Prabu Martasinga menyuruh Prajuritnya mengambil Pedang Zulfikar Kian Santang yang ia temukan tertancap di tanah.
"Prajurit bawa Pedang itu!"
"Baik Gusti"
Prajurit suruhan Prabu Martasinga tadi mencoba mencabut Pedang Zulfikar Kian Santang tapi gagal, prajurit itu malah terpental jauh.
"Dasar Lemah, biar aku yang mencabutnya!"
Prabu Martasinga mencoba mencabut Pedang Zulfikar Kian Santang.
Dengan sekuat tenaga ia mencoba mencabut Pedang itu tapi gagal.
Pedang Zulfikar Kian Santang menyerang balik Prabu Martasinga."Dasar Pedang tidak tahu diri!"
"Ayahanda izinkan aku untuk mencoba mencabut Pedang itu"
"Silahkan Putriku"
Nyimas Kedasih mencoba mencabut Pedang Zulfikar Kian Santang.
"Bismilahirohmanirohim"
Nyimas Kedasih mencoba mencabut Pedang Zulfikar tapi gagal.
"Kenapa Pedang ini susah dicabut, Ayahanda?"
"Karena hanya adikmu yang bisa mencabutnya"
"Adikku?"
"Ya, hanya adikmu Raden Atang yang bisa mencabut Pedang itu!"
"Lalu dimana Adikku Raden Atang, Ayahanda?"
"Ayahanda yakin dia pasti kembali, sekarang lebih baik kita kembali ke Kerajaan Sukamanah"
"Baik Ayahanda Prabu"
"Prajurit jaga dan lindungi wilayah sekitar tempat Pedang ini tertancap, jangan biarkan orang asing memasuki wilayah ini kecuali Putraku Raden Atang!"
"Baik Gusti Prabu"
Prabu Martasinga dan Nyimas Kedasih pulang ke Kerajaan Sukamanah.
****
Kian Santang masih berada di Istana Puspanegara.
Sesekali Nyimas Ratih datang ke kamar Kian Santang untuk menjenguk keadaannya."Bagaimana keadaanmu?"
"Alhamdulilah, aku sudah mulai membaik. Tapi terkadang kepalaku agak terasa sakit"
"Syukurlah, sementara waktu lebih baik kau tinggal disini sampai keadaanmu pulih"
"Maafkan aku Nyimas, aku tidak bisa diam saja di sini aku harus mencari Mustika Merah Delima untuk menyembuhkan Ibundaku!"
"Tapi...."
Kian Santang tidak menghiraukan perkataan Nyimas Ratih, ia langsung meninggalkan kamarnya.
"Tunggu Kian Santang!!!"
Istana Pajajaran....
Walangsungsang mulai sadarkan diri.
"Astaghfirullahaladzim, apa yang terjadi padaku?"
Walangsungsang teringat akan ibundanya.
"Ibunda Ratu...astaghfirullahaladzim, aku harus menemui ibundaku!!!"
Walangsungsang berlari ke kamar Ibundanya.
Disaat ia membuka pintu kamar ibundanya terlihat Ayahandanya dan Rai nya Rara Santang sedang menemani Ibundanya yang terbaring lemah tak sadarkan diri.Walangsungsang menjatuhkan air matanya karena melihat kondisi ibundanya.
Kakinya yang gemetaran berusaha berjalan menghampiri kasur ibundanya."Ibunda..."
Walangsungsang menangis di sebelah ibundanya yang tak sadarkan diri.
"Maafkan aku Ibunda, aku benar benar menyesal"
Rara Santang mencoba menenangkan Walangsungsang.
"Raka...."
"Tidak Rai, aku memang anak durhaka. Aku menyerang ibundaku sendiri sampai keadaannya seperti ini!"
Prabu Siliwangi mencoba menenangkan Walangsungsang dengan memeluknya, sesekali menepuk pundaknya dan mengelus kepalanya.
"Ayahanda, maafkan aku!"
"Ayahanda mengerti putraku apa yang kau rasakan, waktu itu kau sedang dikuasai rasa amarah dan cemburu hingga kau bersikap seperti itu"
****
Kian Santang ke ruang sidang istana.
"Maaf Gusti Ratu"
"Kian Santang, ada apa kau menemuiku?"
"Aku memohon untuk izin keluar dari istana ini"
"Untuk apa, keadaanmu belum pulih benar lebih baik kau berada disini"
"Maaf gusti, aku harus melanjutkan perjalannku mencari Mustika Merah Delima lalu membawanya kembali Ke Pajajaran untuk mengobati Ibundaku"
"Pajajaran, sudahlah Kian Santang lebih baik kau disini lagipula Pajajaran jauh jaraknya dari sini"
"Tidak Gusti Ratu, aku akan tetap kembali ke Pajajaran dan melanjutkan perjalanannku mencari Mustika Merah Delima"
Nyimas Ratih yang baru hadir mencela perkataan Kian Santang.
"Ibunda izinkan aku menemani Kian Santang!"
"Maaf Nyimas, aku tidak bisa mengajakmu bersamaku!"
"Tapi kenapa?"
"Perjalananku sangat jauh terlebih lagi aku juga harus mencari Mustika Merah Delima"
"Aku tahu dimana Mustika Merah Delima itu berada, jika kau mengajakku bersamamu aku akan menunjukan dimana Mustika itu berada"
V.O Kian Santang
"Aku tidak ingin merepotkan Nyimas Ratih dengan mengajaknya bersamaku""Maaf Nyimas, sekali lagi aku tidak bisa mengajakmu. Aku tidak ingin merepotkanmu. Gusti Ratu hamba mohon pamit untuk pergi"
Kian Santang memutuskan pergi dari Puspanegara untuk melanjutkan perjalanannya mencari Mustika Merah Delima tapi ada yang menahan tangannya secara tiba tiba.
Kian Santang menoleh dan melihat tangan Ratih menarik tangannya.
Mata Nyimas Ratih tertuju kepada Mata Kian Santang."Izinkan aku ikut Kian Santang aku mohon, aku tidak akan menyusahkan dirimu!"
Kian Santang mengalihkan pandangannya ke arah tangannya yang masih dipegang oleh Ratih.
Ia melepas genggaman Ratih dari tangannya.Gimana guys, apakah Kian Santang mau mengajak Nyimas Ratih ikut bersamanya untuk mencari Mustika Merah Delima?
NEXTEPISODE!!!Jangan lupa Follow dan Vote biar akunya semangat lanjutin sampai tamat😄🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembalinya Raden Kian Santang ( Season 2) Chapter 1 | [ TAMAT ]✔
Historical FictionSetelah 5 tahun berlalu, Putra dan putri Prabu SIliwangi beranjak dewasa. Semakin banyak musuh yang menginginkan Pajajaran hancur menjadi debu... Kembalinya Raden Kian Santang bukan asal cerita kolosal karena Author juga menambahkan Bibit bibit per...