehehe..."

"Ahh iya aku inget, Om Evan ama Tante Sania kan? Terus gimana udah ketemu, Kak?"

Qyrha menggeleng pelan. Bianca mengusap bahu Qyrha dengan lembut. Ia tahu tidak mudah jika menjadi Qyrha.

"Yaudah, berarti sekarang giliran Kakak yang cari bukti-bukti kalo video itu cuma rekayasa, kalo orang tua Kakak kan udah di cari ama mafia lain kan?"

"Udah Ca, biarin aja, nanti kita cari jalan baiknya aja gimana ya. Ayo kamu tidur, besok kan latihan."

"Males ahh, mau marathon film, ikutan gak Kak? Sedih loh filmnya,"

"Udah gede bukan nya belajar. Masih aja ngedrakor." Cibir Qyrha lalu berbaring dan menyelimuti dirinya.

"Bosen belajar terus ihh."

"Hushhh, bisa-bisanya ngomong bosen, kamu kalo tinggal ama Kakak harus disiplin. Tidur gak boleh lewat dari jam sebelas, bangun pagi, terus sekolah, jangan sering kelayapan, jangan bergadang, makan harus tiga kali sehari, rajin latihan buat ngelatih skill kamu,"

"Iya-iya, Kak, aku nurut. Aku tidur aja deh." Ucap Bianca karena tak ingin Qyrha mengomel lebih banyak seraya berbaring di samping Qyrha.

"Tidur di kamar kamu sana,"

"Ngga ahh."

"Terserah kamu deh," Ucap Qyrha lalu memunggungi Bianca untuk menyembunyikan perasaan sedihnya. Air matanya meleleh begitu saja ketika mengingat semua bentakan Arthur padanya. Ia tidak tahu mengapa dirinya terlalu sensitif seperti ini. Seharusnya ia bahagia dengan kedudukan yang telah ia capai. Ia bisa membeli semuanya dengan uang.

Tapi kebahagiaan tidak pernah bisa ia beli dimanapun.

Sakit? Sangat. Sungguh perih rasanya mendengar bentakan dari Arthur untuknya. Tidak pernah ia sangka kalau ia benar-benar mencintai Arthur. Semakin ia bersikeras untuk melupakan, bayangan Arthur semakin menusuk perasaannya.

Semua kenangan-kenangan manis, candaan, ledekan, perdebatan kecil, senyuman-senyuman penuh kebahagiaan, semuanya terlintas begitu menyakitkan.

"Kak, gak nyangka aku ama Kakak bisa tinggal barengan, di tambah adik baru, aku seneng bangett, apalagi adik aku umurnya gak jauh beda dari aku,"

Qyrha tak mau menjawab itu. Pasti suaranya berdengung sekarang.

"Kakak udah tidur ya?"

Lagi-lagi Qyrha tak mau menjawab.

"Yaudah deh aku juga tidur,"

Setelah tidak lagi mendengar suara Bianca, Qyrha melanjutkan tangisannya. Membiarkan seluruh air mata keluar dari matanya. Mengapa ini begitu sakit? Sungguh ini lebih sakit dari apapun.

Baru kali ini ia menangis deras setelah 12 tahun lamanya. Rasanya sangat sakit, dadanya pun sesak. Mengapa rasa sakit ini begitu perih?

Seharusnya sejak awal ia tidak menerima Arthur sebagai kekasih nya. Dan ia harus menerima kenyataan bahwa saat ini Arthur bukan lagi miliknya. Mungkin malam ini adalah kali terakhir Qyrha bertemu dengan Arthur.








Jangan lupa Vote+Comment+Share Story ini ke teman-teman kalian. Thanks♥️.

Qyrha & Her Secret (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang