Episode 118

867 72 11
                                    

Ratih terjatuh di pelukan Kian Santang.

"Nyimas...!"

Ratih berusaha bicara walau terbata bata.

"Rrr...Raden...pergilah...selamatkan keluargamu..."

"Tidak Nyimas, aku tidak akan meninggalkanmu karena kau juga penting dalam hidupku!"

Kian Santang melepas ikat kepalanya lalu mengikatnya di perut Ratih agar tidak pendarahan.

"Bertahanlah Nyimas!"

Tidak lama berselang, Ratih menutup matanya.

"Nyimas...bangun nyimas!"

Surawisesa terbahak bahak melihat Kian Santang sedang bersedih.

"Hahaha...sekarang tidak akan ada lagi yang menjagamu Kian Santang!"

Surawisesa yang hendak menebas pedangnya ke arah Kian Santang dihalangi oleh Yudhakara.

"Jangan sakiti dia!"

"Kau, kenapa kau memihaknya Yudhakara?"

"Karena dia adik dari wanita yang sangat aku cintai!"

Yudhakara mengambil pedang yang ditangan Surawisesa lalu melemparnya.

Yudhakara membantu Kian Santang.
Ia membantu Kian Santang untuk bangun.

"Pergilah Raden, dan aku mohon jagalah Nyimas Rara Santang!"

"Terima kasih Yudhakara"

Yudhakara hanya mengangguk pelan.

Kian Santang harus membelah raganya untuk membawa Nyimas Ratna Sari dan Ratih.
Lalu ia menghampiri Kakak perempuannya, Rara Santang.

"Astaghfirullah Yunda, aku harus membawanya juga!"

Kian Santang membelah raganya untuk Yunda nya juga.
Tapi ia teringat dengan Ibundanya.

V.O Kian Santang
"Ibunda...ibunda masih di dalam istana aku harus membawa ibunda!"

Kian Santang terpaksa harus meninggalkan Nyimas Ratna Sari, Ratih dan Rara Santang untuk membawa Ibundanya keluar Istana.

"Mau kemana kau Kian Santang?"

"Aku ingin membawa Ibundaku yang masih di dalam istana"

"Biarkan aku yang membawa Ibundamu"

"Tidak Yudhakara terima kasih atas bantuanmu"

"Biarkan aku yang membawa Ibundamu, tunggu disini!"

Yudhakara berlari ke dalam istana.
Ia berlari ke arah kamar Subang Larang.
Sesampainya, Yudhakara menggendong Subang Larang lalu membawanya keluar Istana.

"Ini ibundamu Kian Santang"

"Terima kasih Yudhakara"

Kian Santang merangkul Ibundanya, lalu pergi setelah mengucapkan terima kasih kepada Yudhakara.

Kian Santang membelah raganya harus membelah raganya menjadi 4 untuk Nyimas Ratih, Nyimas Ratna Sari, Rara Santang dan Ibundanya.
Lalu setelah itu Kian Santang pergi menjauh dari Pajajaran.

Tokoh Golongan Hitam tersulut emosi melihat kebaikan Yudhakara.

"Kau sangat bodoh Yudhakara, kenapa kau melepaskan mereka?"

"Karena aku mencintai Rara Santang dan mereka semua adalah orang yang sangat disayangi oleh Rara Santang maka dari itulah aku tidak tega melihat keluarganya terluka!"

Nyi Rompang menampar Yudhakara.

"Tampar saja aku sebanyak yang nenek mau tapi aku tidak akan mengubah apa yang telah terjadi. Kenyataannya aku mencintai Rara Santang dan aku akan berusaha melindungi Keluarganya!"

"Ayahandamu tidak pernah mengajarkanmu untuk mencintai sesorang yang sudah menjadi musuh kita sejak lama, Yudhakara!"

"Aku tidak peduli, selamanya aku akan tetap mencintai Rara Santang dan aku akan terus berusaha melindungi keluarganya!"

Surawisesa yang tersulut emosi langsung mendorongnya sampai jatuh.
Ia lalu menginjak dada Yudhakara.

"Karena kau sudah berani mendukung Kian Santang, maka tunggulah apa akibatnya dari diriku!"

Surawisesa menendang Yudhakara sampai kepala Yudhakara terluka.

"Aku yakin Raden Kian Santang akan kembali untuk membalaskan dendamnya, hari ini memang ia kalah tapi lihatlah tidak lama lagi dia pasti akan kembali untuk Pajajaran!"

"Diam kau Yudhakara, Prajurit ikat dia dan bawa dia. Penjarakan dia di penjara bawa tanah!"

Prajurit suruhan Surawisesa membawa Yudhkara ke Istana lalu menjebloskannya ke Penjara Bawa Tanah.

Surawisesa yang tadinya emosi menjadi senang dan bahagia setelah mencapai tujuannya.

"Akhirnya aku bisa mendapatkan tahta Pajajaran, aku lah Raja Pajajaran, Prabu Surawisesa!"

"Ya keponakanku sekarang kaulah Raja Pajajaran, silahkan duduk Nanda Prabu"

Surawisesa duduk di kursi Raja dimana seharusnya itu milik Kian Santang.

Seluruh Tokoh Golongan Hitam berbahagia karena mereka berhasil melengserkan Kian Santang dati tahtanya.

Sementara disisi lain Kian Santang harus berjuang melindungi Yundanya, Nyimas Ratih, Nyimas Ratna Sari dan juga Ibundanya.
Setelah berjalan cukup jauh, Kian Santang melihat sebuah gubuk tak berpenghuni.
Ia lalu menghampiri Gubuk itu.

"Sepertinya gubuk ini sudah tidak ada yang memilikinya, gubuk ini bisa kujadikan rumah sementara"

Kian Santang membawa Ibundanya, Nyimas Ratih, Yundanya, dan Nyimas Ratna Sari ke dalam gubuk lalu membaringkannya.

"Aku tidak bisa melihat mereka terluka, aku harus mengobati Nyimas Ratih terlebih dahulu karena lukanya yang sangat parah. Tapi aku tidak bisa keluar dengan pakaian seperti ini aku harus berganti pakaian"

Kebetulan di dalam gubuk itu ada pakaian yang sudah lusuh dan sudah robek.
Walau sudah robek Kian Santang tetap memakainya.

Setelah memakai pakaian bekas, Kian Santang keluar gubuk untuk mencari bahan bahan untuk pengobatan mulai dari dedaunan, dll.

Tidak jauh dari gubuk, Kian Santang melihat daun herbal yang bisa ia gunakan untuk bahan pengobatan.
Ia lalu memetiknya tapi tiba tiba...

"Maling...maling!"

Kian Santang sontak kaget.

"Ttt...tidak paman aku bukan maling!"

"Mana ada maling mengakui perbuatannya, pukuli saja dia!"

Kian Santang dipukuli oleh warga setempat hingga akhirnya ada seseorang yang membantunya.

"Apa kalian tidak punya rasa kemanusiaan?"

"Tapi Raden dia sudah mencuri!"

"Dia tidak mencuri paman, apa paman lihat dia hanya memetik daun biasa lagipula tidak ada pemiliknya maka ia bisa memetiknya. Jadi berhentilah memukulinya dan pergilah ke tempat kalian masing masing!"

"Baik Raden"

Orang yang membantu Kian Santang tadi bertanya kepadanya.

"Wahai kau anak muda, aku ingin bertanya kepadamu kenapa kau memetik daun biasa ini?"

"Keluargaku sedang terluka dan aku membutuhkan daun herbal ini!"

"Lalu dimana rumahmu?"

"Aku hanya tinggal di gubuk sederhana, seperti yang kulihat kisanak ini seperti anak raja"

"Ya kau benar, sekarang kau berada di wilayah Kerajaan Ayahandaku"

"Maksud Kisanak?"

"Kau sekarang berada di wilayah Kerajaan Galuh"

"Kerajaan Galuh, berarti kau adalah anak Raja Galuh"

"Ya kau benar, perkenalkan namaku Raden Arya Kiban. Aku putra dari Gusti Prabu Cakraningrat dari Kerajaan Galuh"

Kehadiran tokoh baru nih😊semoga bisa membantu Kian Santang.
Penasarankan apakah peran Raden Arya Kiban di dalam rencana Kian Santang nanti?

Jangan lupa Follow dan Vote😊❤️

Kembalinya Raden Kian Santang ( Season 2) Chapter 1 | [ TAMAT ]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang