Octagon 3 - 74 : Dua Mei, Dua Berlawanan Pt. 13

231 37 28
                                    

Dalam diam, Hongjoong memilih untuk mematikan ponsel dan melepaskan kartu sim-nya. Entah mengapa Hongjoong sampai tak memikirkan bahwa pelacakan bisa dilakukan sembari bergerak. Nyatanya, Hajoon mendapatkannya.

Selagi Hajoon terus mengemudi setelah menyusulnya, sembari terus menatap ke depan, menahan sesuatu.

Amarah tepatnya.

Hongjoong tak banyak bereaksi, juga tak banyak bertindak.

Hanya saja, Hajoon saat itu melirik ponsel pintarnya di atas dasbor.

Bergetar, panjang.

Ada panggilan masuk.

Hongjoong meliriknya yang tidak mengangkat.

Artinya, begitu serius posisinya.

Jadi bagaimana? Hongjoong tahu, dirinya akan ketahuan untuk membawa Soobin pergi, mengingat bahwa mobil yang dibawanya saat datang, menghilang. Dari sana bisa dengan mudahnya diketahui, Hongjoong yang membantu. Hanya saja, apakah posisi Soobin ketahuan? Bersama Mingi?

Tunggu...

Tunggu sebentar.

Ini dikarenakan Hongjoong terlalu banyak yang dipikirkan, apakah dirinya kecolongan? Kurang fokus? Sudahkah Hongjoong meminta Mingi melepas kartu sim dari ponselnya sendiri?

Sontak Hongjoong membulatkan matanya.

Sedangkan Hajoon, tiba-tiba saja meremas setirnya, dan kemudian berucap sampai menarik fokusnya. "Saya bilang, jangan berurusan dengan masalah Sadewa. Biar masalahmu dengan Sadewa hanya sebatas kebenciannya terhadap darah kamu. Jangan mengganggu teritorinya."

"Tapi--"

"Tidak ada tapi, Rastafara." Rupanya, Hajoon tak segan menggunakan kekerasan lagi padanya, untuk memotong ucapannya dengan menekan keras dada Hongjoong--menghentaknya. "Kamu memilih untuk mengikuti Kantata, sedangkan Kantata selalu berada bersama Sadewa. Kamu akan merusak? Menghancurkan? Jangan buat ini lebih buruk."

Tetapi Hongjoong tak terima, dirinya langsung bereaksi cepat. "Soobin diperlakukan seperti binat--"

"Bukan urusan kamu." Hajoon menenankan lagi. Sembari terus fokus pada jalanan, Hajoon melanjutkan. "Di titik ini, kamu sudah tidak akan bisa membantunya lagi."

Dalam keterkejutan, Hongjoong berusaha mengutarakan pertanyaannya. "Apa maksudnya...?"

Hajoon memberi jeda, sesaat, lalu melanjutkannya. "Diam jika kamu ingin menjadi ketua. Saya katakan sekali lagi pada kamu, Rastafara. Diam. Dan patuh."

"Soobin..."

"Dia bukan bagian dari lingkaran dalam." Hajoon mengatakannya. "Jika Ayahnya saja tak menginginkannya, apa hakmu di sini, Rastafara?"

.

.

.

San menunduk, seketika, mendapati panggilannya yang kelima kali tak diangkat sama sekali. Berartikan Hajoon benar-benar sibuk di sana. Tetapi San membutuhkannya, dikarenakan, dirinya tak memiliki kuasa sama sekali sebagai orang biasa.

Tetapi bagaimana?

Haruskah San pulang sekarang?

San menelan ludahnya dalam diam, tak sadar bahwa Younghoon yang meminjamkan ponsel padanya, memperhatikannya. San memikirkan sesuatu, sebuah ketakutan, yang San harap memang hanya sebuah pikiran berat karena kurang tidur semata.

Begitu bingung baginya.

Tak tahu harus melakukan apa.

Sepertinya... hidupnya sangat kacau.

✔️ OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang